Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
وَإِذْ قَالَ اللَّهُ يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ قَالَ سُبْحَانَكَ
مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ
فَقَدْ عَلِمْتَهُ تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلَا أَعْلَمُ مَا فِي
نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ عَلَّامُ الْغُيُوبِ (116) مَا قُلْتُ لَهُمْ
إِلَّا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ
وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي
كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ
(117) إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ
فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ (118)
Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia, 'Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah'? Isa menjawab, "Mahasuci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah
mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahuinya. Engkau
mengetahui apa yang ada pada diriku, dan aku tidak mengetahui apa yang
ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang
gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang
Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan) nya, yaitu, 'Sembahlah Allah,
Tuhanku dan Tuhan kalian,' dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka,
selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku.
Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas
segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka
adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana." (Al-Maidah:
116-118)
Hal ini pun termasuk khitab Allah yang ditujukan kepada hamba dan
rasul-Nya —yaitu Isa putra Maryam— seraya berfirman kepadanya di hari
kiamat di hadapan orang-orang yang menjadikan dia dan ibunya sebagai dua
tuhan selain Allah, yaitu:
يَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ
Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia, "Jadikanlah
aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah"? (Al-Maidah: 116)
Di balik kalimat ini terkandung ancaman yang ditujukan kepada
orang-orang Nasrani, sekaligus sebagai celaan dan kecaman terhadap
mereka di hadapan semua para saksi di hari kiamat. Demikianlah menurut
apa yang dikatakan oleh Qatadah dan yang lainnya. Pengertian ini
disimpulkan oleh Qatadah melalui firman selanjutnya:
{هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ}
Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. (Al-Maidah: 119)
As-Saddi mengatakan, khitab dan jawaban ini terjadi di dunia. Pendapat
ini dibenarkan oleh Ibnu Jarir. Ia mengatakan bahwa hal ini terjadi
ketika Allah mengangkatnya ke langit. Imam Ibnu Jarir mengemukakan
alasannya untuk memperkuat pendapat tersebut melalui dua segi,
yaitu:Pertama, pembicaraan dalam ayat ini memakai bentuk madi (masa
lalu). Kedua, firman Allah Swt. menyebutkan: Jika Engkau menyiksa
mereka. (Al-Maidah: 118); dan jika Engkau mengampuni mereka. (Al-Maidah:
118)
Tetapi kedua alasan tersebut masih perlu dipertimbangkan, mengingat madi
menunjukkan pengertian bahwa kejadiannya merupakan suatu kepastian yang
telah ditetapkan.
{إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ}
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau. (Al-Maidah: 118), hingga akhir ayat.
Ini merupakan ungkapan pembersihan diri Nabi Isa a.s. terhadap perbuatan
mereka dan menyerahkan perkara mereka kepada kehendak Allah Swt.
Ungkapan dengan bentuk syarat ini tidak memberikan pengertian kepastian
akan kejadiannya, seperti juga yang terdapat di dalam ayat-ayat lain
yang semisal. Tetapi pendapat yang dikatakan oleh Qatadah dan
lain-lainnya adalah pendapat yang paling kuat, yaitu yang menyatakan
bahwa hal tersebut terjadi pada hari kiamat, dengan makna yang
menunjukkan sebagai ancaman kepada orang-orang Nasrani dan kecaman serta
celaan bagi mereka di hadapan para saksi di hari tersebut.
Pengertian ini telah diriwayatkan oleh sebuah hadis yang berpredikat
marfu yaitu diriwayatkan oleh Al-Hafiz Ibnu Asakir di dalam pembahasan
autobiografi Abu Abdullah, maula Umar ibnu Abdul Aziz yang dinilai
siqah.
سَمِعْتُ أَبَا بُرْدَةَ يُحَدِّثُ عُمَرَ بْنَ عَبْدِ الْعَزِيزِ عَنْ
أَبِيهِ أَبِي مُوسَى الْأَشْعَرِيِّ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِذَا كَانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ دُعِيَ
بِالْأَنْبِيَاءِ وَأُمَمِهِمْ، ثُمَّ يُدْعَى بِعِيسَى فَيُذَكِّرُهُ
اللَّهُ نِعْمَتَهُ عَلَيْهِ، فيقِر بِهَا، فيقولُ: {يَا عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ اذْكُرْ نِعْمَتِي عَلَيْكَ وَعَلى وَالِدَتِكَ} الْآيَةَ
[الْمَائِدَةِ: 110] ثُمَّ يَقُولُ: {أَأَنْتَ قُلْتَ لِلنَّاسِ
اتَّخِذُونِي وَأُمِّيَ إِلَهَيْنِ مِنْ دُونِ اللَّهِ} ؟ فَيُنْكِرُ أَنْ
يَكُونَ قَالَ ذَلِكَ، فَيُؤْتَى بِالنَّصَارَى فَيُسْأَلُونَ،
فَيَقُولُونَ: نَعَمْ، هُوَأَمَرَنَا بِذَلِكَ، قَالَ: فَيُطَوَّلُ شَعْرُ
عِيسَى، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فَيَأْخُذُ كُلُّ مَلَكٍ مِنَ الْمَلَائِكَةِ
بِشَعْرَةٍ مِنْ شَعْرِ رَأْسِهِ وَجَسَدِهِ. فَيُجَاثِيهِمْ بَيْنَ
يَدَيِ اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ، مِقْدَارَ أَلْفِ عَامٍ، حَتَّى تُرْفَعَ
عَلَيْهِمُ الْحُجَّةُ، وَيُرْفَعَ لَهُمُ الصَّلِيبُ، وَيُنْطَلَقَ بِهِمْ
إِلَى النَّارِ"،
Disebutkan bahwa ia pernah mendengar Abu Burdah menceritakan hadis
kepada Umar ibnu Abdul Aziz, dari ayahnya (yaitu Abu Musa Al-Asy'ari)
yang telah mengatakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda, "Apabila
hari kiamat tiba, maka para nabi dipanggil bersama dengan umatnya
masing-masing. Kemudian dipanggillah Nabi Isa, lalu Allah
mengingatkannya akan nikmat-nikmat yang telah Dia karuniakan kepadanya,
dan Nabi Isa mengakuinya." Allah Swt. berfirman: Hai Isa putra Maryam,
ingatlah nikmat-Ku kepadamu dan kepada ibumu. (Al-Maidah: 110), hingga
akhir ayat. Kemudian Allah Swt. berfirman: Hai Isa putra Maryam, adakah
kamu mengatakan kepada manusia, "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang
tuhan selain Allah"? (Al-Maidah: 116) Isa a.s. mengingkari, bahwa dia
tidak mengatakan hal tersebut. Kemudian didatangkanlah orang-orang
Nasrani, lalu mereka ditanya. Maka mereka mengatakan, "Ya, dialah yang
mengajarkan hal tersebut kepada kami." Maka rambut Nabi Isa a.s. menjadi
memanjang, sehingga setiap malaikat memegang sehelai rambut kepala dan
rambut tubuhnya (karena merinding ketakutan). Lalu mereka didudukkan di
hadapan Allah Swt. dalam jarak seribu tahun perjalanan, hingga hujjah
(alasan) mereka ditolak dan diangkatkan bagi mereka salib, kemudian
mereka digiring ke dalam neraka.
Hadis ini berpredikat garib lagi 'aziz.
Firman Allah Swt.:
{سُبْحَانَكَ مَا يَكُونُ لِي أَنْ أَقُولَ مَا لَيْسَ لِي بِحَقٍّ}
Mahasuci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). (Al-Maidah: 116)
Menurut Ibnu Abu Hatim, jawaban ini merupakan jawaban yang sempurna,
mengandung etika yang tinggi. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada
kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Umar, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Amr, dari Tawus, dari Abu Hurairah
yang mengatakan bahwa Nabi Isa mengemukakan hujjahnya, dan Allah Swt.
menerimanya, yaitu dalam firman-Nya: Dan (ingatlah) ketika Allah
berfirman, "Hai Isa putra Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia,
Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah'?” (Al-Maidah:
116) Abu Hurairah menceritakan dari Nabi Saw., bahwa setelah itu Allah
mengajarkan hujjah itu kepada Isa. Mahasuci Engkau, tidaklah patut
bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). (Al-Maidah:
116), hingga akhir ayat.
Hal ini telah diriwayatkan pula oleh As-Sauri, dari Ma'mar, dari Ibnu Tawus, dari Tawus dengan lafaz yang semisal.
Firman Allah Swt.:
{إِنْ كُنْتُ قُلْتُهُ فَقَدْ عَلِمْتَهُ}
Jika aku pernah mengatakannya, maka tentulah Engkau telah mengetahui. (Al-Maidah: 116)
Yakni jika hal ini pernah aku lakukan, maka sesungguhnya Engkau telah
mengetahuinya, wahai Tuhanku. Karena sesungguhnya tidak ada sesuatu pun
dari apa yang kukatakan samar bagi-Mu. Aku tidak pernah mengatakan hal
itu, tidak pernah berniat untuk mengatakannya, tidak pula pernah
terdetik dalam hatiku. Karena itulah dalam ayat selanjutnya disebutkan:
{تَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِي وَلا أَعْلَمُ مَا فِي نَفْسِكَ إِنَّكَ أَنْتَ
عَلامُ الْغُيُوبِ * مَا قُلْتُ لَهُمْ إِلا مَا أَمَرْتَنِي بِهِ}
Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa
yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara
yang gaib-gaib. Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa
yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya. (Al-Maidah: 116-117)
Yakni yang diperintahkan oleh Allah untuk menyampaikannya kepada mereka.
{أَنِ اعْبُدُوا اللَّهَ رَبِّي وَرَبَّكُمْ}
Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian! (Al-Maidah: 117)
Yakni tidak sekali-kali aku seru mereka melainkan kepada apa yang Engkau
perintahkan kepadaku untuk menyampaikannya kepada mereka, yaitu:
Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhan kalian. (Al-Maidah: 117) Yakni itulah
yang aku katakan kepada mereka.
Firman Allah Swt:
{وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ}
dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. (Al-Maidah: 117)
Yakni aku dapat menyaksikan semua amal perbuatan mereka selama aku berada bersama-sama mereka.
{فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ}
Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan
Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (Al-Maidah: 117)
قَالَ أَبُو دَاوُدَ الطَّيَالِسِيُّ: حَدَّثَنَا شُعْبَة قَالَ:
انْطَلَقْتُ أَنَا وَسُفْيَانُ الثَّوْرِيُّ إِلَى الْمُغِيرَةِ بْنِ
النُّعْمَانِ فَأَمْلَاهُ عَلَى سُفْيَانَ وَأَنَا مَعَهُ، فَلَمَّا قَامَ
انْتَسَخْتُ مِنْ سُفْيَانَ، فَحَدَّثَنَا قَالَ: سَمِعْتُ سَعِيدَ بْنَ
جُبَيْرٍ يُحَدِّثُ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: قَامَ فِينَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَوْعِظَةٍ، فَقَالَ: "يَا
أَيُّهَا النَّاسُ، إِنَّكُمْ مَحْشُورُونَ إِلَى اللَّهِ، عَزَّ وَجَلَّ،
حُفَاةً عُرَاةً غُرْلا كَمَا بَدَأْنَا أَوَّلَ خَلْقٍ نُعِيدُهُ، وَإِنَّ
أَوَّلَ الْخَلَائِقِ يُكْسى إِبْرَاهِيمُ، أَلَا وَإِنَّهُ يُجَاءُ
بِرِجَالٍ مِنْ أُمَّتِي فَيُؤْخَذُ بِهِمْ ذَاتَ الشِّمَالِ فَأَقُولُ:
أَصْحَابِي. فَيُقَالُ: إِنَّكَ لَا تَدْرِي مَا أَحْدَثُوا بَعْدَكَ.
فَأَقُولُ كَمَا قَالَ الْعَبْدُ الصَّالِحُ: {وَكُنْتُ عَلَيْهِمْ
شَهِيدًا مَا دُمْتُ فِيهِمْ فَلَمَّا تَوَفَّيْتَنِي كُنْتَ أَنْتَ
الرَّقِيبَ عَلَيْهِمْ وَأَنْتَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ شَهِيدٌ * إِنْ
تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ
أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} فَيُقَالُ: إِنَّ هَؤُلَاءِ لَمْ يَزَالُوا
مُرْتَدِّينَ عَلَى أَعْقَابِهِمْ مُنْذُ فَارَقْتَهُمْ".
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Syu'bah,
bahwa ia pergi bersama Sufyan As-Sauri menuju tempat Al-Mugirah ibnun
Nu'man, lalu Al-Mugirah mengimlakan kepada Sufyan yang ditemani olehku.
Setelah Al-Mugirah pergi, aku menyalinnya dari Sufyan. Ternyata di
dalamnya disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu
Jubair yang menceritakan hadis berikut dari Ibnu Abbas yang telah
menceritakan bahwa Rasulullah Saw. berdiri di hadapan kami untuk
mengemukakan suatu petuah dan nasihat. Beliau bersabda: Hai manusia,
sesungguhnya kalian kelak akan dihimpunkan oleh Allah Swt. dalam keadaan
tidak beralas kaki, telanjang lagi belum dikhitan. Sebagaimana Kami
telah memulai penciptaan pertama, begitulah Kami akan mengulanginya.
(Al-Anbiya: 104) Dansesungguhnya manusia yang mula-mula diberi pakaian
kelak di hari kiamat ialah Nabi Ibrahim. Ingatlah, sesungguhnya kelak
akan didatangkan banyak orang laki-laki dari kalangan umatku, lalu
mereka digiring ke sebelah kiri, maka aku berkata, "Sahabat-sahabatku! "
Tetapi dijawab, "Sesungguhnya kamu tidak mengetahui apa yang
dibuat-buat oleh mereka sesudahmu.” Maka aku katakan seperti apa yang
dikatakan oleh seorang hamba yang saleh, yaitu: Dan adalah aku menjadi
saksi terhadap mereka selama aku berada di antara mereka. Maka setelah
Engkau wafatkan aku, Engkaulah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah
Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. Jika Engkau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkau Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Al-Maidah: 117-118) Maka dikatakan, "Sesungguhnya mereka
terus-menerus dalam keadaan mundur ke belakang mereka sejak engkau
berpisah dengan mereka."
Imam Bukhari telah meriwayatkannya ketika membahas tafsir ayat ini, dari
Abul Walid, dari Syu'bah; dan dari Ibnu Kasir, dari Sufyan As-Sauri.
Kedua-duanya dari Al-Mugirah ibnu Nu'man dengan lafaz yang sama.
Firman Allah Swt.:
{إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba
Engkau; dan jika Engkau mengampunimereka, maka sesungguhnya Engkaulah
Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah: 118)
Kalimat ini mengandung makna mengembalikan segala sesuatunya kepada
kehendak Allah Swt., karena sesungguhnya Allah Maha Memperbuat segala
sesuatu yang dikehendaki-Nya; Dia tidak ada yang mempertanyakan apa yang
diperbuat-Nya, sedangkan mereka akan dimintai pertanggungjawabannya.
Kalimat ini pun merupakan pembersihan diri terhadap perbuatan
orang-orang Nasrani yang berani berdusta kepada Allah dan rasul-Nya
serta berani menjadikan bagi Allah tandingan dan istri serta anak.
Mahatinggi Allah dari apa yang mereka katakan itu dengan ketinggian yang
setinggi-tingginya.
Ayat ini mempunyai makna yang sangat penting dan merupakan suatu berita
yang menakjubkan. Di dalam sebuah hadis disebutkan bahwa Nabi Saw.
membacanya di malam hari hingga subuh, yakni dengan mengulang-ulang
bacaan ayat ini.
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ فُضَيْل، حَدَّثَنِي
فُليَت الْعَامِرِيُّ، عَنْ جَسْرة الْعَامِرِيَّةِ، عَنْ أَبِي ذَرٍّ،
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: صَلَّى رَسُولُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-لَيْلَةً فَقَرَأَ بِآيَةٍ حَتَّى أَصْبَحَ، يَرْكَعُ
بِهَا وَيَسْجُدُ بِهَا: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ عِبَادُكَ وَإِنْ
تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ} فَلَمَّا
أَصْبَحَ قُلْتُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، مَا زِلْتَ تَقْرَأُ هَذِهِ
الْآيَةَ حَتَّى أَصْبَحْتَ تَرْكَعُ بِهَا وَتَسْجُدُ بِهَا؟ قَالَ:
"إِنِّي سَأَلْتُ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ، الشَّفَاعَةَ لِأُمَّتِي،
فَأَعْطَانِيهَا، وَهِيَ نَائِلَةٌ إِنْ شَاءَ اللَّهُ لِمَنْ لَا يُشْرِكُ
بِاللَّهِ شَيْئًا".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Fudail, telah menceritakan kepadaku Fulait Al-Amiri, dari Jisrah
Al-Amiriyah, dari Abu Zar r.a. yang menceritakan bahwa di suatu malam
Nabi Saw. melakukan salat, lalu beliau membaca sebuah ayat yang hingga
subuh beliau tetap membacanya dalam rukuk dan sujudnya, yaitu
firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka
sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah:
118) Ketika waktu subuh Abu Hurairah bertanya, "Wahai Rasulullah,
mengapa engkau terus-menerus membaca ayat ini hingga subuh, sedangkan
engkau tetap membacanya dalam rukuk dan sujudmu?" Rasulullah Saw.
menjawab: Sesungguhnya aku memohon kepada Tuhanku akan syafaat bagi
umatku, maka Dia memberikannya kepadaku; dan syafaat itu dapat diperoleh
—Insya Allah— oleh orang yang tidak pernah mempersekutukan Allah
dengan sesuatu pun (dari kalangan umatku).
Jalur lain dan konteks lain diriwayatkan oleh Imam Ahmad.
حَدَّثَنَا يَحْيَى، حَدَّثَنَا قُدَامة بْنُ عَبْدِ اللَّهِ، حَدَّثَتْنِي
جَسْرة بِنْتُ دَجَاجَةَ: أَنَّهَا انْطَلَقَتْ مُعْتَمِرَةً، فَانْتَهَتْ
إِلَى الرَّبَذَةِ، فَسَمِعَتْ أَبَا ذَرٍّ يَقُولُ: قَامَ رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَيْلَةً مِنَ اللَّيَالِي فِي
صَلَاةِ الْعِشَاءِ، فَصَلَّى بِالْقَوْمِ، ثُمَّ تَخَلَّفَ أَصْحَابٌ لَهُ
يُصَلُّونَ، فَلَمَّا رَأَى قِيَامَهُمْ وَتَخَلُّفَهُمُ انْصَرَفَ إِلَى
رَحْلِهِ، فَلَمَّا رَأَى الْقَوْمَ قَدْ أَخْلَوُا الْمَكَانَ رَجَعَ
إِلَى مَكَانِهِ فَصَلَّى، فَجِئْتُ فَقُمْتُ خَلْفَهُ، فَأَوْمَأَ إليَّ
بِيَمِينِهِ، فَقُمْتُ عَنْ يَمِينِهِ. ثُمَّ جَاءَ ابْنُ مَسْعُودٍ
فَقَامَ خَلْفِي وَخَلْفَهُ، فَأَوْمَأَ إِلَيْهِ بِشَمَالِهِ، فَقَامَ
عَنْ شِمَالِهِ، فَقُمْنَا ثَلَاثَتُنَا يُصَلِّي كُلُّ وَاحِدٍ مِنَّا
بِنَفْسِهِ، وَيَتْلُو مِنَ الْقُرْآنِ مَا شَاءَ اللَّهُ أَنْ يَتْلُوَ.
وَقَامَ بِآيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ يُرَدِّدُهَا حَتَّى صَلَّى الْغَدَاةَ.
فَلَمَّا أَصْبَحْنَا أَوْمَأْتُ إِلَى عَبْدِ اللَّهِ بْنِ مَسْعُودٍ:
أَنْ سَلْهُ مَا أَرَادَ إِلَى مَا صَنَعَ الْبَارِحَةَ؟ فَقَالَ ابْنُ
مَسْعُودٍ بِيَدِهِ: لَا أَسْأَلُهُ عَنْ شَيْءٍ حَتَّى يُحَدِّثَ إِلَيَّ،
فَقُلْتُ: بِأَبِي أَنْتَ وَأُمِّي، قُمْتَ بِآيَةٍ مِنَ الْقُرْآنِ
وَمَعَكَ الْقُرْآنُ، لَوْ فَعَلَ هَذَا بَعْضُنَا لَوَجَدْنَا عَلَيْهِ،
قَالَ: "دَعَوْتُ لِأُمَّتِي". قُلْتُ: فَمَاذَا أَجِبْتَ؟ -أَوْ مَاذَا
رُدَّ عَلَيْكَ؟ -قَالَ: "أُجِبْتُ بِالَّذِي لَوِ اطَّلَعَ عَلَيْهِ
كَثِيرٌ مِنْهُمْ طلْعة تَرَكُوا الصَّلَاةَ". قُلْتُ: أَفَلَا أُبَشِّرُ
النَّاسَ؟ قَالَ: "بَلَى". فانطلقتُ مُعْنقًا قَرِيبًا مِنْ قَذْفة
بِحَجَرٍ. فَقَالَ عُمَرُ: يَا رَسُولَ اللَّهِ، إِنَّكَ إِنْ تَبْعَثْ
إِلَى النَّاسِ بِهَذَا نَكَلوا عَنِ الْعِبَادَةِ. فَنَادَاهُ أَنِ
ارْجِعْ فَرَجَعَ، وَتِلْكَ الْآيَةُ: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ
عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yahya, telah
menceritakan kepada kami Qudamah ibnu Abdullah, telah menceritakan
kepadaku Jisrah binti Dajjajah, bahwa ia berangkat menunaikan ibadah
umrahnya. Ketika sampai di Ar-Rabzah, ia mendengar Abu Zar menceritakan
hadis berikut, bahwa di suatu malam Rasulullah Saw. bangkit untuk
melakukan salat Isya, maka beliau salat bersama kaum. Setelah itu banyak
orang dari kalangan sahabat beliau mundur untuk melakukan salat
(sunat). Ketika Nabi Saw. melihat mereka melakukan salat setelah mundur
dari tempat itu, maka Nabi Saw. pergi ke tempat kemahnya. Setelah Nabi
Saw. melihat bahwa kaum telah mengosongkan tempat itu, maka beliau Saw.
kembali ke tempatnya semula, lalu melakukan salat (sunat). Kemudian aku
(Abu Zar) datang dan berdiri di belakang beliau, maka beliau berisyarat
kepadaku dengan tangan kanannya, maka aku berdiri di sebelah kanan
beliau. Kemudian datanglah Ibnu Mas'ud yang langsung berdiri di
belakangku dan di belakang beliau, tetapi Nabi Saw. berisyarat kepadanya
dengan tangan kirinya, maka Ibnu Mas'ud berdiri di sebelah kiri beliau.
Maka kami bertiga berdiri melakukan salat, masing-masing melakukan
salat sendirian, dan kami membaca sebagian dari Al-Qur'an sebanyak apa
yang dikehendaki oleh Allah. Sedangkan Nabi Saw. hanya membaca sebuah
ayat Al-Qur'an yang beliau ulang-ulang bacaannya hingga sampai di
penghujung malam. Setelah kami menunaikan salat Subuh, aku berisyarat
kepada Abdullah ibnu Mas'ud, meminta kepadanya untuk menanyakan apa yang
telah diperbuat oleh Nabi Saw. tadi malam. Maka Ibnu Mas'ud menjawab
dengan isyarat tangannya, bahwa dia tidak mau menanyakan sesuatu pun
kepada Nabi Saw. hingga Nabi Saw. sendirilah yang akan
memberitahukannya kepada dia. Maka aku (Abu Zar) bertanya, "Demi ayah
dan ibuku, engkau telah membaca suatu ayat dari Al-Qur’an, padahal
Al-Qur’an seluruhnya telah ada padamu. Seandainya hal itu dilakukan oleh
seseorang dari kalangan kami, niscaya kami akan menjumpainya (mudah
melakukannya)." Nabi Saw. bersabda, "Aku berdoa untuk umatku." Aku
bertanya, "Lalu apakah yang engkau peroleh atau apakah jawaban-Nya
kepadamu?" Rasulullah Saw. bersabda: Aku mendapat jawaban (dari Allah)
yang seandainya hal ini diperlihatkan kepada kebanyakan dari mereka
sekali lihat, niscaya mereka akan meninggalkan salat. Aku bertanya,
"Bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada orang-orang?" Nabi
Saw. bersabda, "Tentu saja boleh." Maka aku pergi seraya merunduk sejauh
lemparan sebuah batu (untuk mengumumkan kepada orang-orang). Tetapi
Umar berkata, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya jika engkau menyuruh
orang ini untuk menyampaikannya kepada orang banyak, niscaya mereka akan
enggan melakukan ibadah." Maka Nabi Saw. memanggilku kembali, lalu aku
kembali (tidak jadi mengumumkannya). Ayat tersebut adalah firman Allah
Swt.: Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah
hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya
Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Al-Maidah: 118).
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا يُونُسُ بْنُ عَبْدِ الْأَعْلَى،
حَدَّثَنَا ابْنُ وَهْب، أَخْبَرَنِي عَمْرُو بْنُ الْحَارِثِ، أَنَّ
بَكْرَ بْنَ سَوَادَةَ حَدَّثَهُ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرٍ،
عَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ؛ أن النبي صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَلَا قَوْلَ عِيسَى: {إِنْ تُعَذِّبْهُمْ فَإِنَّهُمْ
عِبَادُكَ وَإِنْ تَغْفِرْ لَهُمْ فَإِنَّكَ أَنْتَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
فَرَفَعَ يَدَيْهِ فَقَالَ: "اللَّهُمَّ أُمَّتِي". وَبَكَى، فَقَالَ
اللَّهُ: يَا جِبْرِيلُ، اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ -وَرَبُّكَ
أَعْلَمُ-فَاسْأَلْهُ: مَا يُبْكِيهِ؟ فَأَتَاهُ جِبْرِيلُ، فَسَأَلَهُ،
فَأَخْبَرَهُ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا
قَالَ، فَقَالَ اللَّهُ: يَا جِبْرِيلُ، اذْهَبْ إِلَى مُحَمَّدٍ فَقُلْ:
إِنَّا سَنُرْضِيكَ فِي أُمَّتِكَ وَلَا نَسُوؤُكَ.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu
Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan
kepadaku Amr ibnul Haris; Bakr ibnu Sawwadah pernah menceritakan
kepadanya hadis berikut dari Abdur Rahman ibnu Jubair, dari Abdullalh
ibnu Amr ibnul As, bahwa Nabi Saw. membaca perkataan Nabi Isa yang
disebutkan oleh firman-Nya: Jika Engkau menyiksa mereka, maka
sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau; dan jika Engkau
mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Mahaperkasa lagi
Mahabijaksana. (Al-Maidah: 118) Lalu beliau mengangkat kedua tangannya
dan berdoa, "Ya Allah, selamatkanlah umatku,"kemudian beliau menangis.
Maka Allah berfirman,"Hai Jibril, pergilah kepada Muhammad —dan Tuhanmu
lebih mengetahui— dan tanyakanlah kepadanya apa yang menyebabkan dia
menangis." Malaikat Jibril datang menemui Nabi Saw. dan bertanya
kepadanya. Maka Rasulullah Saw. menceritakan apa yang telah
diucapkannya, sedangkan Allah lebih mengetahui. Allah berfirman, "Hai
Jibril, pergilah kepada Muhammad dan katakanlah (kepadanya) bahwa
sesungguhnya Kami akan membuatnya rela tentang nasib umatnya, dan Kami
tidak akan membuatnya bersedih hati."
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا حَسَنٌ، حَدَّثَنَا ابْنُ لَهِيعَة،
حَدَّثَنَا ابْنُ هُبَيْرة أَنَّهُ سَمِعَ أَبَا تَمِيمٍ الجَيْشاني
يَقُولُ: حَدَّثَنِي سَعِيدُ بْنُ الْمُسَيَّبِ، سَمِعْتُ حُذَيْفَةَ بْنَ
الْيَمَانِ يَقُولُ: غَابَ عَنَّا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمًا فَلَمْ يَخْرُجْ، حَتَّى ظَنَّنَا أَنْ لَنْ يَخْرُجَ،
فَلَمَّا خَرَجَ سَجَدَ سَجْدَةً ظَنَنَّا أَنَّ نَفْسه قَدْ قُبِضَتْ
فِيهَا، فَلَمَّا رَفَعَ رَأْسَهُ قَالَ: "إِنَّ رَبِّي، عَزَّ وَجَلَّ،
اسْتَشَارَنِي فِي أُمَّتِي: مَاذَا أَفْعَلُ بِهِمْ؟ فَقُلْتُ: مَا شِئْتَ
أَيْ رَبِّ هُمْ خَلْقُكَ وَعِبَادُكَ. فَاسْتَشَارَنِي الثَّانِيَةَ،
فَقُلْتُ لَهُ كَذَلِكَ، فَقَالَ: لَا أُخْزِيكَ فِي أُمَّتِكَ يَا
مُحَمَّدُ، وَبَشَّرَنِي أَنَّ أَوَّلَ مَنْ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ
أُمَّتِي مَعِي سَبْعُونَ أَلْفًا، مَعَ كُلِّ أَلْفٍ سَبْعُونَ أَلْفًا،
لَيْسَ عَلَيْهِمْ حِسَابٌ، ثُمَّ أَرْسَلَ إِلَيَّ فَقَالَ: ادْعُ تُجب،
وَسَلْ تُعْطَ". فَقُلْتُ لِرَسُولِهِ: أَوَمُعْطٍي رَبِّي سُؤْلِي؟ قَالَ:
مَا أَرْسَلَنِي إِلَيْكَ إِلَّا لِيُعْطِيَكَ، وَلَقَدْ أَعْطَانِي
رَبِّي وَلَا فَخْرَ، وَغَفَرَ لِي مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِي وَمَا
تَأَخَّرَ، وَأَنَا أَمْشِي حَيًّا صَحِيحًا، وَأَعْطَانِي أَلَّا تَجُوعَ
أُمَّتِي وَلَا تُغْلَبَ، وَأَعْطَانِي الْكَوْثَرَ، وَهُوَ نَهْرٌ فِي
الْجَنَّةِ يَسِيلُ فِي حَوْضِي، وَأَعْطَانِي الْعِزَّ وَالنَّصْرَ
وَالرُّعْبَ يَسْعَى بَيْنَ يَدَيْ أُمَّتِي شَهْرًا، وَأَعْطَانِي أَنِّي
أَوَّلُ الْأَنْبِيَاءِ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ، وَطَيَّبَ لِي وَلِأُمَّتِي
الْغَنِيمَةَ، وَأَحَلَّ لَنَا كَثِيرًا مِمَّا شُدد عَلَى مَنْ قَبْلَنَا،
وَلَمْ يَجْعَلْ عَلَيْنَا فِي الدِّينِ مِنْ حَرَجٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Husain, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Luhai'ah, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Hubairah; ia pernah mendengar Abu Tamim Al-Jaisyani mengatakan
bahwa telah menceritakan kepadanya Sa'id ibnu Musayyab; ia pernah
mendengar Huzaifah ibnul Yaman menceritakan hadis berikut; Pada suatu
hari Rasulullah Saw. tidak menampakkan dirinya kepada kami. Beliau tidak
keluar, hingga kami menduga bahwa beliau Saw. tidak akan keluar hari
itu. Dan ketika beliau keluar, maka beliau langsung melakukan sujud
sekali sujud (dalam waktu yang cukup lama) sehingga kami menduga bahwa
roh beliau dicabut dalam sujudnya itu. Setelah mengangkat kepalanya
(dari sujud), beliau bersabda: Sesungguhnya Tuhanku telah meminta
pendapatku sehubungan dengan umatku, yakni apakah yang akan
dilakukan-Nya terhadap mereka? Maka aku menjawab, "Ya Tuhanku, terserah
kepada-Mu, mereka adalah makhluk dan hamba-hamba-Mu.” Allah meminta
pendapatku kedua kalinya, dan aku katakan kepada-Nya hal yang sama. Maka
Allah berfirman kepadaku, "Aku tidak akan mengecewakanmu sehubungan
dengan umatmu, hai Muhammad.” Dan Allah memberi kabar gembira kepadaku
bahwa orang yang mula-mula masuk surga dari kalangan umatku bersama-sama
denganku adalah tujuh puluh ribu orang, dan setiap seribu orang (dari
mereka) ditemani oleh tujuh puluh ribu orang, mereka semuanya tidak
terkena hisab. Kemudian Allah mengirimkan utusan kepadaku untuk
menyampaikan firman-Nya, "Berdoalah, niscaya kamu diperkenankan; dan
mintalah, niscaya diberi.” Maka kukatakan kepada utusanNya (yakni
Malaikat Jibril), "Apakah Tuhanku akan memberi permintaanku?” Ia
menjawab, "Tidak sekali-kali Dia mengutusku kepadamu melainkan untuk
memberimu.” Sesungguhnya Tuhanku telah memberiku —tanpa membanggakan
diri— dan telah memberikan ampunan bagiku atas semua dosaku yang
terdahulu dan yang kemudian, sedangkan aku masih berjalan dalam keadaan
hidup dan sehat. Dan Dia memberiku, bahwa umatku tidak akan kelaparan
dan tidak akan terkalahkan. Dia memberiku Al-Kausar, yaitu sebuah sungai
di dalam surga yang mengalir ke telagaku. Dia memberiku kejayaan,
pertolongan, dan rasa takut berjalan di hadapan umatku dalam jarak
perjalanan satu bulan (mencekam musuh-musuhku). Dia memberiku, bahwa aku
adalah nabi yang mula-mula masuk surga. Dan Dia menghalalkan bagiku dan
bagi umatku ganimah(rampasan perang), serta Dia telah menghalalkan bagi
kami banyak hal yang dilarang keras atas umat-umat sebelumku, dan Dia
tidak menjadikan bagi kami dalam agama suatu kesempitan pun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar