Pada dasarnya semua manusia diberikan anugerah berupa
potensi/pengetahuan oleh Allah , akan tetapi tidak semua orang
mempergunakannya dengan baik, ada yang menyia-nyiakan pengetahuan itu
sehingga kadangkala mereka merasa hidupnya tidak terarah, ada juga yang
kadang menyadari adanya pengetahuan adapula yang terkadang mengabaian,
dan yang terakhir mereka yang menyadari adana petunjuk / pengetahuan
sehingga mereka dengan segera memanfatkannya dengan baik. Dan
beruntunglah mereka yang menyegerakan kebaikan dalam hidupnya. Karena
tidak semua orang dianugerahi pemikiraan seperti itu. Adapun
tingkatan-tingkatan orang mukmin yang mengamalkan Al-Qur’an itu akan
dijelaskan secara rinci :
1. Zalimun linafsihi ( mereka yang mendzalimi diri sendiri )
Golongan pertama (zalimun linafshihi) adalah orang-orang yang lebih
banyakBerbuat kesalahan daripada kebaikannya . mereka lebih sering
melakukan perbuatan buruk daripada perbuatan baik . Mereka lebih sering
meninggalkan perintah Allah daripada menjalankan perintah Nya. Orang
yang termasuk golongan ini menolak Al Qur’an dan memilih jalan hidup
yang lain. Mereka tidak mau menjadikan Al Qur’an sebagai pedoman dalam
menjalani kehidupan.
2. Muqtasid ( mereka yang pertengahan )
Golongan kedua (muqtasid) adalah terdiri atas orang-orang yang
kebaikannya sama dengan keburukan yang di lakukannya. Orang-orang yang
termasuk golongan ini menjalankan perintah Allah tetapi juga menjalankan
laranganNya.Mereka mau menerima Al Qur’an dan menjadikannya sebagai
pedoman hidup, tetapi mereka masih banyak melakukan kesalahan.
3. Sabiqun bilkhairat ( mereka yang lebih dahulu berbuat kebaikan )
Golongan ketiga (sabiqun bilkhairat) terdiri atas orang-orang yang
kebaikannya sangat banyak dan sangat jarang berbuat kesalahan. Mereka
yang termasuk golongan ini adalah orang-orang yang selalu menjalankan
perintah Allah SWT dan menjauhi larangan Nya. Mereka menjadikan Al
Qur’an sebagai pedoman hidup. Mereka tidak pernah mengerjakan apa yang
di larang oleh Al Qur’an.Orang-orang yang masuk golongan ini selalu
menjalankan perintah-perintah yang hukumnya wajib dan sunnah. Mereka
menin ggalkan segala sesuatu yang haram hukumnya dan menghindari yang
subhat.Allah SWT telah menyediakan surga dengan segala kenikmatannya
bagi golongan ini. Orang-orang yang termasuk golongan ketiga ini
merupakan golongan yang mendapat karunia yang terbesar,selain itu juga
mereka termasuk orang-orang yang beruntung karena menjadikan Al Qur’an
sebagai pedoman hidup dan menjalankan apa yang di perintahkannya.Mereka
melakukan perbuatannya dengan ikhlas karena Allah.Kelak Allah akan
membalas segala perbuatannya.
Allah ta’ala berfirman di dalam Al Qur`an surat Fathir ayat 32:
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
“Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri, di antara mereka ada yang pertengahan, dan diantara
mereka ada (pula) yang bersegera berbuat kebaikan dengan izin Allah,
yang demikian itu adalah keutamaan yang amat besar.”
Allah Swt. berfirman, "Kemudian Kami jadikan orang-orang yang
mengamalkan Kitab yang Besar yang membenarkan kitab-kitab yang
sebelumnya adalah orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami," Mereka adalah umat Nabi Muhammad Saw. Kemudian mereka terbagi
menjadi tiga golongan, untuk itu Allah Swt. berfirman:
{فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ}
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir: 32)
Dia adalah orang yang melalaikan sebagian dari pekerjaan yang diwajibkan
atasnya dan mengerjakan sebagian dari hal-hal yang diharamkan.
{وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ}
dan di antara mereka ada yang pertengahan.(Fathir: 32)
Dia adalah orang yang menunaikan hal-hal yang diwajibkan atas dirinya
dan meninggalkan hal-hal yang diharamkan, tetapi adakalanya dia
meninggalkan sebagian dari hal-hal yang disunatkan dan mengerjakan
sebagian dari hal-hal yang dimakruhkan.
{وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ}
dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32)
Dia adalah orang yang mengerjakan semua kewajiban dan hal-hal yang
disunatkan, juga meninggalkan semua hal yang diharamkan, yang
dimakruhkan, dan sebagian hal yang diperbolehkan.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan
makna firman-Nya:Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32) Bahwa mereka
adalah umat Nabi Muhammad Saw. Allah telah mewariskan kepada mereka
semua Kitab yang telah Dia turunkan, maka orang yang aniaya dari
kalangan mereka diampuni, dan orang-orang yang pertengahan dari mereka
dihisab dengan hisab yang ringan, sedangkan orang-orang yang lebih cepat
berbuat kebaikan dari mereka dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab.
قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ
عُثْمَانَ بْنِ صَالِحٍ، وَعَبْدُ الرَّحْمَنِ بْنُ مُعَاوِيَةَ العُتْبِيّ
قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو الطَّاهِرِ بْنُ السَّرْحِ، حَدَّثَنَا مُوسَى
بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ الصَّنْعَانِيُّ، حَدَّثَنِي ابْنِ جُرَيْج، عَنْ
عَطَاءٍ، عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ ذات يوم: "شفاعتي لأهل الكبائر
منأُمَّتِي".
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Usman
ibnu Saleh dan Abdur Rahman ibnu Mu'awiyah Al-Atabi. Keduanya
mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abut Tahir ibnus Sarh, telah
menceritakan kepada kami Musa ibnu Abdur Rahman As-San'ani, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Juraij, dari Ata, dari Ibnu Abbas, dari
Rasulullah Saw. yang bersabda di suatu hari: Syafaatku bagi orang-orang
yang mempunyai dosa besar dari kalangan umatku.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa orang yang lebih cepat berbuat kebaikan akan
masuk surga, tanpa hisab, dan orang yang pertengahan masuk surga berkat
rahmat Allah, sedangkan orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri
serta orang-orang yang berada di perbatasan antara surga dan neraka
dimasukkan ke dalam surga berkat syafaat Nabi Muhammad Saw.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari bukan hanya seorang dari kalangan
ulama Salaf, bahwa orang yang aniaya terhadap dirinya sendiri dari
kalangan umat ini termasuk orang-orang yang dipilih oleh Allah,
sekalipun dalam dirinya terdapat penyimpangan dan kealpaan.
Ulama lainnya mengatakan bahwa bahkan orang yang aniaya terhadap dirinya
sendiri bukanlah termasuk umat ini, bukan pula termasuk orang-orang
yang dipilih oleh Allah untuk mewarisi Al-Kitab.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah
menceritakan kepada kami Ali ibnu Hasyim ibnu Marzuq, telah menceritakan
kepada kami Ibnu Uyaynah, dari Amr, dari Ibnu Abbas r.a. sehubungan
dengan pengertian 'di antara mereka ada yang berbuat aniaya terhadap
dirinya sendiri,' bahwa dia adalah orang kafir.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ikrimah, dari Ibnu Abbas, dan
dikatakan pula oleh Ikrimah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh
Ibnu Jarir.
Ibnu Abu Najih telah meriwayatkan dari Mujahid, sehubungan dengan
firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka
sendiri.(Fathir: 32) Bahwa mereka adalah orang-orang yang menerima
catatan amal perbuatannya dari arah kirinya.
Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Al-Hasan serta
Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan orang yang menganiaya dirinya
sendiri adalah orang munafik.
Barangkali Ibnu Abbas, Al-Hasan, dan Qatadah menganggap bahwa ketiga
golongan orang ini sama dengan ketiga golongan yang disebutkan di dalam
permulaan surat Al-Waqi'ah dan akhirnya.
Pendapat yang benar mengatakan bahwa yang dimaksud dengan orang yang
menganiaya dirinya sendiri dalam ayat ini adalah sebagian dari umat ini.
Inilah yang dipilih oleh Ibnu Jarir, sebagaimana yang terbaca dari
lahiriah ayat. Dan sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis-hadis dari
Rasulullah Saw. yang diriwayatkan melalui berbagai jalur; yang sebagian
jalurnya memperkuat sebagian yang lain.
Berikut ini kami ketengahkan sebagian darinya.
Hadis pertama,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ،
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ، عَنِ الْوَلِيدِ بْنِ الْعَيْزَارِ، أَنَّهُ سَمِعَ
رَجُلًا مِنْ ثَقِيفَ يُحَدِّث عَنْ رَجُلٍ مِنْ كِنَانَةَ، عَنْ أَبِي
سَعِيدٍ الْخُدْرِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ فِي هذه الآية: {ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، قَالَ: "هَؤُلَاءِ كُلُّهُمْ
بِمَنْزِلَةٍ وَاحِدَةٍ وَكُلُّهُمْ فِي الْجَنَّةِ"
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Ja'far, telah menceritakan kepada kami Syu'bah, dari Al-Walid ibnul
Aizar, bahwa ia pernah mendengar seorang lelaki dari Saqif menceritakan
hadis berikut dari seorang lelaki dari kalangan Kinanah, dari Abu Sa'id
Al-Khudri r.a., dari Nabi Saw. yang telah bersabda sehubungan dengan
makna firman-Nya:Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang
yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada
yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah.(Fathir: 32) Sabda Nabi Saw. mengatakan:
Mereka semuanya berada di tempat yang sama, dan semuanya berada di dalam
surga.
Bila ditinjau dari segi jalurnya hadis berpredikatgarib karena di dalam
sanadnya terdapat orang-orang yang tidak disebutkan namanya. Ibnu Jarir
dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui hadis Syu'bah dengan sanad
dan lafaz yang semisal.
Makna sabda Nabi Saw. yang mengatakan, "Dan mereka berada di tempat yang
sama," ialah bahwa mereka berasal dari umat ini dan bahwa mereka
termasuk ahli surga, sekalipun di antara mereka terdapat perbedaan dalam
hal kedudukannya di dalam surga.
Hadis kedua,
قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ عِيسَى، حَدَّثَنَا
أَنَسُ بْنُ عِيَاضٍ اللَّيْثِيُّ أَبُو ضَمْرة، عَنْ مُوسَى بْنِ
عُقْبَةَ، عَنْ [عَلِيِّ] بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الْأَزْدِيِّ، عَنْ أَبِي
الدَّرْدَاءِ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "قَالَ اللَّهُ: {ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ} ، فَأَمَّا الَّذِينَ سَبَقُوا
فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ حِسَابٍ، وَأَمَّا
الَّذِينَ اقْتَصَدُوا فَأُولَئِكَ يُحَاسِبُونَ حِسَابًا يسيرا، وأما
الَّذِينَ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ يُحْبَسُونَ فِي
طُولِ الْمَحْشَرِ، ثُمَّ هُمُ الَّذِينَ تَلَافَاهُمْ بِرَحْمَتِهِ،
فَهُمُ الَّذِينَ يَقُولُونَ: {الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا
الْحَزَنَ إِنَّ رَبَّنَا لَغَفُورٌ شَكُورٌ الَّذِي أَحَلَّنَا دَارَ
الْمُقَامَةِ مِنْ فَضْلِهِ لَا يَمَسُّنَا فِيهَا نَصَبٌ وَلا يَمَسُّنَا
فِيهَا لُغُوبٌ}
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Isa,
telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Iyad Al-Laisi Abu Hamzah, dari
Musa ibnu Uqbah, dari Ali ibnu Abdullah Al-Azdi, dari Abu Darda r.a.
yang mengatakan, bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda
sehubungan dengan makna ayat berikut:Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami, lalu di
antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara
mereka ada yang pertengahan, dan di antara mereka ada (pula)yang lebih
cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32) Bahwa adapun
orang-orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, mereka adalah orang-orang
yang dimasukkan ke dalam surga tanpa hisab; dan orang-orang yang
pertengahan ialah mereka yang mengalami hisab, tetapi hisab yang ringan.
Adapun orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri adalah
orang-orang yang ditahan di sepanjang Padang Mahsyar menunggu syafaat
dariku, kemudian Allah memaafkan mereka dengan rahmat-Nya; mereka adalah
orang-orang yang mengatakan seperti yang disitir oleh firman Allah
Swt.: "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka cita dari
kami. Sesungguhnya Tuhan kami benar-benar Maha Pengampun lagi Maha
Mensyukuri. Yang menempatkan kami dalam tempat yang kekal(surga) dari
karunia-Nya; di dalamnya kami tiada merasa lelah dan tiada pula merasa
lesu.” (Fathir: 34-35)
Jalur lain,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أُسَيْدُ بْنُ عَاصِمٍ، حَدَّثَنَا
الْحُسَيْنُ بْنُ حَفْصٍ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنِ الْأَعْمَشِ، عَنْ
رَجُلٍ، عَنْ أَبِي ثَابِتٍ، عَنْ أَبِي الدَّرْدَاءِ قَالَ: سَمِعْتُ
رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: {ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ} قَالَ: "فَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُحْبَسُ
حَتَّى يُصِيبَهُ الْهَمُّ وَالْحُزْنُ، ثُمَّ يَدْخُلُ الْجَنَّةَ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Usaid ibnu
Asim, telah menceritakan kepada kami Al-Husain ibnu Hafs, telah
menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari seorang lelaki,
dari Abu Sabit, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa ia pernah
mendengar Rasulullah Saw. membaca firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami,
lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri. (Fathir:
32) Lalu Beliau Saw. bersabda:Adapun orang yang menganiaya dirinya
sendiri, maka ia ditahan sehingga mengalami kesusahan dan kesedihan,
kemudian dimasukkan ke dalam surga.
وَرَوَاهُ ابْنُ جَرِيرٍ مِنْ حَدِيثِ سُفْيَانَ الثَّوْرِيِّ، عَنِ
الْأَعْمَشِ قَالَ: ذَكَرَ أَبُو ثَابِتٍ أَنَّهُ دَخَلَ الْمَسْجِدَ،
فَجَلَسَ إِلَى جَنْبِ أَبِي الدَّرْدَاءِ، فَقَالَ: اللَّهُمَّ، آنِسْ
وَحْشَتِي، وَارْحَمْ غُرْبَتِي، وَيَسِّرْ لِي جَلِيسًا صَالِحًا. قَالَ
أَبُو الدَّرْدَاءِ: لَئِنْ كُنْتَ صَادِقًا لَأَنَا أَسْعَدُ بِكَ مِنْكَ،
سَأُحَدِّثُكَ حَدِيثًا سَمِعْتَهُ مِنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَمْ أُحَدِّثْ بِهِ مُنْذُ سَمِعْتُهُ مِنْهُ، ذَكَرَ
هَذِهِ الْآيَةَ: {ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا
مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ
وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ} ، فَأَمَّا السَّابِقُ بِالْخَيْرَاتِ
فَيَدْخُلُهَا بِغَيْرِ حِسَابٍ وَأَمَّا الْمُقْتَصِدُ فَيُحَاسَبُ
حِسَابًا يَسِيرًا، وَأَمَّا الظَّالِمُ لِنَفْسِهِ فَيُصِيبُهُ فِي ذَلِكَ
الْمَكَانِ مِنَ الْغَمِّ وَالْحُزْنِ، وَذَلِكَ قَوْلُهُ: {الْحَمْدُ
لِلَّهِ الَّذِي أَذْهَبَ عَنَّا الْحَزَنَ}
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui hadis Sufyan As-Sauri, dari Al-A'masy
yang telah mengatakan bahwa Abu Sabit masuk ke dalam masjid, lalu duduk
di sebelah Abu Darda r.a. Maka Abu Sabit berdoa, "Ya Allah, hiburlah
diriku dalam kesendirianku dan belas kasihanilah aku dalam
keterasinganku, dan mudahkanlah bagiku mendapat teman duduk yang saleh."
Maka Abu Darda berkata, "Jika engkau benar, berarti aku lebih
berbahagia daripada kamu. Aku akan menceritakan kepadamu sebuah hadis
yang kudengar dari Rasulullah Saw. dan aku belum pernah menceritakannya
sejak aku mendengarnya. Aku mendengar beliau Saw. membaca ayat berikut:
'Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan ' (Fathir: 32)
Bahwa adapun orang yang lebih cepat berbuat kebaikan-kebaikan, maka ia
memasuki surga tanpa hisab. Orang yang pertengahan, maka ia hanya
mendapat hisab yang ringan. Dan orang yang aniaya kepada dirinya
sendiri, maka ia mengalami kesedihan dan kesusahan di tempat
pemberhentiannya. Yang demikian itu disebutkan oleh firman-Nya: Dan
mereka berkata, "Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan duka
cita dari kami.” (Fathir: 34)
Hadis ketiga.
قَالَ الْحَافِظُ أَبُو الْقَاسِمِ الطَّبَرَانِيُّ: حَدَّثَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ الْعَبَّاسِ، حَدَّثَنَا ابْنُ مَسْعُودٍ،
أَخْبَرَنَا سَهْلُ بْنُ عَبْدِ رَبِّهِ الرَّازِّيُّ، حَدَّثَنَا عَمْرُو
بْنُ أَبِي قَيْسٍ، عَنِ ابْنِ أَبِي لَيْلَى، عَنْ أَخِيهِ، عَنْ عَبْدِ
الرَّحْمَنِ بْنِ أَبِي لَيْلَى ، عَنْ أُسَامَةَ بْنِ زَيْدٍ: {فَمِنْهُمْ
ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ
بِالْخَيْرَاتِ} الْآيَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "كُلُّهُمْ مِنْ هَذِهِ الْأُمَّةِ".
Al-Hafiz Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada
kami Abdullah ibnu Muhammad ibnul Abbas, telah menceritakan kepada kami
Ibnu Mas'ud, telah menceritakan kepada kami Sahl ibnu Abdu Rabbih
Ar-Razi, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Laila,
dari saudaranya, dari Abdur Rahman ibnu Abu Laila, dari Usamah ibnu zaid
r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang
menganiaya diri mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang
pertengahan, dan di antara mereka ada (pula)yang lebih cepat berbuat
kebaikan dengan izin Allah. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Usamah ibnu
Zaid melanjutkan, bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda sehubungan
dengan makna ayat ini:Mereka semuanya berasal dari umat (ku) ini.
Hadis keempat,
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَزيز، حَدَّثَنَا
سَلَامَةُ، عَنْ عَقِيل، عَنِ ابْنِ شِهَابٍ، عَنْ عَوْف بْنُ مَالِكٍ،
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنَّهُ قَالَ:
"أُمَّتِي ثَلَاثَةُ أَثْلَاتٍ: فَثُلُثٌ يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ بِغَيْرِ
حِسَابٍ وَلَا عَذَابٍ، وَثُلُثٌ يُحَاسَبُونَ حِسَابًا يَسِيرًا ثُمَّ
يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ، وَثُلُثٌ يُمَحَّصون وَيُكْشَفُونَ، ثُمَّ تَأْتِي
الْمَلَائِكَةُ فَيَقُولُونَ: وَجَدْنَاهُمْ يَقُولُونَ: "لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ". يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: صَدَقُوا، لَا
إِلَهَ إِلَّا أَنَا، أَدْخِلُوهُمُ الْجَنَّةَ بِقَوْلِهِمْ: "لَا إِلَهَ
إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ" وَاحْمِلُوا خَطَايَاهُمْ عَلَى أَهْلِ النَّارِ،
وَهِيَ الَّتِي قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {وَلَيَحْمِلُنَّأَثْقَالَهُمْ
وَأَثْقَالا مَعَ أَثْقَالِهِمْ} [الْعَنْكَبُوتِ: 13] ،وَتَصْدِيقُهَا فِي
الَّتِي فِيهَا ذِكْرُ الْمَلَائِكَةِ، قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: {ثُمَّ
أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا}
فَجَعَلَهُمْ ثَلَاثَةَ أَنْوَاعٍ ، وَهُمْ أَصْنَافٌ كُلُّهُمْ،
فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ، فَهَذَا الَّذِي يُكْشَفُ وَيُمَحَّصُ".
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Aziz, telah menceritakan kepada kami Salamah, dari Aqil, dari Ibnu
Syihab, dari Auf ibnu Malik r.a., dari Rasulullah Saw. yang telah
bersabda: Umatku terbagi menjadi tiga golongan (kelak di hari kiamat),
sebagian dari mereka masuk surga tanpa hisab dan tanpa azab; sebagian
yang lainnya lagi mendapat hisab yang ringan, kemudian masuk ke dalam
surga, dan sebagian yang terakhir dicuci dan dibersihkan (dari
dosa-dosanya di dalam neraka). Kemudian para malaikat datang, lalu
berkata, "Kami menjumpai mereka mengatakan, "Tidak ada Tuhan selain
Allah semata.” Lalu Allah Swt. berfirman, "Mereka benar, bahwa tidak ada
Tuhan selain Aku. Akulah yang akan memasukkan mereka ke dalam surga
berkat ucapan mereka, 'Tidak ada Tuhan selain Allah semata, ' dan
bebankanlah dosa-dosa mereka kepada ahli neraka.” Hal inilah yang
dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya: Dan sesungguhnya mereka
akan memikul beban (dosa) mereka,dan beban-beban mereka sendiri.
(Al-Ankabut: 13) Dibenarkan pula hadis ini oleh ayat yang di dalamnya
disebutkan para malaikat. Firman Allah Swt. Kemudian Kitab itu Kami
wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami.
(Fathir: 32) Maka Allah menjadikan mereka tiga gelombang, yang semuanya
terdiri dari beberapa golongan; di antara mereka ada yang berbuat aniaya
terhadap dirinya sendiri, maka golongan inilah yang dicuci dan
dibersihkan terlebih dahulu.
Predikat riwayat ini garib.
Sebuah asar bersumber dari sahabat Ibnu Mas'ud r.a.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ibnu Humaid, telah
menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, dari Amr ibnu Qais, dari
Abdullah ibnu Isa r.a., dari Yazid ibnul Haris, dari Syaqiq Abu Wa'il,
dari Abdullah ibnu Mas'ud r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya umat
ini kelak pada hari kiamat terbagi menjadi tiga golongan. Sebagian dari
mereka masuk surga tanpa hisab, sebagian lagi mendapat hisab yang
ringan, dan sebagian lainnya datang dengan membawa dosa-dosa yang
besar-besar, hingga Allah Swt. berfirman, "Siapakah mereka?" (padahal
Allah Maha Mengetahui segalanya). Maka para malaikat menjawab, "Mereka
datang dengan membawa dosa-dosa besar, hanya saja mereka tidak pernah
mempersekutukan Engkau dengan sesuatu pun." Maka Tuhan Yang Mahaperkasa
lagi Mahamulia berfirman, "Masukkanlah mereka ke dalam rahmat-Ku yang
luas." Lalu Abdullah ibnu Mas'ud r.a. membaca ayat ini, yaitu
firman-Nya: Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang
Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir: 32), hingga akhir ayat.
Asar lainnya,
Abu Daud At-Tayalisi r.a. telah meriwayatkan dari As-Silt ibnu Dinar
ibnul Asy'as, dari Uqbah ibnu Sahban Al-Hanai' yang menceritakan bahwa
ia pernah bertanya kepada Siti Aisyah r.a. tentang makna firman-Nya:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Maka Siti Aisyah
menjawab, "Hai Anakku, mereka berada di dalam surga. Adapun orang yang
lebih cepat berbuat kebaikan, maka mereka terdiri dari orang-orang yang
mengalami masa Rasulullah Saw. dan beliau menjadi saksi baginya, bahwa
dia telah diberi kehidupan dan rezeki. Adapun orang yang pertengahan,
maka mereka adalah orang-orang yang mengikuti jejak beliau dari kalangan
sahabat-sahabatnya (sesudah beliau tiada) hingga menyusul beliau Saw.
Adapun orang yang menganiaya dirinya sendiri, maka dia adalah orang yang
semisal denganku dan kalian ini."
Uqbah melanjutkan, bahwa Siti Aisyah dalam jawabannya itu memasukkan
dirinya ke dalam golongan kami (para tabi'in), dan hal ini termasuk
ungkapan kerendahan hati dan sifat tawadu Siti Aisyah r.a. Karena
sesungguhnya pada hakikatnya Siti Aisyah termasuk salah seorang pembesar
dari orang-orang yang lebih cepat mengerjakan kebaikan, mengingat
keutamaannya di atas kaum wanita sama dengan keutamaan makanan sarid di
atas semua jenis makanan lainnya.
Abdullah ibnul Mubarak rahimahullah mengatakan bahwa Amirul Mu-minin
Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan sehubungan dengan makna
firman-Nya: lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka
sendiri. (Fathir: 32) Bahwa golongan ini menggambarkan tentang para
penduduk pedalaman di antara kami (orang-orang Badui), dan orang yang
pertengahan adalah menggambarkan tentang penduduk perkotaan kami,
sedangkan orang yang lebih cepat berbuat kebaikan menggambarkan tentang
ahli jihad. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abu
Hatim.
Auf Al-A'rabi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul
Haris ibnu Naufal yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ka'bul
Ahbar yang mengatakan, bahwa sesungguhnya orang yang aniaya terhadap
dirinya sendiri dari kalangan umat ini dan orang "yang pertengahan serta
orang yang lebih cepat berbuat kebaikan, semuanya dimasukkan ke dalam
surga. Tidakkah engkau melihat bahwa Allah Swt. telah berfirman:
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di
antara hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri
mereka sendiri, dan di antara mereka ada yang pertengahan, dan di antara
mereka ada (pula) yang lebih cepat berbuat kebaikan dengan izin Allah.
Yang demikian itu adalah karunia yang amat besar. (Bagi mereka)surga
'Adn, mereka masuk ke dalamnya. (Fathir: 32-33) sampai dengan
firman-Nya: Dan orang-orang kafir bagi mereka neraka Jahannam. (Fathir:
36)
Ka'bul Ahbar mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang kafir) itulah ahli neraka.
Ibnu Jarir meriwayatkannya melalui berbagai jalur dari Auf dengan sanad yang sama.
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepadaku Ya'qub ibnu
Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan
kepada kami Humaid, dari Ishaq ibnu Abdullah ibnul Haris, dari ayahnya
yang mengatakan bahwa sesungguhnya Ibnu Abbas pernah bertanya kepada
Ka'b tentang makna firman Allah Swt.: Kemudian Kitab itu Kami wariskan
kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba Kami. (Fathir:
32) sampai dengan firman-Nya: dengan izin Allah: (Fathir: 32) Maka Ka'b
menjawab, Demi Tuhannya Ka'b, pundak-pundak mereka saling berdempetan
(sama dan sejajar), kemudian mereka diberi keutamaan berkat amal
perbuatan masing-masing.”
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam ibnu Basyir, telah
menceritakan kepada kami Amr ibnu Qais, dari Abu Ishaq As-Subai'i
sehubungan dengan makna ayat ini, yaitu firman-Nya: Kemudian Kitab itu
Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara hamba-hamba
Kami. (Fathir: 32), hingga akhir ayat. Abu Ishaq mengatakan, "Tidakkah
engkau pernah mendengar tentang orang yang berusia enam puluh tahun,
maka mereka semuanya selamat."
Kemudian Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu
Humaid, telah menceritakan kepada kami Al-Hakam, telah menceritakan
kepada kami Amr, dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. yang mengatakan
bahwa sesungguhnya ayat ini menerangkan tentang umat yang dirahmati
(yakni umat Nabi Muhammad Saw.); orang yang zalim diampuni, orang yang
pertengahan dimasukkan di dalam surga di sisi Allah, dan orang yang
lebih cepat berbuat kebaikan berada di dalam kedudukan-kedudukan yang
tinggi di sisi Allah (surga yang tertinggi)
As-Sauri meriwayatkannya dari Ismail ibnu Sami, dari seorang lelaki,
dari Muhammad ibnul Hanafiyyah r.a. dengan lafaz yang semisal.
Abul Jarud mengatakan bahwa ia pernah bertanya kepada Muhammad ibnu Ali
(yakni Al-Baqir) tentang makna firman Allah Swt.: dan di antara mereka
ada yang menganiaya diri sendiri. (Fathir: 32) Maka ia mengatakan bahwa
yang dimaksud adalah orang yang mencampuri amal salehnya dengan amal
buruk.
Hanya sampai di sinilah hadis-hadis dan asar-asar yang dapat kami
kemukakan dalam bab ini. Dan apabila hal ini telah ditetapkan, maka
sesungguhnya ayat ini mengandung makna yang umum mencakup ketiga
golongan dari umat ini. Para ulama dari kalangan umat ini merupakan
orang-orang yang paling diprioritaskan mendapat nikmat ini, dan mereka
adalah orang-orang yang lebih utama untuk mendapat rahmat ini.
Sehubungan dengan hal ini Imam Ahmad mengatakan:
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا عَاصِمُ بْنُ رَجَاءِ بْنِ
حَيْوَة ، عَنْ قَيْسِ بْنِ كَثِيرٍ قَالَ: قَدِمَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ
الْمَدِينَةِ إِلَى أَبِي الدَّرْدَاءِ -وَهُوَ بِدِمَشْقَ-فَقَالَ: مَا
أَقْدَمَكَ أيْ أَخِي؟ قَالَ: حَدِيثٌ بَلَغَنِي أَنَّكَ تُحَدِّثُ بِهِ
عَنْ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. قَالَ أَمَا
قَدِمْتَ لِتِجَارَةٍ؟ قَالَ: لَا. قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ لِحَاجَةٍ؟
قَالَ: لَا؟ قَالَ: أَمَا قَدِمْتَ إِلَّا فِي طَلَبِ هَذَا الْحَدِيثِ؟
قَالَ: نَعَمْ. قَالَ: فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: "مَنْ سَلَكَ طَرِيقًا يَطْلُبُ فِيهِعِلْمًا،
سَلَكَ اللَّهُ بِهِ طَرِيقًا إِلَى الْجَنَّةِ، وَإِنَّ الْمَلَائِكَةَ
لَتَضَعُ أَجْنِحَتَهَا رِضًا لِطَالِبِ الْعِلْمِ، وَإِنَّهُ
لَيَسْتَغْفِرُ لِلْعَالَمِ مَنْ فِي السموات وَالْأَرْضِ حَتَّى
الْحِيتَانُ فِي الْمَاءِ، وَفَضْلُ الْعَالَمِ عَلَى الْعَابِدِ كَفَضْلِ
الْقَمَرِ عَلَى سَائِرِ الْكَوَاكِبِ. إِنَّ الْعُلَمَاءَ هُمْ وَرَثَةُ
الْأَنْبِيَاءِ، وَإِنَّ الْأَنْبِيَاءَ لَمْ يُوَرِّثُوا دِينَارًا وَلَا
دِرْهَمًا، وَإِنَّمَا وَرَّثُوا الْعِلْمَ، فَمِنْ أَخَذَ بِهِ أَخَذَ
بِحَظٍّ وَافِرٍ".
telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid, telah menceritakan
kepada kami Asim, ibnu Raja' ibnu Haiwah, dari Qais ibnu Kasir, yang
mengatakan bahwa seorang lelaki dari kalangan penduduk Madinah datang
kepada Abu Darda r.a. yang saat itu berada di Dimasyq, maka Abu Darda
bertanya, "Apakah yang mendorongmu datang ke mari, hai saudaraku?"
Lelaki itu menjawab, "Suatu hadis yang ada berita sampai kepadaku bahwa
engkau telah menceritakannya dari Rasulullah Saw." Abu Darda r.a.
bertanya, "Bukankah engkau datang untuk berdagang?" Lelaki itu
menjawab, "Bukan." Abu Darda bertanya, "Benarkah engkau datang hanya
untuk mencari hadis tersebut?" Lelaki itu menjawab, "Ya." Abu Darda
berkata bahwa ia pernah mendengar Rasulullah Saw. bersabda: Barang siapa
yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu, Allah akan
membawanya menempuh suatu jalan menuju ke surga. Dan sesungguhnya para
malaikat benar-benar menaungkan sayap-sayapnya karena rela kepada
penuntut ilmu, dan sesungguhnya semua makhluk —baik yang ada di langit
maupun yang ada di bumi— benar-benar memohonkan ampunan bagi orang yang
alim, sehingga ikan-ikan yang ada di air (memohonkan ampun pula
buatnya). Dan keutamaan orang alim atas seorang ahli ibadah(yang tidak
alim), seperti keutamaan rembulan di atas semua bintang lainnya.
Sesungguhnya ulama itu adalah pewaris para nabi, dan sesungguhnya para
nabi itu tidak meninggalkan dinar dan tidak pula dirham, melainkan yang
ditinggalkan mereka hanyalah ilmu; maka barang siapa yang mengambilnya,
berarti ia telah mengambil bagian yang berlimpah.
Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Ibnu Majah telah mengetengahkannya
melalui hadis Kasir ibnu Qais; dan di antara mereka ada yang
menyebutkannya Qais ibnu Kasir, dari Abu Darda r.a. Dan kami telah
menyebutkan jalur-jalur hadis ini berikut perawinya di dalam Syarah
Kitabul Ilmu,bagian dari kitab Sahih Bukhari, alhamdulillah.
Dalam pembahasan terdahulu, tepatnya dalam tafsir permulaan surat Taha,
telah disebutkan hadis Sa'labah ibnul Hakam r.a., dari Rasulullah Saw.
yang telah bersabda:
"يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ لِلْعُلَمَاءِ: إِنِّي لَمْ
أَضَعْ عِلْمِي وَحُكْمِي فِيكُمْ إِلَّا وَأَنَا أُرِيدُ [أَنْ] أَغْفِرَ
لَكُمْ، عَلَى مَا كَانَ مِنْكُمْ، وَلَا أبالي".
Allah Swt. berfirman di hari kiamat kepada para ulama, "Sesungguhnya Aku
tidak sekali-kali menaruh ilmu dan hikmah-Ku pada kalian melainkan Aku
bermaksud akan memberikan ampunan bagi kalian dengan segala dosa yang
ada pada kalian, tanpa Kupedulikan lagi.”
Orang-orang dalam golongan pertama tersebut adalah orang-orang yang
tidak memperhatikan kewajiban yang harus mereka lakukan. Mereka
meninggalkan dengan sengaja kewajiban-kewajiban seperti shalat, Puasa,
dan kewajiban-kewajiban lain. Lebih parah lagi, mereka bukan hanya
meninggalkan kewajiban, akan tetapi mereka justru melakukan
perbuatan-perbuatan yang haram. Jadilah mereka orang-orang yang
menganiaya diri sendiri karena meninggalkan kewajiban, dan pada saat
yang sama mereka juga menganiaya diri sendiri dengan melakukan perbuatan
yang diharamkan.
Golongan muqtashid, mereka merasa cukup hanya dengan melakukan kewajiban
saja, sehingga meremehkan perbuatan-perbuatan baik lainnya (sunnah).
Mereka mendirikan shalat wajib, melaksanakan puasa wajib, membayar
shadaqah wajib (zakat), akan tetapi mereka meninggalkan shalat-shalat
sunnah, puasa-puasa sunnah, dan tidak bershadaqah selain zakat.
Disamping itu, meskipun mereka telah meninggalkan perbuatan-perbuatan
haram, akan tetapi meraka masih melakukan perbuatan-perbuatan makruh
(tercela)
Sabiqun bilkhairat, inilah golongan tertinggi. Mereka tidak berhenti
dengan melaksanakan perbuatan-perbuatan yang diwajibkan. Akan tetapi
mereka menambah kebaikan mereka dengan kebaikan-kebaikan lainnya
(amalan-amalan sunnah). Shalat misalnya, mereka mendirikan shalat-shalat
wajib dan menambah kebaikan dengan shalat-shalat sunnah rawatib, dan
shalat-shalat sunnah lainnya. Begitu pula dengan puasa, mereka tidak
hanya berpuasa di bulan Ramadhan, mereka juga berpuasa pada hari-hari
yang di sunnahkan; Puasa ‘Arafah, ‘Asyura’, 6 hari Syawwal, shaumul bidh
(tgl 13, 14, 15 bulan qamariyah), dan hari-hari lain yang disunnahkan
untuk berpuasa, sampai pada puasa Daud. Demikian halnya dengan shadaqah.
Orang-orang dalam golongan ini, disamping mereka meninggalkan
perbuatan-perbuatan haram, mereka juga menjauhkan diri dari perbuatan
yang makruh, bahkan perbuatan mubah (yang sebenarnya boleh) tetapi
kurang bermanfaat juga mereka tinggalkan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
“Di antara tanda bagusnya islam seseorang adalah meninggalkan segala
yang tidak bermanfaat baginya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah menyebutkan tentang tiga golongan
tersebut bahwa: (1). Dzalimun linafsihi (orang yang mendzalimi diri
sendiri) adalahash-habul masy’amah (golongan kiri). (2).
Muqtashid(pertengahan) adalah ash-habul maimanah (golongan kanan). (3).
Sabiqun bilkhairat (lebih dahulu berbuat kebaikan) adalah al-muqarrabun.
(Tafsir Al-Baghawi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar