Sabtu, 15 Februari 2020

Penjelasan Tentang 3 Golongan Umat Muhammad


Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa potensi/pengetahuan oleh Allah , akan tetapi tidak semua orang mempergunakannya dengan baik, ada yang menyia-nyiakan pengetahuan itu sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak terarah, ada juga yang kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang mengabaian, dan yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan sehingga mereka dengan segera memanfatkannya dengan baik. Dan beruntunglah mereka yang menyegerakan kebaikan dalam hidupnya. Karena tidak semua orang dianugerahi pemikiraan seperti itu. Adapun tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an itu akan dijelaskan secara rinci :
1. Zalimun linafsihi ( mereka yang mendzalimi diri sendiri )
Golongan pertama (zalimun linafshihi) adalah orang-orang yang lebih banyakBerbuat kesalahan daripada kebaikannya . mereka lebih sering melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering meninggalkan perintah Allah daripada menjalankan perintah Nya. Orang yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam menjalani kehidupan.
2. Muqtasid ( mereka yang pertengahan )
Golongan kedua (muqtasid) adalah terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sama dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang termasuk golongan ini menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan laranganNya.Mereka mau menerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak melakukan kesalahan.
3. Sabiqun bilkhairat ( mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan )
Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat) terdiri atas orang-orang yang kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah. Mereka menin ggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan menghindari yang subhat.Allah SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya bagi golongan ini. Orang-orang yang termasuk golongan ketiga ini merupakan golongan yang mendapat karunia yang terbesar,selain itu juga mereka termasuk orang-orang yang beruntung karena menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman hidup dan menjalankan apa yang di perintahkannya.Mereka melakukan perbuatannya dengan ikhlas karena Allah.Kelak Allah akan membalas segala perbuatannya.
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Fathir ayat 32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara mereka ada (pula) yang bersegera berbuat kebaikan dengan izin Allah, yang demikian itu adalah keutamaan yang amat besar.”
Allah Swt. berfirman, "Kemudian Kami jadikan orang-orang yang mengamalkan Kitab yang Besar yang membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya adalah orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami," Mereka adalah umat Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka terbagi menjadi tiga golongan, untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ}
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32)
Dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
{وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ}
dan di antara mereka ada yang pertengahan.(Fathir: 32)
Dia adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya dia meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunatkan dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.
{وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ}
dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32)
Dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang disunatkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang dimakruhkan, dan sebagian hal yang diperbolehkan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya:Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) Bahwa mereka adalah umat Nabi Muhammad Saw. Allah telah mewariskan kepada mereka semua Kitab yang telah Dia turunkan, maka orang yang aniaya dari kalangan mereka diampuni, dan orang-orang yang pertengahan dari mereka dihisab dengan hisab yang ringan, sedangkan orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan dari mereka dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ عُثْمَانَ بْنِ صَالِحٍ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُعَاوِيَةَ العُتْبِيّ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الطَّاهِرِ بْنُ السَّرْحِ، حَدَّثَنَا مُوسَى بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الصَّنْعَانِيُّ، حَدَّثَنِي ابْنِ جُرَيْج، عَنْ عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ ذات يوم: "شفاعتي لأهل الكبائر منأُمَّتِي".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman ibnu Saleh dan Abdur Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abut Tahir ibnus Sarh, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Abdur Rahman As-San'ani, telah menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas, dari Rasulullah Saw. yang bersabda di suatu hari: Syafaatku bagi orang-orang yang mempunyai dosa besar dari kalangan umatku.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang lebih cepat berbuat kebaikan akan masuk surga, tanpa hisab, dan orang yang pertengahan masuk surga berkat rahmat Allah, sedangkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri serta orang-orang yang berada di perbatasan antara surga dan neraka dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat Nabi Muhammad Saw.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari bukan hanya seorang dari kalangan ulama Salaf, bahwa orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dari kalangan umat ini termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah, sekalipun dalam dirinya terdapat penyimpangan dan kealpaan.
Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri bukanlah termasuk umat ini, bukan pula termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah untuk mewarisi Al-Kitab.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan dengan pengertian 'di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri,' bahwa dia adalah orang kafir.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dan dikatakan pula oleh Ikrimah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, sehubungan dengan firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri.(Fathir: 32) Bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima catatan amal perbuatannya dari arah kirinya.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Al-Hasan serta Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri adalah orang munafik.
Barangkali Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah menganggap bahwa ketiga golongan orang ini sama dengan ketiga golongan yang disebutkan di dalam permulaan surat Al-Waqi'ah dan akhirnya.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya sendiri dalam ayat ini adalah sebagian dari umat ini. Inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, sebagaimana yang terbaca dari lahiriah ayat. Dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis-hadis dari Rasulullah Saw. yang diriwayatkan melalui berbagai jalur; yang sebagian jalurnya memperkuat sebagian yang lain. 
Berikut ini kami ketengahkan sebagian darinya.
Hadis pertama,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ، حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ، أَنَّهُ سَمِعَ رَجُلًا مِنْ ثَقِيفَ يُحَدِّث عَنْ رَجُلٍ مِنْ كِنَانَةَ، عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي هذه الآية: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، قَالَ: "هَؤُلَاءِ كُلُّهُمْ بِمَنْزِلَةٍ وَاحِدَةٍ وَكُلُّهُمْ فِي الْجَنَّةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Walid ibnul Aizar, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki dari Saqif menceritakan hadis berikut dari seorang lelaki dari kalangan Kinanah, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda sehubungan dengan makna firman-Nya:Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah.(Fathir: 32) Sabda Nabi Saw. mengatakan: Mereka semuanya berada di tempat yang sama, dan semuanya berada di dalam surga.
Bila ditinjau dari segi jalurnya hadis berpredikatgarib karena di dalam sanadnya terdapat orang-orang yang tidak disebutkan namanya. Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad dan lafaz yang semisal.‎
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Dan mereka berada di tempat yang sama," ialah bahwa mereka berasal dari umat ini dan bahwa mereka termasuk ahli surga, sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan dalam hal kedudukannya di dalam surga.
Hadis kedua,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ اللَّيْثِيُّ أَبُو ضَمْرة، عَنْ مُوسَى بْنِ عُقْبَةَ، عَنْ [عَلِيِّ] بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَزْدِيِّ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأما الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ، فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا فِيهَا لُغُوبٌ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad Al-Laisi Abu Hamzah, dari Musa ibnu Uqbah, dari Ali ibnu Abdullah Al-Azdi, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda sehubungan dengan makna ayat berikut:Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula)yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32) Bahwa adapun orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan. Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya; mereka adalah orang-orang yang mengatakan seperti yang disitir oleh firman Allah Swt.: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal(surga) dari karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa lesu.” (Fathir: 34-35)
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أُسَيْدُ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا الْحُسَيْنُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ} قَالَ: "فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu Asim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hafs, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari seorang lelaki, dari Abu Sabit, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32) Lalu Beliau Saw. bersabda:Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan, kemudian dimasukkan ke dalam surga.
وَرَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنِ الْأَعْمَشِ قَالَ: ذَكَرَ أَبُو ثَابِتٍ أَنَّهُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ، فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِ أَبِي الدَّرْدَاءِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ، آنِسْ وَحْشَتِي، وَارْحَمْ غُرْبَتِي، وَيَسِّرْ لِي جَلِيسًا صَالِحًا. قَالَ أَبُو الدَّرْدَاءِ: لَئِنْ كُنْتَ صَادِقًا لَأَنَا أَسْعَدُ بِكَ مِنْكَ، سَأُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أُحَدِّثْ بِهِ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْهُ، ذَكَرَ هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ} ، فَأَمَّا السَّابِقُ بِالْخَيْرَاتِ فَيَدْخُلُهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَأَمَّا الْمُقْتَصِدُ فَيُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا، وَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُصِيبُهُ فِي ذَلِكَ الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy yang telah mengatakan bahwa Abu Sabit masuk ke dalam masjid, lalu duduk di sebelah Abu Darda r.a. Maka Abu Sabit berdoa, "Ya Allah, hiburlah diriku dalam kesendirianku dan belas kasihanilah aku dalam keterasinganku, dan mudahkanlah bagiku mendapat teman duduk yang saleh." Maka Abu Darda berkata, "Jika engkau benar, berarti aku lebih berbahagia daripada kamu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis yang kudengar dari Rasulullah Saw. dan aku belum pernah menceritakannya sejak aku mendengarnya. Aku mendengar beliau Saw. membaca ayat berikut: 'Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan ' (Fathir: 32) Bahwa adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan-kebaikan, maka ia memasuki surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, maka ia hanya mendapat hisab yang ringan. Dan orang yang aniaya kepada dirinya sendiri, maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat pemberhentiannya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari kami.” (Fathir: 34)
Hadis ketiga.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْعَبَّاسِ، حَدَّثَنَا ابْنُ مَسْعُودٍ، أَخْبَرَنَا سَهْلُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ الرَّازِّيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو بْنُ أَبِي قَيْسٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ: {فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ} الْآيَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّهُمْ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ".
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Muhammad ibnul Abbas, telah menceritakan kepada kami Ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Abdu Rabbih Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Laila, dari saudaranya, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Usamah ibnu zaid r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula)yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Usamah ibnu Zaid melanjutkan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda sehubungan dengan makna ayat ini:Mereka semuanya berasal dari umat (ku) ini.
Hadis keempat,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَزيز، حَدَّثَنَا سَلَامَةُ، عَنْ عَقِيل، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَوْف بْنُ مَالِكٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ: "أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاتٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ، وَهِيَ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَلَيَحْمِلُنَّأَثْقَالَهُمْ وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ} [الْعَنْكَبُوتِ: 13] ،وَتَصْدِيقُهَا فِي الَّتِي فِيهَا ذِكْرُ الْمَلَائِكَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا} فَجَعَلَهُمْ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ ، وَهُمْ أَصْنَافٌ كُلُّهُمْ، فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ، فَهَذَا الَّذِي يُكْشَفُ وَيُمَحَّصُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Aziz, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Aqil, dari Ibnu Syihab, dari Auf ibnu Malik r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda: Umatku terbagi menjadi tiga golongan (kelak di hari kiamat), sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab; sebagian yang lainnya lagi mendapat hisab yang ringan, kemudian masuk ke dalam surga, dan sebagian yang terakhir dicuci dan dibersihkan (dari dosa-dosanya di dalam neraka). Kemudian para malaikat datang, lalu berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain Allah semata.” Lalu Allah Swt. berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka.” Hal inilah yang dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka akan memikul beban (dosa) mereka,dan beban-beban mereka sendiri. (Al-Ankabut: 13) Dibenarkan pula hadis ini oleh ayat yang di dalamnya disebutkan para malaikat. Firman Allah Swt. Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) Maka Allah menjadikan mereka tiga gelombang, yang semuanya terdiri dari beberapa golongan; di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap dirinya sendiri, maka golongan inilah yang dicuci dan dibersihkan terlebih dahulu.
Predikat riwayat ini garib.
Sebuah asar bersumber dari sahabat Ibnu Mas'ud r.a.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, dari Amr ibnu Qais, dari Abdullah ibnu Isa r.a., dari Yazid ibnul Haris, dari Syaqiq Abu Wa'il, dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya umat ini kelak pada hari kiamat terbagi menjadi tiga golongan. Sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab, sebagian lagi mendapat hisab yang ringan, dan sebagian lainnya datang dengan membawa dosa-dosa yang besar-besar, hingga Allah Swt. berfirman, "Siapakah mereka?" (padahal Allah Maha Mengetahui segalanya). Maka para malaikat menjawab, "Mereka datang dengan membawa dosa-dosa besar, hanya saja mereka tidak pernah mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun." Maka Tuhan Yang Mahaperkasa lagi Mahamulia berfirman, "Masukkanlah mereka ke dalam rahmat-Ku yang luas." Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini, yaitu firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32), hingga akhir ayat.
Asar lainnya,
Abu Daud At-Tayalisi r.a. telah meriwayatkan dari As-Silt ibnu Dinar ibnul Asy'as, dari Uqbah ibnu Sahban Al-Hanai' yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. tentang makna firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Maka Siti Aisyah menjawab, "Hai Anakku, mereka berada di dalam surga. Adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, maka mereka terdiri dari orang-orang yang mengalami masa Rasulullah Saw. dan beliau menjadi saksi baginya, bahwa dia telah diberi kehidupan dan rezeki. Adapun orang yang pertengahan, maka mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak beliau dari kalangan sahabat-sahabatnya (sesudah beliau tiada) hingga menyusul beliau Saw. Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka dia adalah orang yang semisal denganku dan kalian ini."
Uqbah melanjutkan, bahwa Siti Aisyah dalam jawabannya itu memasukkan dirinya ke dalam golongan kami (para tabi'in), dan hal ini termasuk ungkapan kerendahan hati dan sifat tawadu Siti Aisyah r.a. Karena sesungguhnya pada hakikatnya Siti Aisyah termasuk salah seorang pembesar dari orang-orang yang lebih cepat mengerjakan kebaikan, mengingat keutamaannya di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan sarid di atas semua jenis makanan lainnya.
Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah mengatakan bahwa Amirul Mu-minin Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32) Bahwa golongan ini menggambarkan tentang para penduduk pedalaman di antara kami (orang-orang Badui), dan orang yang pertengahan adalah menggambarkan tentang penduduk perkotaan kami, sedangkan orang yang lebih cepat berbuat kebaikan menggambarkan tentang ahli jihad. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu Hatim.
Auf Al-A'rabi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ka'bul Ahbar yang mengatakan, bahwa sesungguhnya orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dari kalangan umat ini dan orang "yang pertengahan serta orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, semuanya dimasukkan ke dalam surga. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Swt. telah berfirman: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka)surga 'Adn, mereka masuk ke dalamnya. (Fathir: 32-33) sampai dengan firman-Nya: Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. (Fathir: 36)
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang kafir) itulah ahli neraka.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Humaid, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnul Haris, dari ayahnya yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ibnu Abbas pernah bertanya kepada Ka'b tentang makna firman Allah Swt.: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) sampai dengan firman-Nya: dengan izin Allah: (Fathir: 32) Maka Ka'b menjawab, Demi Tuhannya Ka'b, pundak-pundak mereka saling berdempetan (sama dan sejajar), kemudian mereka diberi keutamaan berkat amal perbuatan masing-masing.”
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Ishaq As-Subai'i sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Abu Ishaq mengatakan, "Tidakkah engkau pernah mendengar tentang orang yang berusia enam puluh tahun, maka mereka semuanya selamat."
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, telah menceritakan kepada kami Amr, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya ayat ini menerangkan tentang umat yang dirahmati (yakni umat Nabi Muhammad Saw.); orang yang zalim diampuni, orang yang pertengahan dimasukkan di dalam surga di sisi Allah, dan orang yang lebih cepat berbuat kebaikan berada di dalam kedudukan-kedudukan yang tinggi di sisi Allah (surga yang tertinggi)
As-Sauri meriwayatkannya dari Ismail ibnu Sami, dari seorang lelaki, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. dengan lafaz yang semisal.
Abul Jarud mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Muhammad ibnu Ali (yakni Al-Baqir) tentang makna firman Allah Swt.: dan di antara mereka ada yang menganiaya diri sendiri. (Fathir: 32) Maka ia mengatakan bahwa yang dimaksud adalah orang yang mencampuri amal salehnya dengan amal buruk.
Hanya sampai di sinilah hadis-hadis dan asar-asar yang dapat kami kemukakan dalam bab ini. Dan apabila hal ini telah ditetapkan, maka sesungguhnya ayat ini mengandung makna yang umum mencakup ketiga golongan dari umat ini. Para ulama dari kalangan umat ini merupakan orang-orang yang paling diprioritaskan mendapat nikmat ini, dan mereka adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat rahmat ini.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ حَيْوَة ، عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ قَالَ: قَدِمَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ الْمَدِينَةِ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ -وَهُوَ بِدِمَشْقَ-فَقَالَ: مَا أَقْدَمَكَ أيْ أَخِي؟ قَالَ: حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أَمَا قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ لِحَاجَةٍ؟ قَالَ: لَا؟ قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الْحَدِيثِ؟ قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِعِلْمًا، سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّهُ لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالَمِ مَنْ فِي السموات وَالْأَرْضِ حَتَّى الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالَمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمِنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ بِحَظٍّ وَافِرٍ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Asim, ibnu Raja' ibnu Haiwah, dari Qais ibnu Kasir, yang mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah datang kepada Abu Darda r.a. yang saat itu berada di Dimasyq, maka Abu Darda bertanya, "Apakah yang mendorongmu datang ke mari, hai saudaraku?" Lelaki itu menjawab, "Suatu hadis yang ada berita sampai kepadaku bahwa engkau telah menceritakannya dari Rasulullah Saw." Abu Darda r.a. bertanya, "Bukankah engkau datang untuk ber­dagang?" Lelaki itu menjawab, "Bukan." Abu Darda bertanya, "Benarkah engkau datang hanya untuk mencari hadis tersebut?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Abu Darda berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan membawanya menempuh suatu jalan menuju ke surga. Dan sesungguhnya para malaikat benar-benar menaungkan sayap-sayapnya karena rela kepada penuntut ilmu, dan sesungguh­nya semua makhluk —baik yang ada di langit maupun yang ada di bumi— benar-benar memohonkan ampunan bagi orang yang alim, sehingga ikan-ikan yang ada di air (memohonkan ampun pula buatnya). Dan keutamaan orang alim atas seorang ahli ibadah(yang tidak alim), seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang lainnya. Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para nabi itu tidak meninggalkan dinar dan tidak pula dirham, melainkan yang ditinggalkan mereka hanyalah ilmu; maka barang siapa yang mengambilnya, berarti ia telah mengambil bagian yang berlimpah.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya melalui hadis Kasir ibnu Qais; dan di antara mereka ada yang menyebutkannya Qais ibnu Kasir, dari Abu Darda r.a. Dan kami telah menyebutkan jalur-jalur hadis ini berikut perawinya di dalam Syarah Kitabul Ilmu,bagian dari kitab Sahih Bukhari, alhamdulillah.
Dalam pembahasan terdahulu, tepatnya dalam tafsir permulaan surat Taha, telah disebutkan hadis Sa'labah ibnul Hakam r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِلْعُلَمَاءِ: إِنِّي لَمْ أَضَعْ عِلْمِي وَحُكْمِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ [أَنْ] أَغْفِرَ لَكُمْ، عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أبالي".
Allah Swt. berfirman di hari kiamat kepada para ulama, "Sesungguhnya Aku tidak sekali-kali menaruh ilmu dan hikmah-Ku pada kalian melainkan Aku bermaksud akan memberikan ampunan bagi kalian dengan segala dosa yang ada pada kalian, tanpa Kupedulikan lagi.”‎
Orang-orang dalam golongan pertama tersebut adalah orang-orang yang tidak memperhatikan kewajiban yang harus mereka lakukan. Mereka meninggalkan dengan sengaja kewajiban-kewajiban seperti shalat, Puasa, dan kewajiban-kewajiban lain. Lebih parah lagi, mereka bukan hanya meninggalkan kewajiban, akan tetapi mereka justru melakukan perbuatan-perbuatan yang haram. Jadilah mereka orang-orang yang menganiaya diri sendiri karena meninggalkan kewajiban, dan pada saat yang sama mereka juga menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan yang diharamkan.
Golongan muqtashid, mereka merasa cukup hanya dengan melakukan kewajiban saja, sehingga meremehkan perbuatan-perbuatan baik lainnya (sunnah). Mereka mendirikan shalat wajib, melaksanakan puasa wajib, membayar shadaqah wajib (zakat), akan tetapi mereka meninggalkan shalat-shalat sunnah, puasa-puasa sunnah, dan tidak bershadaqah selain zakat. Disamping itu, meskipun mereka telah meninggalkan perbuatan-perbuatan haram, akan tetapi meraka masih melakukan perbuatan-perbuatan makruh (tercela)
Sabiqun bilkhairat, inilah golongan tertinggi. Mereka tidak berhenti dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan. Akan tetapi mereka menambah kebaikan mereka dengan kebaikan-kebaikan lainnya (amalan-amalan sunnah). Shalat misalnya, mereka mendirikan shalat-shalat wajib dan menambah kebaikan dengan shalat-shalat sunnah rawatib, dan shalat-shalat sunnah lainnya. Begitu pula dengan puasa, mereka tidak hanya berpuasa di bulan Ramadhan, mereka juga berpuasa pada hari-hari yang di sunnahkan; Puasa ‘Arafah, ‘Asyura’, 6 hari Syawwal, shaumul bidh (tgl 13, 14, 15 bulan qamariyah), dan hari-hari lain yang disunnahkan untuk berpuasa, sampai pada puasa Daud. Demikian halnya dengan shadaqah. Orang-orang dalam golongan ini, disamping mereka meninggalkan perbuatan-perbuatan haram, mereka juga menjauhkan diri dari perbuatan yang makruh, bahkan perbuatan mubah (yang sebenarnya boleh) tetapi kurang bermanfaat juga mereka tinggalkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda bagusnya islam seseorang adalah meninggalkan segala yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah menyebutkan tentang tiga golongan tersebut bahwa: (1). Dzalimun linafsihi (orang yang mendzalimi diri sendiri) adalahash-habul masy’amah (golongan kiri). (2). Muqtashid(pertengahan) adalah ash-habul maimanah (golongan kanan). (3). Sabiqun bilkhairat (lebih dahulu berbuat kebaikan) adalah al-muqarrabun. (Tafsir Al-Baghawi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar