Pelecehan terhadap para Nabi As dan Nabi Muhammad SAW bukan merupakan
hal yang baru, melainkan memiliki rentetan pengalaman sejarah yang
panjang sebagaimana yang diungkapkan al-Qur’an dengan tiga penjelasan.
Pertama, Pelecehan yang termasuk jenis penghinaan dan olok-olok:
يَا حَسْرَةً عَلَى الْعِبَادِ مَا يَأْتِيهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا كَانُوا بِهِ يَسْتَهْزِئُونَ
“Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tidak datang
seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu
memperolok-olokkannya.” (Qs. Yasin [36]:30).
Kedua, Pelecehan yang termasuk jenis tudingan dan tuduhan:
كَذَلِكَ مَا أَتَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ مِنْ رَسُولٍ إِلا قَالُوا
سَاحِرٌ أَوْ مَجْنُونٌ (52) أَتَوَاصَوْا بِهِ بَلْ هُمْ قَوْمٌ طَاغُونَ
(53)
“Demikianlah, tidak seorang rasul pun yang datang kepada orang-orang
yang sebelum mereka, melainkan mereka mengatakan, “Ia adalah seorang
tukang sihir atau orang gila. Apakah mereka saling berpesan tentang apa
yang dikatakan itu? Sebenarnya mereka adalah kaum yang melampaui
batas.”(Qs. Al-Dzariyat [51]:52-53).
Ketiga, Memandang perbuatan nabi sebagai sihir, dusta, tidak berakal.
أَوْ يُلْقَى إِلَيْهِ كَنْزٌ أَوْ تَكُونُ لَهُ جَنَّةٌ يَأْكُلُ مِنْهَا
وَقَالَ الظَّالِمُونَ إِنْ تَتَّبِعُونَ إِلَّا رَجُلًا مَسْحُورًا (8)
“Atau (mengapa tidak) diturunkan kepadanya harta melimpah (dari
langit), atau (mengapa) ia tidak memiliki kebun, yang ia dapat makan
dari (hasil)nya?” Dan orang-orang yang zalim itu berkata, “Kamu sekalian
tidak lain hanyalah mengikuti seorang lelaki yang kena sihir.” (Qs.
Al-Furqan [25]:8)
Ketika Nabi Muhammad SAW dianggap gila dan akan diruqyah seorang ahli ruqyah
وَحَدَّثَنَا إِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيْمَ وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى
كِلاَهُمَا عَنْ عَبْدِ اْلأَعْلَى قَالَ اِبْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي
عَبْدُ اْلأَعْلَى وَهُوَ أَبُوْ هَمَّامٍ حَدَّثَنَا دَاوُدُ عَنْ عَمْرِو
بْنِ سَعِيْدٍ عَنْ سَعِيْدِ بْنِ جُبَيْرٍ عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ :
أَنَّ ضِمَادًا قَدِمَ مَكَّةَ وَكَانَ مِنْ أَزْدِ شَنُوْءَةَ وَكَانَ
يَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيْحِ فَسَمِعَ سُفَهَاءَ مِنْ أَهْلِ مَكَّةَ
يَقُوْلُوْنَ إِنَّ مُحَمَّدًا مَجْنُوْنٌ فَقَالَ لَوْ أَنِّي رَأَيْتُ
هَذَا الرَّجُلَ لَعَلَّ اللهَ يَشْفِيْهِ عَلَى يَدَيَّ قَالَ فَلَقِيَهُ
فَقَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي أَرْقِي مِنْ هَذِهِ الرِّيْحِ وَإِنَّ اللهَ
يَشْفِي عَلَى يَدِي مَنْ شَاءَ فَهَلْ لَكَ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّ الْحَمْدَ ِللهِ نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ
فَلاَ هَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ لَهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ أَمَّا بَعْدُ
قَالَ فَقَالَ أَعِدْ عَلَيَّ كَلِمَاتِكَ هَؤُلاَءِ فَأَعَادَهُنَّ
عَلَيْهِ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ
قَالَ فَقَالَ لَقَدْ سَمِعْتُ قَوْلَ الْكَهَنَةِ وَقَوْلَ السَّحَرَةِ
وَقَوْلَ الشُّعَرَاءِ فَمَا سَمِعْتُ مِثْلَ كَلِمَاتِكَ هَؤُلاَءِ
وَلَقَدْ بَلَغْنَ نَاعُوْسَ الْبَحْرِ قَالَ فَقَالَ هَاتِ يَدَكَ
أُبَايِعْكَ عَلَى اْلإِسْلاَمِ قَالَ فَبَايَعَهُ فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ
صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَعَلَى قَوْمِكَ قَالَ وَعَلَى قَوْمِي
قَالَ فَبَعَثَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَرِيَّةً
فَمَرُّوْا بِقَوْمِهِ فَقَالَ صَاحِبُ السَّرِيَّةِ لِلْجَيْشِ هَلْ
أَصَبْتُمْ مِنْ هَؤُلاَءِ شَيْئًا فَقَالَ رَجُلٌ مِنَ الْقَوْمِ أَصَبْتُ
مِنْهُمْ مِطْهَرَةً فَقَالَ رُدُّوْهَا فَإِنَّ هَؤُلاَءِ قَوْمُ
ضِمَادٍ
Dan Telah menceritakan kepada kami Ishaq bin Ibrahim dan Muhammad bin Al
Mutsanna keduanya dari Al A’la – Ibnul Mutsanna berkata- telah
menceritakan kepadaku Abdul A’la ia adalah Abu Hammam, telah
menceritakan kepada kami Dawud dari Amru bin Sa’id dari Sa’id bin Jubair
dari Ibnu Abbas bahwasanya
Suatu ketika, Dhimad pernah datang ke Makkah. Dia berasal dari Azdi
Syanu`ah, dan pandai meruqyah (mengobati dengan bacaan-bacaan tertentu)
seorang yang gila atau terkena gangguan jin. Kemudian pada suatu hari ia
mendengar orang-orang bodoh penduduk Makkah mengatakan bahwa Muhammad
itu gila. Maka Dhimad berkata, Sekiranya aku dapat melihat laki-laki
ini, mudah-mudahan Allah menyembuhkannya melalui tanganku. Maka Dhimad
pun menemui beliau, dan berkata, Wahai Muhammad, saya biasa meruqyah
penyakit ini, dan Allah akan menyembuhkan melalui tanganku siapa saja
yang dikehendakinya. Maukah kamu? Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam membaca:
INNAL HAMDA LILLAHI NAHMADUHU WA NASTA’IINUHU MAN
YAHDIHILLAHU FALAA MUDLILLA LAHU WA MAN YUDHLIL FALAA HAADLIYA LAHU WA
ASYHADU AN LAA ILAAHA ILLALLAH WAHDAHU LAA SYARIIKA LAHU WA ASYHADU ANNA
MUHAMMADAN ‘ABDUHU WA RASUULUH AMMA BA’DU.
Dhimad berkata, Ulangilah
lagi kata-katamu tadi. Maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pun
mengulanginya kembali hingga tiga kali. Akhirnya Dhimad berkata, Aku
telah mendengar kata-kata tukang tenun, kata-kata tukang sihir dan
kata-kata tukang sya’ir tetapi aku belum pernah mendengar kata-kata
seperti yang Anda ucapkan itu, akupun juga pernah mengarungi lautan.
Berikanlah tangan Anda padaku, aku akan bersumpah setia dengan Anda
untuk memeluk Islam. Maka beliau pun membai’atnya. Kemudian Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: Dan juga untuk kaummu. Dhimad
berkata, Ya, juga untuk kaumku. Tidak berapa lama kemudian, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam mengutus Sariyah (pasukan khusus yang
ditugaskan utuk operasi tertentu), lalu mereka melewati kaumnya Dhimad.
Lalu komandan pasukan itu bertanya kepada para prajuritnya, Adakah
kalian mengambil sesuatu dari kampun itu? maka seorang laki-laki
menyahut, Ada, saya telah mengambil ember mereka. maka sang komandan pun
berkata,Kembalikanlah. Karena mereka adalah kaumnya Dhimad.(Shahih
Muslim 868-46)
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman;
قُلْ إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى
وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ إِنْ هُوَ
إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ (46)
Katakanlah, "Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal
saja, yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)berdua-dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. Dia tidak lain hanyalah
pemberi peringatan bagi kamu sebelum(menghadapi) azab yang keras. (QS
Saba: 46)
Firman Allah Swt.:
قُلْ
Katakanlah. (Saba: 46)
Hai Muhammad, kepada orang-orang kafir itu yang mengiramu sebagai orang gila,
Firman-Nya
{إِنَّمَا أَعِظُكُمْ بِوَاحِدَةٍ}
Sesungguhnya aku hendak memperingatkan kepadamu suatu hal saja. (Saba: 46)
Sesungguhnya aku hanya memperingatkan kalian suatu hal saja, yaitu:
{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}
supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas)berdua-dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46)
Hendaknya kamu bersatu dan membulatkan niat secara tulus karena Allah
tanpa dipengaruhi oleh kecenderungan dan juga tanpa fanatisme. Lalu
sebagian kamu menanyakan kepada sebagian yang lain, "Apakah Muhammad
mempunyai penyakit gila?" kemudian sebagian kamu menjawab sebagian lain
dengan tulus.
{ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا}
Kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad). (Saba: 46)
Yakni hendaklah seseorang merenungkan perihal Nabi Muhammad dan
menanyakannya kepada orang lain tentang perihalnya jika ia sulit untuk
menilainya. Hendaknya pula ia memandang kepada dirinya sendiri. Karena
itu, disebutkan oleh firman Allah Swt.:
{أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ مَثْنَى وَفُرَادَى ثُمَّ تَتَفَكَّرُوا مَا بِصَاحِبِكُمْ مِنْ جِنَّةٍ}
yaitu supaya kamu menghadap Allah (dengan ikhlas) berdua-dua atau
sendiri-sendiri; kemudian kamu pikirkan (tentang Muhammad) tidak ada
penyakit gila sedikit pun pada kawanmu itu. (Saba: 46)
Demikianlah menurut apa yang tersimpulkan dari pendapat yang dikemukakan
oleh Mujahid, Muhammad ibnu Ka'b, As-Saddi. Qatadah, dan lain-lainnya.
Dan inilah yang dimaksud oleh ayat.
Adapun mengenai apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan tafsir ayat ini, yaitu bahwa:
حَدَّثَنَا أَبِي، حَدَّثَنَا هِشَامِ بْنُ عَمَّارٍ، حَدَّثَنَا صَدَقَةُ
بْنُ خَالِدٍ، حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ أَبِي الْعَاتِكَةِ، عَنْ عَلِيِّ
بْنِ يَزِيدَ، عَنِ الْقَاسِمِ، عَنْ أَبِي أُمَامَةَ؛ أَنَّ رَسُولَ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَقُولُ: "أُعْطِيتُ
ثَلَاثًا لَمْ يُعْطَهُنَّ مَن قَبْلِي وَلَا فَخْرٌ: أُحِلَّتْ لِيَ
الْغَنَائِمُ، وَلَمْ تَحِلَّ لِمَنْ قَبْلِي، كَانُوا قَبْلِي يَجْمَعُونَ
غَنَائِمَهُمْ فَيَحْرُقُونَهَا. وبُعثت إِلَى كُلِّ أَحْمَرَ وَأَسْوَدَ،
وَكَانَ كُلُّ نَبِيٍّ يُبْعَثُ إِلَى قَوْمِهِ، وَجُعِلَتْ لِيَ
الْأَرْضُ مَسْجِدًا وَطَهُورًا، أَتَيَمَّمُ بِالصَّعِيدِ، وَأُصَلِّي
حَيْثُ أَدْرَكَتْنِي الصَّلَاةُ، قَالَ اللَّهُ: {أَنْ تَقُومُوا لِلَّهِ
مَثْنَى وَفُرَادَى} وَأُعِنْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ بَيْنَ
يَدَيَّ"
Telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami
Hisyam ibnu Ammar, telah menceritakan kepada kami Sadaqah ibnu Khalid,
telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abul Atikah, dari Ali ibnu
Yazid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah r.a. yang mengatakan bahwa
sesungguhnya Rasulullah Saw. pernah bersabda:Aku dianugerahi tiga
perkara yang belum pernah diberikan kepada seorang pun sebelumku, bukan
karena sombong. Yaitu dihalalkan bagiku ganimah, padahal ia belum pernah
dihalalkan bagi orang-orang sebelumku; mereka dahulu sebelumku
mengumpulkan ganimah itu, lalu mereka bakar; dan aku diutus untuk semua
makhluk yang berkulit merah dan yang berkulit hitam (yakni jin dan
manusia), sedangkan dahulu setiap nabi diutus hanya khusus untuk
kaumnya; dan bumi ini dijadikan bagiku masjid lagi suci dan menyucikan,
aku dapat bertayamum memakai debu dan salat di mana saja bila waktu
salat telah masuk. Allah Swt. telah berfirman, "Supaya kalian berdiri
menghadap Allah berdua-dua atau sendiri-sendiri, " dan aku diberi
pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam musuhku) dalam jarak
perjalanan satu bulan di hadapanku.
Hadis ini daif sanadnya, dan mengenai tafsir ayat yang ditakwilkan
dengan pengertian berdiri dalam salat—baik jamaah maupun
sendiri-sendiri— jauh dari kebenaran.
Barangkali kalimat ini disisipkan oleh sebagian perawi ke dalam hadis,
karena sesungguhnya asal hadis ini telah termaktub di dalam kitab-kitab
sahih dan lainnya (tanpa memakai tafsir ayat tersebut); hanya Allah-lah
Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah Swt.:
{إِنْ هُوَ إِلا نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٍ شَدِيدٍ}
Dan tidak lain dia hanyalah pemberi peringatan bagi kamu sebelum (menghadapi) azab yang keras. (Saba: 46)
قَالَ الْبُخَارِيُّ عِنْدَهَا: حَدَّثَنَا عَلِيُّ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ،
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ خَازم، حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ، عَنْ عَمْرِو
بْنِ مرَّة، عَنْ سَعِيدِ بْنِ جُبَيْر ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ قَالَ: صَعدَ
النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّفَا ذَاتَ يَوْمٍ،
فَقَالَ: "يَا صَبَاحَاهُ". فَاجْتَمَعَتْ إِلَيْهِ قُرَيْشٌ، فَقَالُوا:
مَا لَكَ؟ فَقَالَ: "أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَخْبَرْتُكُمْ أَنَّ الْعَدُوَّ
يُصَبّحكم أَوْ يُمَسّيكم، أَمَا كُنْتُمْ تُصَدِّقُونِي؟ " قَالُوا:
بَلَى. قَالَ: "فَإِنِّي نَذِيرٌ لَكُمْ بَيْنَ يَدَيْ عَذَابٌ شَدِيدٍ".
فَقَالَ أَبُو لَهَبٍ: تَبًّا لَكَ! أَلِهَذَا جَمَعْتَنَا؟ فَأَنْزَلَ
اللَّهُ: {تَبَّتْ يَدَا أَبِي لَهَبٍ وَتَبَّ}
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada
kami Muhammad ibnu Hazim, telah menceritakan kepada kami Al-A'masy, dari
Amr ibnu Murrah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang
mengatakan bahwa pada suatu hari Nabi Saw. mendaki bukit Safa, lalu
berseru, "Hai orang-orang yang ada di pagi hari ini, berkumpullah!" Maka
orang-orang Quraisy datang berkumpul kepadanya, lalu mereka bertanya,
"Mengapa kamu?" Nabi Saw. bersabda: Bagaimanakah pendapat kalian
seandainya aku beritakan kepada kalian bahwa musuh akan datang menyerang
kalian di pagi hari atau di petang hari ini, apakah kalian percaya
kepadaku?” Mereka menjawab, "Tentu percaya.” Nabi Saw. bersabda, "Maka
sesungguhnya aku memberi peringatan kepada kalian sebelum (menghadapi)
azab yang keras.”Maka Abu Lahab berkata, "Celakalah kamu, apakah hanya
untuk itu engkau mengumpulkan kami?" Lalu Allah Swt. menurunkan
firman-Nya:Binasalah kedua tangan Abu Lahab dan sesungguhnya dia akan
binasa. (Al-Lahab: 1)
Hal ini telah dijelaskan dalam tafsir firman-Nya:
{وَأَنْذِرْ عَشِيرَتَكَ الأقْرَبِينَ}
Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat. (Asy-Syu'ara: 214)
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا أَبُو نُعَيْمٍ، حَدَّثَنَا بَشِيرُ
بْنُ الْمُهَاجِرِ، حَدَّثَنِي عَبْدُ اللَّهِ بْنُ بُرَيْدَةَ، عَنْ
أَبِيهِ قَالَ: خَرَجَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ يَوْمًا فَنَادَى ثَلَاثَ مَرَّاتٍ فَقَالَ: "أَيُّهَا النَّاسُ،
أَتُدْرُونَ مَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ؟ " قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ
أَعْلَمُ. قَالَ: "إِنَّمَا مَثَلِي وَمَثَلُكُمْ مثلُ قَوْمٍ خَافُوا
عَدُوًّا يَأْتِيهِمْ، فَبَعَثُوا رَجُلًا يَتَرَاءَى لَهُمْ، فَبَيْنَمَا
هُوَ كَذَلِكَ أَبْصَرَ الْعَدُوَّ، فَأَقْبَلَ لِيُنْذِرَهُمْ وَخَشِيَ
أَنْ يُدْرِكَهُ الْعَدُوُّ قَبْلَ أَنْ يُنْذِرَ قَوْمَهُ، فَأَهْوَى
بِثَوْبِهِ: أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ. أَيُّهَا النَّاسُ، أُوتِيتُمْ
-ثَلَاثَ مَرَّاتٍ".
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na'im, telah
menceritakan kepada kami Basyir ibnul Muhajir, telah menceritakan
kepadaku Abdullah ibnu Buraidah, dari ayahnya r.a. yang mengatakan bahwa
Rasulullah Saw. keluar menemui kami di suatu hari, lalu beliau berseru
sebanyak tiga kali dan bersabda, "Tahukah kalian, seperti apakah
perumpamaan antara aku dan kalian?" Mereka menjawab, "Allah dan
Rasul-Nya lebih mengetahui." Rasulullah Saw. bersabda:Sesungguhnya
perumpamaan aku dan kalian bagaikan suatu kaum yang merasa khawatir akan
kedatangan musuh yang menyerang mereka. Lalu mereka mengirim seorang
lelaki untuk memata-matai kedatangan musuh. Ketika ia telah berada di
posisinya, tiba-tiba ia melihat musuh datang. Maka segera ia kembali
untuk memperingatkan mereka dengan penuh kekhawatiran akan tersusul oleh
musuh sebelum ia menyampaikan peringatan dini kepada kaumnya, untuk
itu ia melepaskan bajunya dan mengibar-ngibarkannya seraya berseru, "Hai
kaumku, kalian akan diserang. Hai kaumku, kalian akan diserang, "
sebanyak tiga kali.
Masih dalam sanad yang sama disebutkan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"بُعِثْتُ أَنَا وَالسَّاعَةُ جَمِيعًا، إِنْ كَادَتْ لَتَسْبِقُنِي".
Aku diutus, sedangkan jarak antara aku dengan hari kiamat berbarengan, hampir saja hari kiamat benar-benar mendahuluiku.
Hadis diriwayatkan secara tunggal oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya.
Sikap Rosululloh Terhadap Penghinaan
Nabi Muhammad SAW diutus sebagai rahmatan lil ‘alamien. Beliau terkenal
luas sebagai seorang yang sabar, santun, pemaaf, dan penyayang. Seluruh
ucapan dan perbuatan beliau adalah pelaksanaan dari wahyu Al-Qur’an.
Beliau adalah “Al-Qur’an yang berjalan”. Seluruh ucapan dan perbuatan
beliau adalah akhlak mulia yang wajib dicontoh oleh kaum muslimin.
Lantas bagaimana teladan ucapan dan perbuatan Nabi SAW dalam menyikapi
orang-orang yang mencaci maki, melecehkan dan mengolok-olok Allah atau
ajaran Islam atau diri beliau sendiri? Jawabannya bisa kita dapatkan
dari hadits-hadits shahih berikut ini:
Hadits Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma:
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، أَنَّ أَعْمَى كَانَتْ لَهُ أُمُّ وَلَدٍ تَشْتُمُ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَقَعُ فِيهِ،
فَيَنْهَاهَا، فَلَا تَنْتَهِي، وَيَزْجُرُهَا فَلَا تَنْزَجِرُ، قَالَ:
فَلَمَّا كَانَتْ ذَاتَ لَيْلَةٍ، جَعَلَتْ تَقَعُ فِي النَّبِيِّ صَلَّى
اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، وَتَشْتُمُهُ، فَأَخَذَ الْمِغْوَلَ فَوَضَعَهُ
فِي بَطْنِهَا، وَاتَّكَأَ عَلَيْهَا فَقَتَلَهَا، فَوَقَعَ بَيْنَ
رِجْلَيْهَا طِفْلٌ، فَلَطَّخَتْ مَا هُنَاكَ بِالدَّمِ،
“Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma bahwasanya ada seorang laki-laki
buta yang memiliki seorang budak perempuan yang hamil dari hubungan
dengannya (ummu walad). Budak perempuan itu biasa mencaci maki dan
merendahkan Nabi SAW. Sebagai tuan, laki-laki buta itu telah
memperingatkan budak perempuannya untuk menghentikan perbuatan buruknya
itu, namun perempuan itu tidak mau menuruti peringatannya. Laki-laki
buta itu telah memerintahkan budak perempuannya menghentikan perbuatan
buruknya itu, namun perempuan itu tidak mau berhenti.
Pada suatu malam, budak perempuan itu kembali mencaci maki Nabi SAW.
Maka laki-laki buta itu mengambil belati dan menusukkannya ke perut
perempuan serta menekannya dengan kuat sampai budak perempuan itu tewas.
Tiba-tiba seorang bayi laki-laki keluar dari perut perempuan itu di
antara kedua kakinya, dan darahnya menodai ranjang.
فَلَمَّا أَصْبَحَ ذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ، فَجَمَعَ النَّاسَ فَقَالَ: «أَنْشُدُ اللَّهَ رَجُلًا فَعَلَ
مَا فَعَلَ لِي عَلَيْهِ حَقٌّ إِلَّا قَامَ»، فَقَامَ الْأَعْمَى
يَتَخَطَّى النَّاسَ وَهُوَ يَتَزَلْزَلُ حَتَّى قَعَدَ بَيْنَ يَدَيِ
النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: يَا رَسُولَ
اللَّهِ، أَنَا صَاحِبُهَا، كَانَتْ تَشْتُمُكَ، وَتَقَعُ فِيكَ،
فَأَنْهَاهَا فَلَا تَنْتَهِي، وَأَزْجُرُهَا، فَلَا تَنْزَجِرُ، وَلِي
مِنْهَا ابْنَانِ مِثْلُ اللُّؤْلُؤَتَيْنِ، وَكَانَتْ بِي رَفِيقَةً،
فَلَمَّا كَانَ الْبَارِحَةَ جَعَلَتْ تَشْتُمُكَ، وَتَقَعُ فِيكَ،
فَأَخَذْتُ الْمِغْوَلَ فَوَضَعْتُهُ فِي بَطْنِهَا، وَاتَّكَأْتُ
عَلَيْهَا حَتَّى قَتَلْتُهَا، فَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ: «أَلَا اشْهَدُوا أَنَّ دَمَهَا هَدَرٌ»
Keesokan paginya, berita pembunuhan terhadap budak perempuan yang hamil
itu dilaporkan kepada Rasulullah SAW. Maka beliau mengumpulkan para
sahabat dan bersabda, “Aku bersumpah dengan nama Allah, hendaknya orang
yang melakukan pembunuhan itu berdiri sekarang juga memenuhi
panggilanku!”
Maka laki-laki yang buta itu berdiri, berjalan di antara orang-orang dan
maju ke depan sehingga ia bisa duduk di depan Nabi SAW. Laki-laki itu
berkata: “Wahai Rasulullah, akulah yang telah membunuhnya. Dia selalu
mencaci maki dan merendahkan Anda. Aku telah memperingatkannya, namun ia
tidak mau peduli. Aku telah melarangnya, namun ia tidak mau berhenti.
Aku memiliki dua orang anak seperti intan pertama darinya. Ia adalah
kawan hidupku. Ketika tadi malam ia kembali mencaci maki dan merendahkan
Anda, maka aku pun mengambil belati, menusukkan ke perutnya dan
menekannya dengan kuat sampai ia tewas.”
Mendengar pengakuan laki-laki buta itu, Nabi SAW bersabda: “Hendaklah
kalian semua menjadi saksi, bahwa darah perempuan itu telah sia-sia.”
(HR. Abu Daud no. 4361, An-Nasai no. 4070, Al-Baihaqi no. 13375)
Imam Syamsul Haq ‘Azhim Abadi berkata: “Beliau bersabda “darah perempaun
itu telah sia-sia” barangkali karena berdasar wahyu, beliau telah
mengetahui kebenaran pengakuan laki-laki itu. Hadits ini menunjukkan
bahwa jika orang kafir dzimmi tidak menahan lisannya dari (mencaci maki
atau melecehkan) Allah dan rasul-Nya, niscaya ia tidak memiliki dzimmah
(jaminan keamanan bagi orang kafir dzimmi) sehingga ia halal dibunuh.
Demikian dikatakan oleh imam (Muhammad Hayat) As-Sindi.
Hadits Jabir bin Abdullah tentang kisah pembunuhan terhadap pemimpin Yahudi, Ka’ab bin Asyraf:
عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا: أَنَّ
النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، قَالَ: «مَنْ لِكَعْبِ بْنِ
الأَشْرَفِ، فَإِنَّهُ قَدْ آذَى اللَّهَ وَرَسُولَهُ»، قَالَ مُحَمَّدُ
بْنُ مَسْلَمَةَ: أَتُحِبُّ أَنْ أَقْتُلَهُ يَا رَسُولَ اللَّهِ؟ قَالَ:
«نَعَمْ»،
“Dari Jabir bin Abdullah RA bahwasanya Nabi SAW bersabda, “Siapakah yang
mau “membereskan” Ka’ab bin Asyraf? Sesungguhnya ia telah menyakiti
Allah dan Rasul-Nya.” Muhammad bin Maslamah bertanya, “Apakah Anda
senang jika aku membunuhnya, wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Ya”…”
(HR. Bukhari no. 3031 dan Muslim no. 1801).
Imam Bukhari telah menyebutkan kisah pembunuhan Ka’ab bin Asyraf
tersebut dalam beberapa hadits (no. 2510, 3031, 4037). Kisah pembunuhan
oleh regu suku Aus tersebut juga disebutkan dalam semua kitab sirah
nabawiyah (sejarah hidup Nabi SAW).
Hadits Barra’ bin Azib tentang kisah satu regu suku Khazraj yang diutus
oleh Rasulullah SAW untuk membunuh tokoh Yahudi Khaibar, Abu Rafi’ Salam
bin Abil Huqaiq karena ia sering mencaci maki dan melecehkan Nabi SAW.
Hadits tersebut diriwayatkan beberapa kali oleh Imam Bukhari dalam kitab
shahihnya dan kisahnya juga disebutkan dalam semua kitab Sirah
Nabawiyah. Di antara lafal hadits tersebut dalam shahih Bukhari adalah
sebagai berikut:
عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، قَالَ: بَعَثَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى أَبِي رَافِعٍ اليَهُودِيِّ رِجَالًا مِنَ
الأَنْصَارِ، فَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ عَبْدَ اللَّهِ بْنَ عَتِيكٍ، وَكَانَ
أَبُو رَافِعٍ يُؤْذِي رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
وَيُعِينُ عَلَيْهِ، وَكَانَ فِي حِصْنٍ لَهُ بِأَرْضِ الحِجَازِ
“Dari Barra’ bin Azib berkata: Rasulullah SAW mengirim beberapa orang
sahabat Anshar untuk (membunuh) pemimpin Yahudi, Abu Rafi’. Rasulullah
SAW mengangkat Abdullah bin Atik sebagai komandan regu untuk tugas
tersebut. Abu Rabi’ adalah pemimpin Yahudi yang sering menyakiti dan
memusuhi beliau. Ia tinggal di sebuah benteng miliknya di daerah
Hijaz…”(HR. Bukhari no. 4039, Al-Baihaqi no. 18100)
عَنِ البَرَاءِ بْنِ عَازِبٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، قَالَ: «بَعَثَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَهْطًا إِلَى أَبِي
رَافِعٍ، فَدَخَلَ عَلَيْهِ عَبْدُ اللَّهِ بْنُ عَتِيكٍ بَيْتَهُ لَيْلًا
وَهُوَ نَائِمٌ فَقَتَلَهُ»
“Dari Barra’ bin Azib berkata: Rasulullah SAW mengirim beberapa orang
sahabat Anshar untuk (membunuh) pemimpin Yahudi, Abu Rafi’. Maka
Abdullah bin Atik memasuki (benteng dan rumah) Abu rafi’ pada malam hari
saat ia tengah terlelap tidur, maka Abdullah bin Atik pun segera
membunuhnya.” (HR. Bukhari no. 4038, Al-Baihaqi no. 18100)
Imam Bukhari memasukkan hadits-hadits kisah pembunuhan Abu Rafi’
Al-Yahudi tersebut dalam bab “membunuh orang musyrik yang sedang tidur”
(no. hadits 3022 dan 3023) dan bab “pembunuhan atas Abu Rafi’ Abdullah
bin Abil Huqaiq” (no. hadits 4038, 4039, 4040). Kisah pembunuhan atas
Abu Rafi’ Al-Yahudi juga diriwayatkan oleh imam Abdur Razzaq
Ash-Shan’ani, Al-Baihaqi, Abu Ya’la Al-Maushili, Ath-Thabarani dan
lain-lain dari jalur Abdullah bin Atik, Abdullah bin Unais dan
Abdurrahman bin Abdullah bin Ka’ab.
Al-Hafizh Ibnu Hajar Al-Asqalani berkata, “Hadits ini menunjukkan
kebolehan membunuh orang-orang mereka (kafir) yang sangat menyakiti
Rasulullah SAW. Abu Rafi’ adalah orang yang sangat memusuhi Rasulullah
SAW dan ia memprokovasi manusia untuk hal itu.” (Fathul Bari Syarh
Shahih Bukhari, 6/156)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar