Seorang muslim beriman bahwasanya Allah Ta’ala telah menetapkan manusia
pilihan sebagai rasul-rasulNya. Dan Dia telah menurunkan wahyu kepada
mereka tentang ajaran-ajaranNya. Lalu mewajibkan rasul-rasulNya tersebut
agar menyampaikan wahyu kepada manusia agar tidak ada hujjah (alasan)
bagi mereka dihadapan Allah Ta’ala di hari kiamat kelak. Allah Ta’ala
mengutus mereka kepada kaumnya dengan diperkuat bukti-bukti dan berbagai
mukjizat. Nabi yang diangkat sebagai rasul pertama adalah Nabi Adam,
sedangkan Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam adalah Nabi dan
Rasul pungkasan.
Sekalipun para rasul tersebut merupakan manusia biasa yang berlaku
terhadap mereka apa yang berlaku bagi manusia lainnya, seperti makan dan
minum, sehat dan sakit, lupa dan ingat, hidup dan mati, akan tetapi
seorang muslim meyakini, bahwa mereka adalah manusia-manusia pilihan dan
paling sempurna. Mereka adalah manusia paling utama tanpa terkecuali.
Meyakini bahwasanya tidak akan sempurna iman seseorang kecuali dengan
beriman kepada para rasul, secara global maupun secara rinci. Dan jika
tidak beriman terhadap kerasulan salah satu dari rasul-rasul tersebut,
maka sama artinya ia tidak beriman kepada seluruh rasul, dan berarti ia
telah berbuat kekafiran.
Allah mengisyaratkan dalam al-Quran bahwa banyak Nabi yang diutus ke
dunia ini, namun dari sekian banyak Nabi dan Rasul tersebut yang wajib
diimani hanya 25 Nabi.
Para Rasul itu satu sama lainnya saling membenarkan mereka semua
mentauhidkan Allah . rasul-rasul itu mengakui bahwa sebelum mereka telah
ada rasul yang diutus Allah swt. untuk menyampaikan khabar gembira dan
peringatan kepada umatnya masing-masing.
Firman Allah swt.
ﻭَﻟَﻘَﺪْ ﺃَﺭْﺳَﻠْﻨَﺎ ﺭُﺳُﻼً ﻣِّﻦْ ﻗَﺒْﻠِﻚَ ﻣِﻨْﻬُﻢْ ﻣَّﻦْ ﻗَﺼَﺼْﻨَﺎ ﻋَﻠَﻴْﻚَ ﻭَﻣْﻨﻬُﻢْ ﻣَّﻦْ ﻟﻢَّْ ْﻧَﻘْﺼُﺺْﻋَﻠَﻴْﻚَ
“Dan sesungguhnya telah kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu,
diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu, dan diantara mereka
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu.”... (al-Mukmin : 78)
ﺭُﺳُﻼً ﻣِّﺒَﺸِّﺮِﻳْﻦَ ﻭَﻣُﻨْﺬِﺭِﻳْﻦَ ﻟِﺌَﻼً ﻳَﻜُﻮْﻥُ ﻟِﻠﻨَّﺎﺱِ ﻋَﻠَﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﺣُﺠَّﺔٌ ﺑَﻌْﺪَ ﺍﻟﺮُّﺳُﻞِ ﻭَﻛَﺎﻥَ ﺍﻟﻠﻪ ﻋَﺰِﻳْﺰًﺍ ﺣَﻜِﻴْﻤًﺎ
“ (mereka kami utus) salaku rasul-rasul pembawa berita gembira dan
pemberi peringatan agar tidak ada alasan bagi manusia membantah Allah
sesudah diutusnya rasul-rasul itu.dan Allah Maha Perkasa lagi Maha
Bijaksana.”(Qs.An-Nisa:165)
ﺍَﻹِﻳْﻤَﺎﻥُ ﺃَﻥْ ﺗُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎﻟﻠﻪِ ﻭَﻣَﻶﺋِﻜَﺔُ ﻭَﻛُﺘُﺒِﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻠِﻪِ ﻭَﺑِﺎﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍْﻵﺧِﺮِ ﻭَﺑِﺎﻟْﻘَﺪْﺭِ ﺧَﻴْﺮِﻩِ ﻭَﺷَﺮِّﻩِ
“ iman itu ialah percaya akan adanya Allah SWT.
Malaikat-malaikatNya,Kitab-kitabNya,Rasul-rasulNya,hari akhir, serta
iman kepada takdir baik dan buruk.(H.R.Muslim).
ﻭَﻣَﻦْ ﻟﻢَ ْﻳُﺆْﻣِﻦُ ﺑِﺎ ﻟﻠﻪِ ﻭَﺭَﺳُﻮْﻟَﻪُ ﻓَﺈِﻧّﺎَﺃَﻋْﺘَﺪْﻧَﺎ ﻟِﻠْﻜَﻔِﺮِﻳْﻦَ ﺳَﻌِﻴْﺮًﺍ
“barangsiapa tidak beriman kepada Allah dan rasulNya,maka sesunguhnya
Kami sediakan buat orang –orang kafir itu neraka Sa’ir.”(
Qs.al-Fath.48:13)
Iman Kepada Para Rosul Adalah Salahsatu Rukun Iman
Iman kepada para nabi dan rasul Allah, merupakan salah satu rukun
iman.Keimanan seseorang itu tidak sah, sampai ia mengimani semua nabi
dan rasul Allah dan membenarkan bahwa Allah telah mengutus mereka untuk
menunjuki, membimbing dan mengeluarkan manusia dari kegelapan kepada
cahaya kebenaran. Ditambah juga keharusan membenarkan bahwa mereka telah
menyampaikan apa yang Allah turunkan kepada mereka dengan benar dan
sempurna, dan mereka telah berjihad dengan sebenar-benarnya di jalan
Allah.
Adapun dalil tentang kewajiban iman kepada para rasul, ialah sebagai berikut:
Allah berfirman:
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorang pun
(dengan yang lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan kami taat". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami, ya Rabb kami.
Dan kepada Engkaulah tempat kembali". [Al Baqarah:285].
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ
وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ ءَامَنَ باِللهِ وَالْيَوْمِ
اْلأَخِرِ وَالْمَلَئِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّنَ وَءَاتَى الْمَالَ
عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ
السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقاَمَ الصَّلَوةَ
وَءَاتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا
وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَآءِ وَالضَّرَّآءِ وَحِينَ الْبَأْسِ
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُوْلَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah Timur dan Barat itu suatu
kebaktian, akan tetapi sesungguhnya kebaktian itu ialah beriman kepada
Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan
memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan
orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya,
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati
janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam
kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah orang-orang
yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang yang bertaqwa. [Al
Baqarah:177].
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا ءَامِنُوا بِاللهِ وَرَسُولِهِ
وَالْكِتَابِ الَّذِي نَزَّلَ عَلَى رَسُولِهِ وَالْكِتَابِ الَّذِي
أَنزَلَ مِنْ قَبْلُ وَمَن يَكْفُرْ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ
وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ اْلأَخِرِ فَقَدْ ضَلَّ ضَلاَلاً بَعِيدًا
Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
RasulNya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada RasulNya, serta
kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada
Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya, rasul-rasulNya, dan hari
kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya. [An
Nisaa’:136].
Dalam ayat-ayat tersebut di atas, Allah memerintahkan kaum mukminin
untuk beriman kepada Allah, RasulNya, Al Qur’an dan kitab suci yang
diturunkan sebelumnya. Hal ini menunjukkan kewajiban beriman kepada para
rasul.
Juga sabda Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Jibril
yang terkenal, ketika ditanya tentang iman, Beliau Shallallahu 'alaihi
wa sallam menjawab :
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْقَدَرِ كُلِّهِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
Beriman kepada Allah, malaikatNya, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhirat serta taqdir yang baik dan yang buruk.
Dalam hadits ini, Rasulullah menjadikan iman kepada para rasul termasuk
salah satu rukun iman. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Satu
keharusan dalam iman, (yaitu) seorang hamba beriman kepada Allah,
Malaikat, kitab-kitab suciNya, para RasulNya dan hari akhir. Dia harus
beriman kepada seluruh rasul yang diutus dan seluruh kitab suci yang
diturunkan.
PERBEDAAN ANTARA NABI DAN RASUL
Para ulama berselisih pendapat dalam mendefinisikan nabi dan rasul.
Namun yang rajih (kuat), menyatakan rasul adalah seorang yang
mendapatkan wahyu dengan membawa syariat baru. Adapun nabi adalah
seorang yang diberi wahyu untuk menetapkan syariat sebelumnya.
Mayoritas ulama menyatakan adanya perbedaan antara nabi dan rasul,
sebagaimana pembahasan di atas. Tetapi, mengenai letak perbedaan antara
nabi dan rasul, ada beberapa pendapat sebagai berikut.
1. Rasul adalah orang yang diturunkan kepadanya wahyu berupa syariat dan
diperintahkan untuk menyampaikan kepada umat manusia. Adapun nabi,
mereka adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat, namun tidak
diperintah untuk menyampaikannya.
2. Rasul adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat baru. Adapun
nabi diutus dengan membawa syariat rasul sebelumnya. Pendapat kedua ini
menyatakan bahwa nabi dan rasul diperintahkan menyampaikan syariat
kepada umatnya.
3. Rasul adalah orang yang mendapatkan kitab dan syariat tersendiri
(baru). Adapun nabi tidak diturunkan padanya kitab, tetapi menyeru
kepada syariat rasul sebelumnya.
Masih ada pendapat lain di kalangan ulama, kita cukupkan tiga pendapat
di atas. “Mengenai perbedaan antara nabi dan rasul, yang masyhur (selama
ini) bahwa nabi adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat dan
tidak diperintahkan untuk menyampaikan kepada manusia. Adapun rasul
adalah orang yang mendapatkan wahyu berupa syariat dan diperintahkan
untuk menyampaikan. Namun, terdapat dalil yang menunjukkan tidak
benarnya pendapat ini… Di antaranya firman Allah Subhanahu wata’ala,
إِنَّا أَنزَلْنَا التَّوْرَاةَ فِيهَا هُدًى وَنُورٌ ۚ يَحْكُمُ بِهَا النَّبِيُّونَ الَّذِينَ أَسْلَمُوا
“Sesungguhnya Kami telah menurunkan kitab Taurat. Di dalamnya (ada)
petunjuk dan cahaya (yang menerangi), yang dengan kitab itudiputuskan
perkara orang-orang Yahudi oleh nabi-nabi yang berserah diri kepada
Allah.” (al-Maidah: 44)
Ayat ini menunjukkan bahwa para nabi bani Israil setelah Musa
‘Alaihissalam berhukum dengan Taurat dan menyeru manusia (berpegang
dengan) Taurat. Atas dasar (ayat) ini, bisa kita katakan tentang
perbedaan antara nabi dan rasul, bahwasanya rasul adalah orang yang
mendapatkan wahyu berupa syariat dan diturunkan kepadanya al-Kitab.
Adapun nabi, ia adalah orang yang mendapatkan wahyu untuk menyampaikan
risalah rasul sebelumnya. Pendapat inilah yang sesuai dengan
dalil-dalil….” (diringkas dari Qathfu Jana ad-Dani hlm. 110)
Nabi dan Rasul adalah Laki-Laki Merdeka
Nabi dan rasul semua adalah laki laki merdeka dan bukan budak. Tidak ada
seorang nabi pun dari kalangan wanita. Allah Subhanahu wata’ala
berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا قَبْلَكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِمْ ۖ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِن كُنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Kami tiada mengutus rasul-rasul sebelum kamu (Muhammad) melainkan orang
laki-laki yang Kami beri wahyu kepada mereka, maka tanyakanlah olehmu
kepada orang-orang yang berilmu jikakamu tiada mengetahui.” (al-Anbiya:
7)
Dalam ayat yang lain, Allah Subhanahu wata’ala berfirman,
وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ إِلَّا رِجَالًا نُّوحِي إِلَيْهِم مِّنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ ۗ
“Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang laki-laki yang Kami
berikan wahyu kepadanya di antara penduduk negeri.” (Yusuf: 109)
Sebagian manusia beranggapan bahwa Sarah istri Ibrahim, ibu Nabi Musa,
dan Maryam binti Imran adalah para nabi. Mereka berdalil bahwasanya
malaikat Allah Subhanahu wata’ala memberikan kabar gembira kepada Sarah
akan kelahiran Ishaq. Demikian pula malaikat memberikan kabar gembira
kepada Maryam akan kelahiran Isa. Mereka berdalil pula dengan firman
Allah Subhanahu wata’ala tentang ibu Nabi Musa ‘Alaihissalam,
وَأَوْحَيْنَا إِلَىٰ أُمِّ مُوسَىٰ أَنْ أَرْضِعِيهِ ۖ فَإِذَا خِفْتِ
عَلَيْهِ فَأَلْقِيهِ فِي الْيَمِّ وَلَا تَخَافِي وَلَا تَحْزَنِي ۖ
إِنَّا رَادُّوهُ إِلَيْكِ وَجَاعِلُوهُ مِنَ الْمُرْسَلِينَ
Kami ilhamkan kepada ibu Musa, “Susuilah dia, dan apabila kamu khawatir
terhadapnya, hanyutkanlahdia ke sungai (Nil). Janganlah kamu khawatir
dan janganlah (pula) bersedih hati, karena sesungguhnya Kami akan
mengembalikannya kepadamu, dan menjadikannya (salah seorang) daripara
rasul.” (al-Qashash: 7)
Namun, semua dalil tersebut tidak menunjukkan bahwa mereka adalah nabi.
Wahyu yang dikatakan dalam kisah ibu Musa adalah ilham, sebagaimana
Allah Subhanahu wata’ala memberikan wahyu kepada lebah, yakni ilham.
Ibnu Katsir rahimahullah berkata, “Yang diyakini Ahlus Sunnah wal
Jamaah, dan ini pula yang dinukilkan oleh asy-Syaikh Abul Hasan ‘Ali bin
Isma’il al-Asy’ari, tidak ada seorang nabi pun dari kaum wanita. Yang
ada adalahshiddiqah (derajat tertinggi di bawah nabi dan rasul, -pen.).
Allah Subhanahu wata’ala mengabarkan tentang Maryam binti Imran dalam
firman-Nya,
مَّا الْمَسِيحُ ابْنُ مَرْيَمَ إِلَّا رَسُولٌ قَدْ خَلَتْ مِن قَبْلِهِ
الرُّسُلُ وَأُمُّهُ صِدِّيقَةٌ ۖ كَانَا يَأْكُلَانِ الطَّعَامَ ۗ
“Al-Masih putra Maryam hanyalah seorang rasul yang sesungguhnya telah
berlalu sebelumnya beberapa rasul, dan ibunya seorang shiddiqah (yang
sangat benar), keduanya biasa memakanmakanan.” (al-Maidah: 75) (Tafsir
Ibnu Katsir)
Seluruh rasul diselamatkan oleh Allah dari percobaan pembunuhan yang
dilakukan oleh kaumnya sedangkan nabi ada yang berhasil dibunuh oleh
kaumnya.
Seorang Nabi dan Rasul pasti lebih sempurna dari ummatnya dalam sisi
kecerdasan, keutamaan, pengetahuan, kesalehan, bersih dari dosa dan
maksiat, keberanian, kedermawanan dan kezuhudan. Allah ta'ala berfirman:
) إن الله اصطفى ءادم ونوحا وءال إبراهيم وءال عمران على العالمين ( (سورة ءال عمران : 33)
Maknanya: ” Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim
dan keluarga 'Imran melebihi segala ummat" (Q.S. Aal 'Imraan : 33)
Allah ta'ala juga berfirman:
] ولقد اخترناهم على علم على العالمين [ ( سورة الدخان : 32 )
Maknanya: "Dan sesungguhnya telah kami pilih mereka dengan pengetahuan
kami atas bangsa-bangsa seluruhnya" (Q.S. ad-Dukhaan : 32)
Sebagaimana di sebutkan dalam hadits Nabi:
عن أبي ذر قال دخلت على رسول الله صلى الله عليه وسلم وهو فى المسجد قلت أي
الأنبياء أول؟ قال آدم قلت وهل كان نبيا؟ قال نعم نبي مكلم
Dari abu dzar beliau berkata" Aku menemui Rosululloh Saw di dalam
masjid, aku berkata" Siapakah pertama para nabi"? Beliau berkata" Adam"
aku berkata" apakah beliau seorang nabi? Beliau menjawab" iya, Nabi
mukallam (berdialog langsung dengan Alloh) (HR.Ahmad,ibnu abi
syaibah,Nasai)
عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أنا أولى الناس بعيسى
ابن مريم فى الأولى والأخرة قالوا وكيف ذاك يارسول الله؟ قال الأنبياء إخوة
من علات أمهانهم شتى ودينهم واحد وليس بيننا نبي
Dari abu hurairah beliau berkata" Rosululloh Saw telah bersabda" Akulah
paling utamanya manusia (bersaudara) dengan isa putra maryam di dunia
dan akhirat" para sahabat berkata" mengapa demikian ya Rosulalloh"?
Beliau bersabda:" Para nabi itu semuanya saudara tiri, ibunya berbeda
beda tetapi agamanya satu, tidak ada di antara kami (dengan isa) seorang
nabi.
(HR.Muslim,ibnu hibban)
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:
إِنَّا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ كَمَا أَوْحَيْنَا إِلَى نُوحٍ
وَالنَّبِيِّينَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَوْحَيْنَا إِلَى إِبْرَاهِيمَ
وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَالْأَسْبَاطِ وَعِيسَى
وَأَيُّوبَ وَيُونُسَ وَهَارُونَ وَسُلَيْمَانَ وَآَتَيْنَا دَاوُودَ
زَبُورًا [النساء/163]
Sesungguhnya Kami telah memberikan wahyu kepadamu sebagaimana Kami telah
memberikan wahyu kepada Nuh dan nabi-nabi yang kemudiannya, dan Kami
telah memberikan wahyu (pula) kepada Ibrahim, Isma'il, Ishak, Ya'qub dan
anak cucunya, Isa, Ayyub, Yunus, Harun dan Sulaiman. Dan Kami berikan
Zabur kepada Daud.
Hal ini dipertegas dengan sabda Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa salam
صحيح البخاري - (ج 11 / ص 123)
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ
كُنَّا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي دَعْوَةٍ
فَرُفِعَ إِلَيْهِ الذِّرَاعُ وَكَانَتْ تُعْجِبُهُ فَنَهَسَ مِنْهَا
نَهْسَةً وَقَالَ أَنَا سَيِّدُ الْقَوْمِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ هَلْ
تَدْرُونَ بِمَ يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخِرِينَ فِي صَعِيدٍ
وَاحِدٍ فَيُبْصِرُهُمْ النَّاظِرُ وَيُسْمِعُهُمْ الدَّاعِي وَتَدْنُو
مِنْهُمْ الشَّمْسُ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ أَلَا تَرَوْنَ إِلَى مَا
أَنْتُمْ فِيهِ إِلَى مَا بَلَغَكُمْ أَلَا تَنْظُرُونَ إِلَى مَنْ
يَشْفَعُ لَكُمْ إِلَى رَبِّكُمْ فَيَقُولُ بَعْضُ النَّاسِ أَبُوكُمْ
آدَمُ فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُونَ يَا آدَمُ أَنْتَ أَبُو الْبَشَرِ
خَلَقَكَ اللَّهُ بِيَدِهِ وَنَفَخَ فِيكَ مِنْ رُوحِهِ وَأَمَرَ
الْمَلَائِكَةَ فَسَجَدُوا لَكَ وَأَسْكَنَكَ الْجَنَّةَ أَلَا تَشْفَعُ
لَنَا إِلَى رَبِّكَ أَلَا تَرَى مَا نَحْنُ فِيهِ وَمَا بَلَغَنَا
فَيَقُولُ رَبِّي غَضِبَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَا
يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ وَنَهَانِي عَنْ الشَّجَرَةِ فَعَصَيْتُهُ
نَفْسِي نَفْسِي اذْهَبُوا إِلَى غَيْرِي اذْهَبُوا إِلَى نُوحٍ
فَيَأْتُونَ نُوحًا فَيَقُولُونَ يَا نُوحُ أَنْتَ أَوَّلُ الرُّسُلِ إِلَى
أَهْلِ الْأَرْضِ وَسَمَّاكَ اللَّهُ عَبْدًا شَكُورًا أَمَا تَرَى إِلَى
مَا نَحْنُ فِيهِ أَلَا تَرَى إِلَى مَا بَلَغَنَا أَلَا تَشْفَعُ لَنَا
إِلَى رَبِّكَ فَيَقُولُ رَبِّي غَضِبَ الْيَوْمَ غَضَبًا لَمْ يَغْضَبْ
قَبْلَهُ مِثْلَهُ وَلَا يَغْضَبُ بَعْدَهُ مِثْلَهُ نَفْسِي نَفْسِي
ائْتُوا النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيَأْتُونِي
فَأَسْجُدُ تَحْتَ الْعَرْشِ فَيُقَالُ يَا مُحَمَّدُ ارْفَعْ رَأْسَكَ
وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ وَسَلْ تُعْطَهْ
قَالَ مُحَمَّدُ بْنُ عُبَيْدٍ لَا أَحْفَظُ سَائِرَهُ
Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Kami bersama Nabi Shallallahu
'alaihi wa salam dalam jamuan makan walimah (resepsi permikahan)
kemudian disodorkan kepada Beliau sepotong paha kambing yang mengundang
selera Beliau maka Beliau memakannya dengan cara menggigitnya lalu
bersabda: "Aku adalah penghulu kaum (manusia) pada hari qiyamat.
Mengertikah kalian tatkala Allah mengumpulkan manusia dari yang pertama
(diciptakan) hingga yang terakhir pada satu bukit. Kemudian mereka
dijadikan menatap oleh seorang juru pandang dan dijadikan mendengar oleh
seorang juru seru dan matahari didekatkan. Kemudian sebagian orang
berkata; "Mungkin kalian punya saran karena nasib kalian sekarang?".
Tidakkah kalian punya pandangan siapa yang dapat memintakan syafa'at
kepada Rabb kalian?". Maka sebagian orang ada yang berkata; "Bapak
kalian, Adam 'alaihissalam". Maka mereka menemui Adam Alaihissalam dan
berkata; "Wahai Adam, kamu adalah bapak seluruh manusia. Allah
menciptakan kamu langsung dengan tangan-Nya dan meniupkan langsung
ruh-Nya kepadamu dan memerintahkan para malaikat untuk sujud kepadamu
dan menempatkan kamu tinggal di surga, tidakkah sebaiknya kamu memohon
syafa'at kepada Rabbmu untuk kami?. Tidakkah kamu melihat apa yang
sedang kami hadapi?". Adam Alaihissalam menjawab; "Rabbku pernah marah
kepadaku dengan suatu kemarahan yang belum pernah Dia marah seperti itu
sebelumnya dan tidak akan pula marah seperti itu sesudahnya. Dia
melarang aku mendekati pohon namun aku mendurhakai-Nya. Oh diriku, oh
diriku. Pergilah kalian kepada orang selain aku. Pergilah kepada Nuh".
Maka mereka menemui Nuh Alaihissalam dan berkata; "Wahai Nuh, kamulah
Rasul pertama kepada penduduk bumi ini dan Allah menamakan dirimu
sebagai 'Abdan syakuura (hamba yang bersyukur). Tidakkah kamu melihat
apa yang sedang kami hadapi?, Tidakkah sebaiknya kamu memohon syafa'at
kepada Rabbmu untuk kami?. Maka Nuh Alaihissalam berkata; "Pada suatu
hari Rabbku pernah marah kepadaku dengan suatu kemarahan yang belum
pernah Dia marah seperti itu sebelumnya dan tidak akan pula marah
seperti itu sesudahnya. Oh diriku, oh diriku. Pergilah kalian kepada
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam". Maka mereka menemui aku. Kemudian
aku sujud di bawah al-'Arsy lalu dikatakan; "Wahai Muhammad, angkatlah
kepalamu dan mohonkanlah syafa'at serta mintalah karena permintaan kamu
akan dikabulkan". Muhammad bin 'Ubaid berkata; "Aku tidak hafal seluruh
isi hadits ini". [HR Al Bukhari (3340) dan Muslim (327)]
Adakah Nabi dan Rasul dari Kalangan Jin?
Jumhur ( mayoritas ) ulama berpendapat tidak ada nabi dan rasul dari
kalangan jin, semua dari kalangan manusia. Demikian pendapat sahabat
Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma. Di antara dalil jumhur adalah
firman Allah Subhanahu wata’ala
اللَّهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلَائِكَةِ رُسُلًا وَمِنَ النَّاسِ
“Allah memilih utusan-utusan (Nya) dari malaikatdan dari manusia….” (al-Hajj: 75)
Demikian pula firman Allah Subhanahu wata’ala tentang Nabi Ibrahim ‘Alaihissalam,
وَوَهَبْنَا لَهُ إِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ وَجَعَلْنَا فِي ذُرِّيَّتِهِ النُّبُوَّةَ وَالْكِتَابَ
“Dan Kami anugerahkan kepada Ibrahim, Ishaq, dan Yaqub, serta Kami
jadikan kenabian dan al-Kitab pada keturunannya.” (al-Ankabut: 27)
Ulama mengatakan, berdasarkan ayat ini, semua nabi yang diutus setelah
Ibrahim adalah dari keturunan beliau. Telah dimaklumi bahwa jin bukan
dari keturunan Ibrahim ‘Alaihissalam. Demikianlah pendapat jumhur dan
beberapa dalil yang mereka bawakan. Sebagian ulama berpendapat bahwa
bisa jadi ada nabi dan rasul dari kalangan jin. Ada pula sekelompok
ulama yang tawaqquf (tidak memberikan pendapat) dalam masalah ini, tidak
menetapkan tidak pula meniadakan. Wallahu ta’ala a’lam.
Nah, setelah anda mengetahui perbedaan nabi dan rasul, anda sebagai umat
muslim pun diwajibkan untuk mengetahui hanya 25 nabi dan rosul yang
sebenarnya jumlahnya pun tidak hanya 25. Sangat disayangkan jika anda
pun tidak hafal 25 nama nabi dan rosul yang merupakan orang terpilih.
Untuk membantu mempermudah nama nabi dan rosul, anda dapat menggunakan
shalawat nabi dan rosul yang biasanya banyak dijarkan di tempat-tempat
menuntut ilmu agama, seperti TPA, pondok pesantren dan masih banyak
lagi.
AN NUBUWAH (KENABIAN) ADALAH ANUGERAH ILAHI
An nubuwah (kenabian) merupakan perantara antara Sang Pencipta dengan makhlukNya dalam menyampaikan syariatNya.
Ditinjau dari sisi makhluk, an nubuwah merupakan duta antara Allah
dengan hambaNya, serta ajakan Allah kepada makhlukNya untuk mengeluarkan
mereka dari kegelapan menuju cahaya kebenaran. Memindahkan makhlukNya
dari kesempitan dunia menuju keluasan dunia dan akhirat. Sehingga
kenabian merupakan nikmat petunjuk dari Allah kepada hambaNya dan
anugerah Ilahi kepada mereka.
Adapun ditinjau dari diri rasul tersebut, maka kenabian merupakan
karunia Allah untuknya, pilihan Allah untuknya dari seluruh manusia dan
hadiah yang Allah khususkan kepadanya dari seluruh makhluk.
Dengan begitu, kenabian tidak dapat dicapai dengan ketinggian ilmu,
ibadah dan ketaatan. Kenabian juga tidak dapat dicapai dengan semedi,
mengosongkan perut, meditasi dan yang lainnya. Namun kenabian merupakan
anugerah Ilahi semata, dan pilihan dari Allah, sebagaimana firmanNya:
اللهُ يَصْطَفِي مِنَ الْمَلاَئِكَةِ رُسُلاً وَمِنَ النَّاسِ إِنَّ اللهَ سَمِيعٌ بَصِيرٌ
Allah memilih utusan-utusan(Nya) dari malaikat dan dari manusia;
sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Melihat. [Al Hajj:75].
وَاللَّهُ يَخْتَصُّ بِرَحْمَتِهِ مَن يَشَاءُ وَاللَّهُ ذُو الْفَضْلِ الْعَظِيمِ
Dan Allah menentukan siapa yang dikehendakiNya (untuk diberi) rahmatNya
(kenabian); dan Allah mempunyai karunia yang besar. [Al Baqarah:105].
Demikianlah, kenabian adalah kedudukan dan martabat yang tinggi, yang
Allah khususkan kepada para nabi, semata-mata karena keutamaanNya, lalu
Allah mempersiapkan dan memudahkan mereka mengembannya. Dengan keutamaan
dan rahmatNya tanpa bersusah payah, Allah menjaga mereka dari pengaruh
syetan dan menjaganya dari kesyirikan.
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللهُ عَلَيْهِم مِّنَ النَّبِيِّينَ مِن
ذُرِّيَّةِ ءَادَمَ وَمِمَّنْ حَمَلْنَا مَعَ نُوحٍ وَمِن ذُرِّيَّةِ
إِبْرَاهِيمَ وَإِسْرَاءِيلَ وَمِمَّنْ هَدَيْنَا وَاجْتَبَيْنَا إِذَا
تُتْلَى عَلَيْهِمْ ءَايَاتُ الرَّحْمَـنِ خَرُّوا سُجَّدًا وَبُكِيًّا
Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu
para nabi dari keturunan Adam, dan dari orang-orang yang Kami angkat
bersama Nuh, dan dari keturunan Ibrahim dan Israil, dan dari orang-orang
yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan
ayt-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur
dengan bersujud dan menangis. [Maryam:58].
Allah berfirman kepada Musa:
قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتُكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ
Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu
dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk
berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur". [Al A’raf:144].
Demikian juga Allah menceritakan pernyataan Nabi Ya’qub kepada anaknya :
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيلِ
اْلأَحَادِيثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى ءَالِ يَعْقُوبَ
كَمَآأَتَمَّهَا عَلَى أَبَوَيْكَ مِن قَبْلُ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ
إِنَّ رَبَّكَ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
Dan demikianlah Rabb-mu, memilih kamu (untuk menjadi Nabi) dan
diajarkanNya kepadamu sebagian dari tabir mimpi-mimpi dan
disempurnakanNya nikmatNya kepadamu dan kepada keluarga Ya'qub,
sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmatNya kepada dua orang bapakmu
sebelum itu, (yaitu) Ibrahim dan Ishaq. Sesungguhnya Rabb-mu Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana. [Yusuf:6].
Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan, bahwa kenabian bukanlah sesuatu
yang dapat diraih dengan latihan dan pencarian dan angan-angan. Oleh
karena itu, ketika kaum musyrikin berkata:
وَقَالُوا لَوْلاَ نُزِّلَ هَذَا الْقُرْءَانُ عَلَى رَجُلٍ مِّنَ الْقَرْيَتَيْنِ عَظِيمٍ
Mengapa Al Qur'an ini tidak diturunkan kepada seorang besar dari salah satu dua negeri (Mekkah dan Thaif) ini?” [Az Zukhruf:31]
Maka Allah menjawab dengan firmanNya:
أَهُمْ يَقْسِمُونَ رَحْمَتَ رَبِّكَ نَحْنُ قَسَمْنَا بَيْنَهُم
مَّعِيشَتَهُمْ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَرَفَعْنَا بَعْضَهُمْ فَوْقَ
بَعْضٍ دَرَجَاتٍ لِّيَتَّخِذَ بَعْضُهُم بَعْضًا سُخْرِيًّا وَرَحْمُت
رَبِّكَ خَيْرٌ مِمَّا يَجَمْعَوُنَ
Apakah mereka yang membagi-bagi rahmat Rabb-mu? Kami telah menentukan
antara mereka penghidupan mereka dalam kehidupan dunia, dan Kami telah
meninggikan sebagian mereka atas sebahagian yang lain beberapa derajat,
agar sebahagian mereka dapat mempergunakan sebagian yang lain. Dan
rahmat Rabb-mu lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan. [Az
Zukhruf:32].
KANDUNGAN IMAN KEPADA PARA NABI DAN RASUL
Pertama : Meyakini dengan benar dan mantap bahwa Allah Subhanahu wa
Ta'ala telah mengutus kepada setiap umat seorang rasul yang mengajak
untuk menyembah Allah saja dan mengkufuri sesembahan selainNya.
Artinya, substansi dakwah para rasul, dari yang pertama sampai yang
terakhir sama, yaitu mentauhidkan Allah dalam uluhiyah, rububiyah dan
asma’ wa sifat (nama dan sifat Allah), dan meniadakan lawannya atau
meniadakan kesempurnaannya. Begitulah, para nabi dan rasul membawa agama
satu, yaitu Islam, dan setiap rasul menegaskan kepada kaumnya:
يَاقَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَالَكُم مِّنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ
Hai kaumku, sembahlah Allah, (karena) sekali-kali tidak ada ilah bagimu selain Dia. [Al Mu’minun:23].
Dan firmanNya:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِي كُلِّ أَمَّةٍ رَّسُولاً أَنِ اعْبُدُوا اللهَ وَاجْتَنِبُوا الطَّاغُوتَ
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk
menyerukan): "Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah thagut itu. [An
Nahl:36].
Seluruh syariat mengajak kepada tauhid. Itulah inti sari dakwah para
rasul sejak Nabi Nuh Alaihissallam sampai Nabi Muhammad Shallallahu
'alaihi wa sallam.
Syaikh Islam Ibnu Taimiyah berkata: “Inilah agama nabi yang pertama
sampai nabi terakhir dan para pengikut mereka, yaitu Islam. Agama Islam
itu, intinya ialah beribadah kepada Allah saja yang tidak ada sekutu
bagiNya. Ibadah kepada Allah di setiap waktu dan tempat, yaitu dengan
mentaati para rasulNya. Sehingga seorang hamba beribadah kepadaNya
dengan tidak menyelisihi ajaran para rasul tersebut, sebagaimana orang
yang Allah ceritakan dalam firmanNya:
أَمْ لَهُمْ شُرَكَآؤُاْ شَرَعُوا لَهُم مِّنَ الدِّينِ مَالَمْ يَأْذَن بِهِ اللهُ
Apakah mereka mempunyai sembahan-sembahan selain Allah yang
mensyari'atkan untuk mereka agama yang tidak diizinkan Allah. [Asy
Syura:21].
Tidaklah beriman kepada Allah, kecuali orang yang beribadah kepada Allah
dengan mentaati para rasulNya. Dan tidaklah beriman kepada Allah dan
beribadah kepadaNya, kecuali orang yang beriman kepada seluruh para
rasul dan mentaati mereka. Sehingga setiap rasul ditaati sampai datang
rasul berikutnya, lalu ketaatannya diberikan kepada rasul yang
tersebut”.
Kedua : Beriman bahwa para rasul adalah orang yang memberikan petunjuk
dakwah dan bimbingan menuju hidayah, sebagaimana firman Allah :
إِنَّمَآأَنتَ مُنذِرٌ وَلِكُلِّ قَوْمٍ هَادٍ
Sesunguhnya kamu hanyalah seorang pemberi peringatan; dan bagi tiap-tiap kaum ada orang yang memberi petunjuk. [Ar Ra’d:7].
Dan firmanNya.
وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُّسْتَقِيمٍ صِرَاطِ اللهِ
Dan sesungguhnya kamu benar-benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus. (Yaitu) jalan Allah. [Asy Syura:52, 53].
Adapun hidayah taufiq, hanyalah di tangan Allah, Dialah yang membolak-balik hati dan mengatur segala perkara.
Ketiga : Membenarkan kerasulan dan mengakui kenabian mereka. Meyakini
bahwa mereka jujur dan benar dalam menyampaikan semua yang dari Allah.
Mereka telah menyampaikan risalah Ilahi, serta menjelaskan kepada semua
manusia semua, yang tidak mereka ketahui. Para rasul tidak pernah
menyembunyikan satu huruf pun dari risalah Ilahi. Mereka tidak merubah,
menambah dan mengurangi dengan sesuatu. Allah berfirman:
فَهَلْ عَلَى الرُّسُلِ إِلاَّ الْبَلاَغُ الْمُبِينُ
Maka tidak ada kewajiban atas para rasul, selain dari menyampaikan (amanat Allah) dengan terang. [An Nahl:35].
Barang siapa yang mengkufuri salah seorang dari mereka, berarti telah
mengkufuri seluruh para rasul dan kufur terhadap Allah yang mengutus
mereka. Allah berfirman.
ءَامَنَ الرَّسُولُ بِمَآأُنزِلَ إِلَيْهِ مِن رَّبِّهِ وَالْمُؤْمِنُونَ
كُلٌّ ءَامَنَ بِاللهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ لاَ
نُفَرِّقُ بَيْنَ أَحَدٍ مِّن رُّسُلِهِ وَقَالُوا سَمِعْنَا وَأَطَعْنَا
غُفْرَانَكَ رَبَّنَا وَإِلَيْكَ الْمَصِيرُ
Rasul telah beriman kepada Al Qur'an yang diturunkan kepadanya dari
Rabb-nya, demikian pula orang-orang yang beriman. Semuanya beriman
kepada Allah, malaikat-malaikatNya, kitab-kitabNya dan rasul-rasulNya.
(Mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun
(dengan yang lain) dari rasul-rasulNya," dan mereka mengatakan: "Kami
dengar dan kami ta'at". (Mereka berdoa): "Ampunilah kami ya Rabb kami,
dan kepada Engkaulah tempat kembali". [Al Baqarah:285].
إِنَّ الَّذِينَ يَكْفُرُونَ بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَيُرِيدُونَ أَن
يُفَرِّقُوا بَيْنَ اللهِ وَرُسُلِهِ وَيَقُولُونَ نُؤْمِنُ بِبَعْضٍ
وَنَكْفُرُ بِبَعْضٍ وَيُرِيدُونَ أَن يَتَّخِذُوا بَيْنَ ذَلِكَ سَبِيلاً
أُوْلاَئِكَ هُمُ الْكَافِرُونَ حَقًّا وَأَعْتَدْنَا لِلْكَافِرِينَ
عَذَابًا مُّهِينًا وَالَّذِينَ ءَامَنُوا بِاللهِ وَرُسُلِهِ وَلَمْ
يُفَرِّقُوا بَيْنَ أَحَدٍ مِّنْهُمْ أُوْلاَئِكَ سَوْفُ يُؤْتِيهِمْ
أُجُورَهُمْ وَكَانَ اللهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
Sesungguhnya orang-orang kafir kepada Allah dan rasul-rasulNya, dan
bermaksud memperbedakan antara (keimanan kepada) Allah dan
rasul-rasulNya, dengan mengatakan: "Kami beriman kepada yang sebahagian
dan kafir terhadap sebahagian (yang lain)," serta bermaksud (dengan
perkataan itu) mengambil jalan (tengah) diantara yang demikian (iman
atau kafir), merekalah orang-orang yang kafir sebenar-benarnya. Kami
telah menyediakan untuk orang-orang yang kafir itu siksaan yang
menghinakan. Orang-orang yang beriman kepada Allah dan para rasulNya dan
tidak membedakan seorangpun diantara mereka, kelak Allah akan
memberikan kepada mereka pahalanya. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi
Maha Penyayang. [An Nisaa:150, 152].
Keempat : Beriman bahwa Allah meninggikan derajat sebagian rasul atas
sebagian lainnya. Menjadikan Nabi Ibrahim Alaihissallam dan Nabi
Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai khalilNya. Berbicara
kepada Nabi Musa Alaihissallam, mengangkat Nabi Idris Alaihissallam pada
martabat yang tinggi, dan menjadikan Nabi Isa Alaihissallam sebagai
hamba dan rasulNya serta Muhammad sebagai penutup para nabi dan rasul,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta'ala.
تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِّنْهُم مَّن
كَلَّمَ اللهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَءَاتَيْنَا عِيسَى ابْنَ
مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ
Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian (dari) mereka atas sebagian yang
lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia)
dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan
kepada 'Isa putera Maryam beberapa mu'jizat, serta Kami perkuat dia
dengan Ruhul Qudus. [Al Baqarah:253].
وَاتَّخَذَ اللهُ إِبْرَاهِيمَ خَلِيلاً
Dan Allah mengambil Ibrahim menjadi khalilNya (kesayanganNya). [An Nisaa:125]
قَالَ يَامُوسَى إِنِّي اصْطَفَيْتُكَ عَلَى النَّاسِ بِرِسَالاَتِي وَبِكَلاَمِي فَخُذْ مَآءَاتَيْتًكَ وَكُن مِّنَ الشَّاكِرِينَ
Allah berfirman: "Hai Musa, sesungguhnya Aku memilih (melebihkan) kamu
dari manusia yang lain (di masamu) untuk membawa risalahKu dan untuk
berbicara langsung denganKu, sebab itu berpegang teguhlah kepada apa
yang Aku berikan kepadamu, dan hendaklah kamu termasuk orang-orang yang
bersyukur". [Al A’raf:144].
وَكَلَّمَ اللهُ مُوسَى تَكْلِيمًا
Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung. [An Nisaa:164]
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَّبِيًّا وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, kisah) Idris (yang
disebut) di dalam Al Qur'an. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat
membenarkan dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat
yang tinggi. [Maryam:56, 57].
Kelima : Beriman kepada para nabi dan rasul secara umum, baik yang telah
kita ketahui maupun yang belum kita ketahui. Demikian juga beriman
secara khusus kepada setiap nabi dan rasul yang telah Allah sebutkan
namanya, dengan berkeyakinan bahwa Allah memiliki para rasul lainnya
yang tidak Dia kisahkan. Allah berfirman:
وَلَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلاً مِّن قَبْلِكَ مِنْهُم مَّن قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُم مَّن لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ
Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu,
diantara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka
ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. [Al Mu’min:78]
Keenam : Mentaati para nabi dan rasul dengan mengikuti seluruh perintah
mereka dan menjauhi seluruh larangannya, serta berjalan di atas manhaj
mereka. Karena, mereka telah menyampaikan syari’at dari Allah. Mereka
sebagai contoh teladan bagi umat mereka. Allah memberikan kema’suman
kepada mereka dalam menyampaikan berita dari Allah dan risalahNya
menurut kesepakatan umat. Allah berfirman tentang Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللهُ
وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللهُ غَفُورُُ رَّحِيمُُ قُلْ أَطِيعُوا
اللهَ وَالرَّسُولَ فَإِن تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لاَ يُحِبُّ
الْكَافِرِينَ
Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku,
niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu". Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang. Katakanlah: "Ta'atilah Allah dan
RasulNya; Jika kamu berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir". [Ali Imran:31, 32]
Taat dan ibadah kepada Allah dengan mengikuti dan mencontoh mereka.
Sedangkan yang menjadi kewajiban kita adalah beramal dengan syari’at
rasul yang diutus kepada kita, yaitu Muhammad Shallallahu 'alaihi wa
sallam, yang menjadi penutup sekalian para nabi dan rasul. Nabi Muhammad
Shallallahu 'alaihi wa sallam diutus untuk segenap umat manusia. Allah
berfirman:
فَلاَ وَرَبِّكَ لاَيُؤْمِنُونَ حَتَّى يُحَكِّمُوكَ فِيمَا شَجَرَ
بَيْنَهُمْ ثُمَّ لاَ يَجِدُواْ فِي أَنفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ
وَيُسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman, hingga mereka
menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian
mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. [An Nisaa:65].
Sedangkan Rasul yang terakhir adalah Muhammad sholallahu ‘alaihi wa salaam. Dalilnya adalah firman Allah Ta’ala.
مَّاكَانَ مُحَمَّدٌ أَبَآ أَحَدٍ مِّن رِّجَالِكُمْ وَلَكِن رَّسُولَ
اللهِ وَخَاتَمَ النَّبِيِّينَ وَكَانَ اللهُ بِكُلِّ شَىْءٍ عَلِيمًا
“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kalian, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup para Nabi. Dia
adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al Ahzab:40).
Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa salaam bersabda, “Aku adalah penutup
para Nabi, dan beliau berkata :’ Tidak ada Nabi sesudahku”. Hal ini
melazimkan berakhirnya diutusnya para Rasul, karena berakhirnya yang
lebih umum (yakni diutusnya Nabi) melazimkan berakhirnya yang lebih
khusus (yakni diutusnya Rasul). Makna berakhirnya kenabian dengan
kenabian Muhammad yakni tidak adanya pensyariatan baru setelah kenabian
dan syariat yang dibawa oleh Muhammad shallallahu‘alaihi wa sallam. (Al
Irsyaad ilaa Shahiihil I’tiqaad hal 173).
Dalil lainnya adalah hadits Tsauban radhiallahu ‘anhu, bahwasanya Nabi Muhammad صلى الله عليه وسلم bersabda:
كَانَتْ بَنُو إِسْرَائِيلَ تَسُوسُهُمْ الْأَنْبِيَاءُ كُلَّمَا هَلَكَ نَبِيٌّ خَلَفَهُ نَبِيٌّ وَإِنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي
“Dahulu Bani Israil dipimpin oleh para nabi. Setiap wafat satu nabi
digantikan oleh nabi yang lain. Sesungguhnya tidak ada lagi nabi
setelahku.” [HR Bukhari (3455) Muslim (1842)]
Banyak hadits menunjukkan kewajiban beriman kepada beliau, diantaranya:
Hadits Ibnu Umar yang berbunyi:
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللَّهِ وَيُقِيمُوا
الصَّلَاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ فَإِذَا فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا
مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا بِحَقِّ الْإِسْلَامِ
وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Dari Ibnu Umar bahwasanya Rasulullohbersabda: Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mengucapkan syahadatain, menegakkan sholat dan
menunaikan zakat, apabila mereka kerjakan hal-hal itu maka mereka
terpelihara dariku darah dan harta mereka kecuali dengan hak islam dan
hisab mereka ditangan Allah. (Muttafaqun 'Alaihi)
Hadits Abu Hurairoh yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ قَالَ أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَيُؤْمِنُوا بِي وَبِمَا جِئْتُ بِهِ فَإِذَا
فَعَلُوا ذَلِكَ عَصَمُوا مِنِّي دِمَاءَهُمْ وَأَمْوَالَهُمْ إِلَّا
بِحَقِّهَا وَحِسَابُهُمْ عَلَى اللَّهِ
Dari Abu Hurairoh bahwasanya Rasulullohbersabda: Aku diperintahkan untuk
memerangi manusia hingga mengucapkan syahadat La ilaaha Illa Allah dan
beriman kepadaku dan kepada seluruh ajaranku, apabila mereka kerjakan
hal-hal itu maka mereka terpelihara dariku darah dan harta mereka
kecuali dengan hak islam dan hisab mereka ditangan Allah. (HR Muslim)
Hadits Abu Hurairoh yang berbunyi:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ وَالَّذِي نَفْسُ مُحَمَّدٍ بِيَدِهِ لَا يَسْمَعُ
بِي أَحَدٌ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ يَهُودِيٌّ وَلَا نَصْرَانِيٌّ ثُمَّ
يَمُوتُ وَلَمْ يُؤْمِنْ بِالَّذِي أُرْسِلْتُ بِهِ إِلَّا كَانَ مِنْ
أَصْحَابِ النَّارِ
Dari Abu Hurairoh dari rasululloh bahwasanya beliau telah bersabda: Demi
Allah Dzat yang jiwa Muhammad ada ditangannya, tidaklah seorangpun dari
umat ini baik yahudi ataupun nashroni yang mendengar aku kemudian mati
dan tidak beriman kepada ajaran yang aku diutus membawanya kecuali ia
menjadi penghuni neraka. (HR Muslim).
Hadits Mu'adz bin Jabal yang berbunyi:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَعَثَ مُعَاذًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ إِلَى
الْيَمَنِ فَقَالَ ادْعُهُمْ إِلَى شَهَادَةِ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا
اللَّهُ وَأَنِّي رَسُولُ اللَّهِ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ
فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ فَإِنْ هُمْ أَطَاعُوا لِذَلِكَ
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ صَدَقَةً فِي
أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ أَغْنِيَائِهِمْ وَتُرَدُّ عَلَى
فُقَرَائِهِمْ
Dari Ibnu Abas bahwasanya Nabi telah mengutus Mu'adz ke Yaman lalu
beliau bersabda: Ajak mereka kepada syahadat La Ilaaha Illa Allah dan
sesungguhnya aku adalah rasululloh. Apabila mereka mentaatimu dalam hal
ini maka beritahukanlah kepada mereka bahwa Allah telah mewajibkan
mereka melakukan sholat lima waktu dalam sehari semalam. Apabila mereka
mentaatimy dalam hal itu maka beritahukanlah bahwa Allah telah
mewajibkan mereka zakat dari harta mereka diambil dari orang-orang kaya
mereka dan dikembalikan kepada para fakir miskin mereka. (HR
al-Bukhori).
Hadits-hadit diatas menegaskan kewajiban beriman kepada Rasululloh dan
seluruh ajarannya. Demikian juga mentaatinya dan itu dengan menghalalkan
yang beliau halalkan dan mengharamkan yang beliau haramkan, mewajibkan
kewajiban yang beliau wajibkan dan memakruhkan apa yang beliau
makruhkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar