Minggu, 16 Februari 2020

Kisah Nabi Yusuf As Sebagai Pelajaran


Sejumlah ayat-ayat al-Quran telah memaparkan kisah dan cerita para nabi serta periode kehidupan mereka. Karena di balik kisah-kisah tersebut tersimpan pelajaran-pelajaran berharga dan kisah-kisah tersebut—pada hakikatnya—adalah harta simpanan yang memiliki banyak rahasia dan misteri, ayat-ayat tersebut telah mendapatkan perhatian dari para sejarawan, penulis buku sejarah dan kisah-kisah para nabi as dan para peneliti kajian agama secara istimewa. Setiap dari mereka telah mengambil pengetahuan sesuai dengan kemampuan masing-masing dari mata air segar itu.
Perbedaan antara Kisah-kisah Al-Quran dan Kisah-kisah Lain
Secara mendasar, kisah-kisah al-Quran sangat berbeda dengan kisah-kisah lainnya dari berbagai segi dan sisi. Akan tetapi, dapat dikatakan bahwa titik pembeda paling urgen antara kedua jenis kisah itu adalah tujuan yang hendak digapainya. Pada hakikatnya, tujuan itulah yang menjadi pembeda utama antara kedua jenis kisah itu.
Setiap orang yang ingin menceritakan atau menulis sebuah cerita, ia pasti memiliki sebuah tujuan yang ingin dicapainya. Sebagian orang sangat meminati seni cerita karena unsur seninya belaka. Dengan kata lain, ia menekuni bidang seni ini supaya bakat seninya bertambah maju dan berkembang pesat. Sebagian yang lain menekuni bidang seni ini dengan tujuan hanya ingin mengisi kekosongan waktunya. Dan kelompok ketiga menelusuri kehidupan seni hanya ingin mengetahui dan menukil biografi dan sejarah generasi yang telah lalu.
Ringkasnya, setiap orang menekuni seni cerita ini atas dasar faktor dan dorongan tertentu, serta ingin menggapai tujuan yang diinginkannya. Hal itu dikarenakan seni cerita memiliki daya tarik khusus yang tidak dimiliki oleh seni-seni lainnya.
Al-Quran pun tidak luput dari kaidah di atas. Ia pun memiliki tujuan tertentu dalam kisah-kisah yang dipaparkannya. Yang pasti, tujuannya di balik pemaparan kisah-kisah itu tidak terlepas dari tujuan universalnya. Yaitu, hidayah dan memberikan petunjuk kepada umat manusia, mendidik mereka secara benar dalam setiap sisi kehidupan, mengadakan reformasi sosial secara mendasar, dan—akhirnya—menciptakan individu dan masyarakat yang saleh, berkepribadian Ilahi, dan beriman.
Tujuan Kisah-kisah Al-Quran
Jika kita menelaah kisah-kisah al-Quran dengan seksama, kita akan memahami bahwa dengan perantara kisah-kisah itu Allah ingin menyampaikan poin-poin penting yang dikemas dalam bentuk cerita dan kisah. Di antara tujuan-tujuan itu adalah sebagai berikut ini:
a. Membuktikan kewahyuan al-Quran dan kebenaran missi Nabi SAWW; semua yang diembannya adalah wahyu yang turun dari Allah demi membimbing umat manusia ke jalan yang lurus. Dengan memperhatikan kecermatan dan kejujuran al-Quran dalam menukil kisah-kisah itu, kewahyuannya akan dapat dibuktikan. Al-Quran sendiri telah mengisyaratkan hal ini ketika ia menukil kisah-kisah para nabi, baik di permulaan maupun di akhir kisah.
Alloh berfirman,
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَ إِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِيْنَ
“Kami akan menceritakan kepadamu cerita terbaik dengan apa yang telah Kami wahyukan al-Quran ini kepadamu meskipun sebelumnya engkau termasuk di antara orang-orang yang lupa (baca : tidak mengenal kisah itu)”. (Q.S. Yusuf [12] : 3)
Setelah menukil kisah Nabi Hud as, Ia berfirman,
تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوْحِيْهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَ لاَ قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِيْنَ
“Itu semua termasuk dari berita-berita ghaib (yang) Kami wahyukan kepadamu. Sebelum ini, engkau dan kaummu tidak mengetahuinya. Maka, bersabarlah! Karena masa depan berada di tangan orang-orang yang bertakwa”. (Q.S. Hûd [11] : 49)
b. Membuktikan kesatuan agama dan akidah seluruh nabi as. Karena mereka semua datang dari Allah, pondasi dakwah mereka adalah satu dan mereka mengajak umat manusia kepada satu tujuan. Dengan mengingatkan kembali tujuan yang satu ini, di samping ingin menegaskan kesatuan akar dakwah seluruh agama dan umat manusia, al-Quran juga ingin menekankan bahwa pondasi dakwah para nabi as tidak berbeda antara satu dengan lainnya.
Tujuan ini telah sering diisyaratkan dalam beberapa ayat al-Quran. Realita ini dapat kita telaah dalam surah al-A’râf [7] : 59, 65, 73, dan 85.
Sebagai contoh, Allah berfirman,
لَقَدْ أَرْسَلْنَا نُوْحًا إِلَى قَوْمِهِ فَقَالَ يَا قَوْمِ اعْبُدُوا اللهَ مَا لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرُهُ إِنِّيْ أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيْمٍ
“Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya. Lalu, ia berkata, ‘Wahai kaumku, sembahlah Allah, tiada Tuhan bagi kalian selain-Nya. Sesungguhnya aku takut azab yang besar terhadap kalian”. (Q.S. Al-A’râf [7] : 59)
Menyembah Allah adalah satu tujuan yang diproklamirkan oleh seluruh nabi dan rasul as.
c. Menjelaskan kesatuan metode dan sarana para nabi as dalam berdakwah, kesatuan sikap mereka dalam menghadapi masyarakat, bagaimana sikap masyarakat dalam menanggapi ajakan mereka, dan kesamaan adat-istiadat yang berlaku di dalam masyarakat ketika mereka mulai berdakwah.
Benar bahwa ini adalah kisah terbaik yang ada di dalam al qur’an yang turun untuk menghibur saat Rosululloh sedang mengalami kesedihan.
Tetapi pada prakteknya banyak kisah kisah yang sifatnya “israiliyat” beredar disekitar kita, bahkan di masyarakat Indonesia , selain kisah israiliyat juga berkembang mitos, seperti kalo orang yang hamil pingin anaknya seganteng nabi Yusuf maka sering seringlah baca surat Yusuf. he…he..pasti banyak yang mengangguk angguk ya…
Bahkan banyak juga di seputar resepsi pernikahan, sang ustad mendoakan pasangan pengantinnya dengan doa seperti ini 
اَللَّهُمَّ اَلِّفْ بَيْنَهُمَا بِمَحَبَّتِكَ كَمَا اَلَّفْتَ بَيْنَ آدَمَ وَحَوَّى وَاَلِّفْ بَيْنَهُمَا كَمَا اَلَّفْتَبَيْنَ يُوْسُفَ وَزُلَيْخَا وَمُحَمَّدٍ وَخَدِيْجَةِ اْلكُبْرَى وَأَصْلِحْ جَمْعَهُمَا فِى الدُّنْيَا وَاْلآخِرَةِ وَهَبْ لَهُمَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً وَقُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْهُمَا مِنْ عِبَادِكَ النَّافِعِيْنَ عَلَى دِيْنِكَ وَلِمَصَالِحِ اْلمُؤْمِنِيْنَ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.
“Ya Allah, satukan mereka berdua (pengantin laki-laki dan perempuan) dengan cinta-Mu, sebagaimana Engkau satukan antara Nabi Adam dan Hawa. Satukanlah keduanya sebagaimana Engkau satukan Nabi Yusuf dan Zulaikha, Nabi Muhammad Saw dan Khadijah al-Kubra. Baikkanlah penyatuan keduanya di dunia dan akhirat, berikanlah rahmat dan ‘penyejuk mata’ kepada keduanya. Jadikanlah keduanya hambam-Mu yang bermanfaat terhadap agama-Mu dan kemaslahatan orang-orang yang beriman, berkat rahmat-Mu, wahai Tuhan Yang Maha Penyayang.”
Kita harus jeli ketika kita membaca literatur litarur teruatama yg berkaitan dengan kisah kisah, spesial buat kisah nabi yusuf ini kita memang sedari kecil terbiasa mendengar kisah tentang kisah indah tentang nabi yusuf, di mulai dari segi kegantengan nabi Yusuf yang di gambarkan keindahannya ibarat sepauh bulan purnama.hingga istri Qatifar yang agung (al Aziz) yang sebetulnya adalah ibu angkat Nabi yusuf ini menjebak nabi yusuf, hingga menyebabkan beliau di penjara.
Jika kisahnya hanya sampai di sini sebetulnya hampir tidak ada perbedaan,karena al quranpun menerangkan hingga sampai di sini.
Definisi kisah Isra’iliyat
Riwayat isra’iliyat adalah riwayat-riwayat yang berasal dari Bani Isra’il atau bangsa Yahudi, dari kitab suci mereka, yakni Taurat, buku-buku penjelasannya, dari Talmud dan penjelasannya, kisah-kisah, dongeng, kurafat dan kisah yang tidak dapat dipertanggungjawabkan keabsahannya. Terkadang, para peneliti mengaitkan kisah-kisah dan informasi yang berasal dari Nasrani (injil, surat-surat paulus, dan berbagai buku penjelasannya) termasuk dalam riwayat isra’iliyat.
            
Banyak riwayat dari Nabi Saw yang menjelaskan posisi umat Islam ketika berhadapan dengan riwayat-riwayat isra’iliyat; ada yang melarang, membolehkan dan tidak melarang sekaligus tidak membolehkan. Diantara riwayat-riwayat tersebut adalah, Nabi Saw bersabda:
بَلِّغُوا عَنِّي وَلَوْ آيَةً وَحَدِّثُوا عَنْ بَنِي إِسْرَائِيلَ وَلَا حَرَجَ وَمَنْ كَذَبَ عَلَيَّ مُتَعَمِّدًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنْ النَّارِ.
           
 “Sampaikan dariku walau satu ayat. Ceritakanlah dari Bani isra’il, dan tidak ada larangan. Siapa berdusta dengan sengaja terhadapku, maka hendaklah ia mengambil tempat duduknya di neraka.”
            
Hadis pembolehan seperti ini banyak diriwayatkan dalam kitab-kitab hadis, diantaranyaShahih al-Bukhari dari Abdullâh bin Amr bin `Âsh,Sunan at-Tirmidzi dari Abdullâh bin Amr bin `Âsh,Sunan ad-Darimi dari Abdullâh bin Amr bin `Âsh, danMusnad Imam Ahmad dari Abdullâh bin Amr bin `Âsh dan Abû Sa`îd al-Khudri, serta Shahih Ibnu Hibbandari Abdullâh bin Amr bin `Âsh.
            
Sedangkan hadis yang melarang adalah:
أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ أَتَى النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ فَقَرَأَهُ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَغَضِبَ فَقَالَ أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَقَدْ
جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً لَا تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَيْءٍ فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ لَوْ أَنَّ مُوسَى صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلَّا أَنْ يَتَّبِعَنِيِِِِ.
“Umar Ibnu al-Khaththab memberikan satu buku dari Ahli Kitab, lalu Nabi membacanya dan marah, serta bersabda, “Apakah kamu kagum dengan buku ini wahai anak al-Khaththab? Demi Tuhan yang diriku berada dalam genggaman-Nya, sungguh yang aku berikan kepada kamu (Alquran) yang terang lagi murni. Janganlah kamu bertanya sesuatupun kepada Ahli Kitab, sehingga mereka mengabarkan kepada kamu yang benar lalu kamu dustai atau mereka kabarkan yang batil lalu kamu benarkan. Demi diriku yang berada dalam genggaman-Nya, jika Nabi Musa as hidup sekarang, tidak ada pilihan baginya kecuali mengikutiku.” (HR. Imam Ahmad dalam al-Musnad).
Hadis yang ketiga adalah hadis yang tidak membolehkan tidak pula melarang periwayatan isra’iliyat. Nabi Saw bersabda:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا {آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا} الْآيَةَ.
“Dari Abi Hurairah ra, dia berkata, “Ahlu Kitab membacakan Taurat dengan bahasa `Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam.” Lalu Nabi Saw bersabda, “Jangan kamu benarkan Ahli Kitab dan jangan pula kamu dustai. Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami.” (HR. al-Bukhari).
Tiga riwayat di atas seolah bertentangan, namun jika ditelusuri lebih dalam, sama sekali tidak ada pertentangan di antara tiga riwayat tersebut.
Hukum Meriwayatkan Israiliyat
Dalam menanggapi tiga riwayat yang seolah bertentangan di atas, ulama tafsir mengklasifikasikan riwayat-riwayat isra’iliyat menjadi tiga kelompok.
Pertama, riwayat-riwayat isra’iliyat yang bertentang dengan Alquran dan sunnah. Riwayat seperti ini haram diriwayatkan jika tidak menjelaskan kebatilannya. Inilah yang dimaksud dalam larang Nabi pada hadis Umar bin al-Khaththab di atas. Diantara contoh riwayat seperti ini adalah kisah Nabi Sulaiman. Pada suatu saat Nabi Sulaiman ingin ke kamar mandi, dan menitipkan cincinnya kepada salah satu istrinya. Iblis pun menyerupai Nabi Sulaiman, lalu datang kepada istrinya dan meminta cincin yang dititipkan oleh Nabi Sulaiman. Istrinya menyangka yang datang adalah Nabi Sulaiman, dan memberi cincin tersebut. Dengan cincin itu, Iblis menguasai kerajaan Nabi Sulaiman dan memerintah dengan sesuka hatinya dan zalim.
            
Ketika keluar dari kamar mandi, Nabi Sulaiman yang asli datang kepada istrinya untuk meminta cincin yang telah dititipkannya. Istrinya mengatakan, “Bukankah cincin tersebut telah kuberikan kepada Sulaiman!” Nabi Sulaiman yang asli pun terdiam dan hanya bisa pasrah. Sedangkan Iblis yang menyamar menjadi Sulaiman terus menguasai kerajaan dengan zalim, sampai pada akhirnya istri Nabi Sulaiman curiga karena Iblis yang menyamar menjadi Sulaiman tersebut menggauli istrinya dalam keadaan haidh, sedangkan Nabi Sulaiman yang asli tidak pernah menggauli istrinya dalam kaeadaan demikian.
            
Tidak diragukan lagi bahwa kisah ini jelas bertentangan dengan Alquran dan sunnah, sehingga tidak sedikit pun dari riwayat ini dapat dijadikanhujjah. Bahkan harus dijauhkan dari kitab-kitab keislaman.
            
Kedua, riwayat-riwayat isra’iliyat yang sesuai dengan Alquran dan sunnah. Riwayat seperti ini boleh diriwayatkan, karena hadis pembolehan dari hadis Nabi di atas, “Ceritakanlah dari Bani isra’il, dan tidak ada larangan.” Banyak kasus bahwa para sahabat menerima dan membenarkan cerita Ahli Kitab yang sesuai dengan Alquran atau sunnah, walaupun kebenaran itu hanya satu dari beberapa kemungkinan penafsiran terhadap ayat Alquran atau hadis tersebut.
            
Pada suatu hari, seorang Yahudi datang kepada Ali bin Abi Thalib, Ali pun bertanya, “Di mana neraka?” Orang Yahudi tersebut menjawab, “Di laut.” Lalu Ali berkomentar terhadap jawaban tersebut, “Jawabannya benar, karena Allah berfirman, “Dan apabila lautan dipanaskan.” (QS. At-Takwir [81]: 6). Ali membenarkan jawaban orang Yahudi tersebut walaupun hanya satu dari beberapa kemungkinan penafsiran dari ayat itu.
            
Ketiga, riwayat isra’iliyat yang tidak bertentangan dengan ayat Alquran atau sunnah, serta tidak pula sesuai dengan Alquran dan sunnah. Riwayat seperti ini boleh diriwayatkan, walaupun tidak menerangkan keisra’iliyatannya. Inilah yang dimaksud dari hadis nabi:
“Dari Abi Hurairah ra, dia berkata, “Ahlu Kitab membacakan Taurat dengan bahasa `Ibrani dan menafsirkannya dengan bahasa Arab kepada umat Islam.” Lalu Nabi Saw bersabda, “Jangan kamu benarkan Ahli Kitab dan jangan pula kamu dustai. Katakanlah, “Kami beriman kepada Allah, dan kepada apa yang diturunkan kepada kami.” (HR. al-Bukhari).
Kisah Nabi Yusuf 'Alaihi Salam
Nabi Yusuf 'alaihis salam (sekitar 1745-1635 SM) adalah nabi Islam yang diutus setelah Nabi Ya'qub as. Nabi Yusuf  'alaihis salam merupakan anak Nabi Ya'qub 'alaihis salam dan merupakan buyut dari Nabi Ibrahim 'alaihis salam. Kisah Nabi Yusuf dijelaskan dalam satu surat khusus dalam Al Qur-an surat ke 12 yakni" Surat Yusuf" yang terdiri dari 111 surat.
Beliau menghadapi persekongkolan jahat yang justru datang dari orang-orang yang dekat dengannya, yaitu saudara-saudaranya. Mereka merencanakan untuk membunuhnya. Rencana itu mereka buat saat Nabi Yusuf 'alaihis salam masih kecil, mereka memasukkan Nabi Yusuf 'alaihi salam ke dalam sebuah sumur. Setelah seseorang menemukannya kemudian Nabi Yusuf 'alaihis salam dijual di pasar mesir lalu dia dibeli dengan harga yang sangar murah. Kemudian beliau menghadapi r4yuan dari isteri seorang pria yang mempunyai jabatan penting saat itu. Ketika ia menolak r4yuannya, ia pun dimasukkan ke dalam penjara. Dalam beberapa waktu, beliau menjadi tahanan di penjara. Setelah mampu mentakwilkan mimpi sang raja iapun dibebaskan dari penjara dan akhirnya Beliau menjadi menteri dari raja yang pertama.
Waktupun berlalu maka dengan izin Allah Nabi Yusuf 'alaihis salam dapat bertemu kembali dengan seluruh keluarganya, termasuk dengan ayahnya, Nabi Ya'qub 'alaihis salam. Ia memulai dakwahnya di jalan Allah Yang Maha Esa dari panggung kekuasaan. Ia melaksanakan rencana Allah SWT dan menunaikan perintahnya.
Silsilah Nabi Yusuf 'alaihi salam
Nabi Yusuf 'alaihis salam adalah cucu dari Nabi Ishaq 'alaihi salam, silsilah lengkapnya adalah Yusuf bin Ya'qub bin Ishaq bin Ibrahim bin Azar bin Nahur bin Suruj bin Ra'u bin Falij bin 'Abir bin Syalih bin Arfahsad bin Syam bin Nuh.
Nabi Yusuf 'alaihis salam merupakan putra urutan ke tujuh dari dua belas putra puteriNabi Ya’qub as. Merupakan anak dari istri Nabi Ya’qub yang bernama Rahil. Dari Ibu Rahil ini Nabi Yusuf 'alaihis salam juga mempunyai adik bernama Benyamin. Nabi Yusuf dianugrahi wajah yang sangat tampan oleh Allah SWT, juga dengan tubuh yang tegap sehingga bisa membuat para wanita terpesona kepadanya.
Kisah cerita Nabi Yusuf as ada dalam satu surat penuh dalam Al Qur an yang bernama Surat Yusuf. Disebutkan bahwa sebab turunnya surat Yufuf adalah karena orang orang yahudi meminta kepada Rasulullah SAW untuk menceritakan kepada mereka kisah Nabi Yusuf 'alaihis salam. Kemudian Allah SWT menurunkan satu surat penuh yang secara terperinci menceritakan kisah Nabi Yusuf as.
Allah SWT berfirman :
نَحْنُ نَقُصُّ عَلَيْكَ أَحْسَنَ الْقَصَصِ بِمَا أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ هَذَا الْقُرْآنَ وَ إِنْ كُنْتَ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الْغَافِلِيْنَ
 “Kami menceritakan kepadamu kisah yang paling baik dengan mewahyukan Al Qur’an ini kepadamu, dan sesungguhnya kamu sebelum (kami mewahyukan)nya adalah termasuk orang-orang yang belum mengetahui.” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 3)
Mimpi nabi Yusuf 'alaihis salam
Pada suatu waktu Nabi Yusuf 'alaihis salam bermimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan semuanya sujud kepadanya, dan mimpinya itu disampaikan kepada ayahnya yaitu Nabi Ya’qub as, sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an Surat ke12, Yusuf berikut ini :
إِذْقَالَ يُوْسُفُ لِأَبِيْهِ يَاَبَتِ إِنِّيْ رَايْتُ أَحَدَ عَشَرَ كَوْكَبًا وَالشَّمْسَ وَالْقَمَرَ رَاَيْتُهُمْ لِيْ سَاجِدِيْنَ
“(Ingatlah), ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : “Wahai ayahku, sesungguhnya aku bermimpi melihat sebelas bintang, matahari dan bulan; kulihat semuanya sujud kepadaku” (Qur'an Surat Yusuf ayat:4)
قَالَ يَابُنَيَّ لاَ تَقْصُصْ رُءْيَاكَ عَلَى إِخْوَتِكَ فَيَكِيْدُوْاا لَكَ كَيْدًا، إِنَّ الشَّيْطَانَ لِلْإِنْسَانِ عَدُوٌّ مُبِيْنٌ 
“Ayah berkata : “Hai anakku, janganlah kamu ceritakan mimpimu itu kepada saudara-saudaramu, maka mereka membuat makar (untuk membinasakan)mu. Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagi manusia” (Qur'an Surat Yusuf ayat:5)
وَكَذَلِكَ يَجْتَبِيْكَ رَبُّكَ وَيُعَلِّمُكَ مِنْ تَأْوِيْلِ الْأَحَادِيْثِ وَيُتِمُّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَعَلَى آلِ يَعْقُوْبَ كَمَا اَتَمَّهَا عَلَى اَبَوَيْكَ مِنْ قَبْلُ اِبْرَاهِيْمَ وَاِسْحَاقَ ، اِنَّ رَبَّكَ عَلِيْمٌ حَكِيْمٌ
Dan demikianlah Tuhanmu, memilih kamu [untuk menjadi nabi] dan diajarkan-Nya kepadamu sebahagian dari ta’bir mimpi-mimpi dan disempurnakan-Nya nikmat-Nya kepadamu dan kepada keluarga Ya’qub, sebagaimana Dia telah menyempurnakan nikmat-Nya kepada dua orang bapakmu sebelum itu, [yaitu] ibrahim dan ishak, sesungguhnya Tuhan-mu maha mengetahui lagi maha bijaksana. (Qur'an Surat Yusuf Ayat ;6)
Nabi Ya’qub 'alaihis salam mengingatkannya agar jangan sampai Nabi Yusuf as menceritakan mimpinya kepada saudara-saudaranya. Sesungguhnya saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihis salam tidak menyukai kedekatannya dengan ayahnya. Nabi Yusuf 'alaihis salam bukanlah saudara kandung mereka, karena berbeda ibu.
Hubungan Yusuf 'alaihis salam dengan saudara-saudaranya
Nabi Yusuf 'alaihis salam adalah anak yang dimanjakan oleh ayahnya, lebih disayang dan dicintai dibandingkan dengan saudara-saudaranya yang lain. Rasa sayang Nabi Ya’qub as kepada Nabi Yusuf dan Bunyamin adiknya sebenarnya cukup wajar, karena Nabi Yusuf dan adiknya tidak memiliki ibu karena telah meninggal dunia ketika melahirkan Bunyamin. Karena sebab itulah Nabi Ya’qub 'alaihis salam sangat menyayangi Nabi Yusuf as dan adiknya Bunyamin. Terlebih lagi saat Nabi Ya’qubmendengar dan mengetahui akan mimpi Nabi Yusuf as. Semakin bertambah pula pengawasannya untuk keselamatan Nabi Yusuf as dan adiknya.
Perlakuan yang berbeda dari Nabi Ya’qub as kepada anak-anaknya yang lain menimbulkan rasa iri hati dan dengki di antara saudara-saudara Nabi Yusuf as yang lain.
Nabi Yusuf 'alaihis salam dibuang ke sumur
Suatu hari saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihis salam yang dengki kepadanya berkumpul, namun dalam musyawarah ini Bunyamin tidak diikut sertakan karena ia adalah adik kandung Nabi Yusuf 'alaihis salam. Kemudian mereka berencana untuk mencelakai Nabi Yusuf 'alaihis salam, yakni dengan membuangnya ke dalam sebuah sumur.
Kemudian saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihis salam meminta ayah mereka untuk mengijinkan membawa Nabi Yusuf 'alaihis salam pergi ke suatu tempat, seperti yang diriwayatkan dalam Al Qur'an berikut ini:
قَالُوْا يَاَبَانَا مَالَكَ لاَتَأْمَنَّا عَلَى يُوْسُفَ وَاِنَّالَهُ لَنَاصِحُوْنَ [11] اَرْسِلْهُ مَعَنَا غَدًا يَرْتَعْ وَيَلْعَبْ وَاِنَّالَهُ لَحَافِظُوْنَ [12] قَالَ اِنِّيْ لَيَحْزُنُنِيْ اَنْ تَذْهَبُوْا بِهِ وَاَخَافُ اَنْ أَكَلَهُ الذِّئْبُ وَاَنْتُمْ عَنْهُ غَافِلُوْنَ [13] قَالُوْا لَئِنْ اَكَلَهُ الذِّئْبُ وَنَحْنُ عُصْبَةٌ اِنَّا إِذًا لَخَاسِرُوْنَ [14].
“Mereka berkata : “wahai ayah kami, apa sebabnya kamu tidak mempercayai kami terhadap Yusuf, padahal sesungguhnya kami adalah orang-orang yang menginginkan kebaikan baginya. (Qur'an Surat Yusuf ayat: 11)
Biarlah dia pergi bersama kami besok pagi, agar ia (dapat) bersenang-sendang dan (dapat) bermain-main, dan sesungguhnya kami pasti menjaganya” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 12)
“Berkata Ya’qub : “Sesungguhnya kepergian kamu bersama Yusuf amat menyedihkanku dan aku khawatir kalau-kalau dia dimakan serigala, sedang kamu lengah dari padanya” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 13)
“Mereka berkata : “Jika ia benar-benar dimakan serigala, sedang kami golongan (yang kuat), sesungguhnya kami kalau demikian adalah orang-orang yang merugi” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 14)
Mereka pun berhasil mengajak Nabi Yusuf 'alaihis salam pada hari berikutnya dan pergi dengannya ke gurun. Mereka lalu memasukkan nabi Yusuf 'alaihis salam ke dalam sebuah sumur tanpa mengenakan pakaian.
Untuk mengelabui ayahnya,saudara-saudara yang benci kepada Nabi Yusuf itu menyembelih hewan sejenis kambing atau rusa, lalu melumurkan darah binatang tersebut ke pakaian Nabi Yusuf as. Dan mereka membawa pulang pakaian tersebut, seperti diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
فَلَمَّا ذَهَبُوْا بِهِ وَ اَجْمَعُوْا اَنْ يَجْعَلُوْهُ فِىْ غَيَابَتِ الْجُبِّ ، وَ اَوْحَيْنَا اِلَيْهِ لَتُنَبِّئَهُمْ بِاَمْرِهِمْ هَذَا وَهُمْ لاَ يَشْعُرُوْنَ [15] وَجَاءُوْا اَبَاهُمْ عِشَاءً يَبْكُوْنَ [16] قَالُوْا يَااَبَانَا اِنَّا ذَهَبْنَا نَسْتَبِقُ وَتَرَكْنَا يُوْسُفَ عِنْدَ مَتَاعِنَا فَأَكَلَهُ الذِّئْبُ ، وَمَا اَنْتَ بِمُؤْمِنٍ لَنَا وَلَوْ كُنَّا صَدِقِيْنَ [17] .
"Tatkala mereka telah pergi bersama-sama dengan dia, dan mereka telah sepakat memasukkannya ke dalam sumur [lalu dilemparkannya benar-benar]. Kami telah mewahyukan kepadanya, bahwa engkau pasti mengkhabarkan kepada mereka nanti, tentang perbuatan mereka ini, sedang mereka tiada ingat lagi [tiada menyangka].(Qur'an Surat Yusuf Ayat ;15)
“Kemudian mereka datang kepada ayah mereka di sore hari sambil menangis”  (Qur'an Surat Yusuf ayat: 16)
“Mereka berkata : “Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba, dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami, lalu dia dimakan serigala, dan kamu sekali-kali tidak akan percaya kepada kami, sekalipun kami adalah orang-orang yang benar” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 17)
Nabi Ya’qub as memegang pakaian anaknya. Lalu memperhatikan pakaian nabi yusuf tersebut, ia melihat pakaian itu masih utuh dan tidak ada tanda-tanda cakaran atau robek. Serigala apa yang makan Nabi Yusuf as? Apakah ia memakan dari dalam pakaian tanpa merobek pakaiannya? Seandainya Nabi Yusuf as mengenakan pakaiannya lalu ia dimakan oleh serigala, semestinya pakaian tersebut akan robek. Seandainya ia telah melepas bajunya untuk bermain dengan saudara-saudaranya, maka bagimana pakaian tersebut dilumuri dengan darah sementara saat itu tidak menggunakan pakaian?
Berdasarkan bukti-bukti itu, Nabi Ya’qub as mengetahui bahwa mereka berbohong. Nabi Yusuf as tidak dimakan oleh serigala. Nabi ya’qub mengetahui bahwa anak-anaknya berbohong, ia mengungkapkan hal itu dalam perkatannya yang tersebut dalam Al Qur an :
وَجَاءُوْا عَلَى قَمِيْصِهِ بِدَمٍ كَذِبٍ ، قَالَ بَلْ سَوَّلَتْ لَكُمْ اَنْفُسُكُمْ اَمْرًا ، فَصَبْرٌ جَمِيْلٌ ، وَاللهُ الْمُسْتَعَانُ عَلَى مَا تَصِفُوْنَ [18]
“Mereka datang membawa baju gamisnya (yang berlumuran) dengan darah palsu.Ya’qub berkata “sebenarnya dirimu sendirilah yang memandang baik perbuatan (yang buruk) itu; maka kesabaran yang baik itulah (kesabaranku). Dan Allah sajalah yang dimohon pertolongan-Nya terhadap apa yang kamu ceritakan” (Qur'an Surat Yusuf ayat: 18)
Demikianlah perilaku Nabi Ya’qub dengan bijaksananya. Ia meminta agar diberi kesabaran dan memohon pertolongan kepada Allah SWT atas apa yang mereka lakukan terhadap putra kesayangannya.
Nabi Yusuf 'alaihi salam ditemukan di sumur lalu dijual di pasar
Suatu saat ada kafilah yang sedang berjalan menuju Mesir, yaitu satu kafilah besar. Semua kafilah itu menuju sumur, mereka berhenti untuk menambah air. Mereka menghulurkan timba ke sumur. Lalu Nabi Yusuf as bergelantung pada timba tersebut. Orang yang mengulur timba mengira bahwa timbanya telah penuh dengan air. Namun setelah dilihatnya ternyata seorang manusia. Setelah itu mereka menjual Nabi Yusuf ke pasar seperti riwayat dalam Al'Qur'an berikut:
وَجَاءَتْ سَيَّارَةٌ فَاَرْسَلُوْا وَارِدَهُمْ فَاَدْلَى دَلْوَهُ ، قَالَ يَابُشْرَى هَذَا غُلَامٌ ، وَاَسَرُّوْهُ بِضَاعَةً ، وَاللهَ عَلِيْمٌ بِمَا يَعْمَلُوْنَ [19] وَشَرَوْهُ بِثَمَنٍ بَخْسٍ دَرَاهِمَ مَعْدُوُدَةٍ ، وَكَانُوْا فِيْهِ مِنَ الزَّاهِدِيْنَ [20] وَقَالَ الَّذِيْ اشْتَرَىهُ مِنْ مِصْرَ لاِمْرَاَتِهِ اَكْرِمِيْ مَثْوَىهُ عَسَى اَنْ يَنْفَعَنَا اَوْ نَتَّخِذَهُ وَلَدًا ، وَكَذَلِكَ مَكَّنَّا لِيُوْسُفَ فِى الْأَرْضِ وَلِنُعَلِّمَهُ مِنْ تَأْوِيْلِ الْاَحَادِيْثِ ، وَاللهُ غَالِبٌ عَلَى اَمْرِهِ وَلَكِنَّ اَكْثَرَ النَّاسِ لاَ يَعْلَمُوْنَ [21].
"Kemudian datanglah kelompok orang-orang musafir, lalu mereka menyuruh seorang pengambil air, maka dia menurunkan timbanya, dia berkata: 'Oh; kabar gembira, ini seorang anak muda!' Kemudian mereka menyembunyikan dia sebagai barang dagangan. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. Dan mereka menjual Yusuf dengan harga yang murah, yaitu beberapa dirham saja, dan mereka tidak tertarik hatinya kepada Yusuf. Dan orang Mesir yang membelinya berkata kepada isterinya: 'Berikanlah kepadanya tempat (dan layanan) yang baik, boleh jadi ia bermanfaat kepada kita atau kita pungut dia sebagai anak.' Dan demikianlah Kami berikan kedudukan yang baik kepada Yusuf di muka bumi (Mesir) dan agar Kami ajarkan kepadanya ta'bir mimpi. Dan Allah berkuasa terhadap urusan-Nya, tetapi kebanyakan manusia tiada mengetahuinya. " (QS. Yusuf: 19-21)
Lelaki yang membeli Nabi Yusuf as bukanlah orang sembarang tetapi ia seorang yang penting. Ia termasuk seseorang yang berasal dari pemerintah yang berkuasa di Mesir. Ia adalah seorang menteri di antara menteri-menteri raja yaitu ketua menteri yang bernama Al Aziz.
Kisah Nabi Yusuf 'alaihis salam dan Zulaikha
Hari demi hari berlalu. Nabi Yusuf as pun semakin tumbuh menjadi dewasa. Nabi Yusuf as oleh Allah diberi kemampuan untuk mengendalikan suatu masalah dan ia diberi pengetahuan tentang kehidupan dan peristiwa peristiwanya. Ia juga diberi kemampuan berdialog yang dapat menarik simpati orang yang mendengarnya. Nabi Yusuf as diberi kemuliaan sehingga ia menjadi pribadi yang agung dan tak tertandingi. Tuannya mengetahui bahwa Allah SWT memuliakannya dengan mengirim Nabi Yusuf as padanya. Ia mengetahui bahwa Nabi Yusuf memiliki kejujuran, kemuliaan, dan istiqamah (keteguhan) lebih dari siapapun yang  pernah ia temui dalam selama hidupnya.
Nabi Yusuf 'alaihis salam diberi Wajah yang rupawan sehingga membuat Zulaikah sang isteri Al Azis terpesona. Ia mer4yunya dengan terang terangan. Wanita itu menutup semua pintu dan melupakan rasa malunya, kemudian ia mengunggapkan rasa cintanya Nabi Yusuf as.
Godaan dari wanita itu merupakan godaan yang cukup berat, namun beliu mampu untuk melawannya. Zulaikha mengulurkan tangannya kepada Yusuf dan berusaha untuk memeluknya. Nabi Yusuf as berputar dan berlari menuju ke pintu. Lalu ia dikejar oleh wanita itu dan wanita itu menarik-narik pakaiannya. Keduanya sampai ke pintu. Namun tiba tiba itu terbuka, suaminya dan salah satu kerabatnya ada di muka pintu yang terbuka itu.
Setelah melihat suaminya ada di hadapannya, ia segera menggunakan kelicikannya. Wanita itu berbicara dengan melontarkan tuduhan kepada Nabi Yusuf as, seperti yang diterangkan dalam Al Qur’an berikut ini :
وَرَاوَدَتْهُ الَّتِي هُوَ فِي بَيْتِهَا عَن نَّفْسِهِ وَغَلَّقَتِ الْأَبْوَابَ وَقَالَتْ هَيْتَ لَكَ ۚ قَالَ مَعَاذَ اللَّهِ ۖ إِنَّهُ رَبِّي أَحْسَنَ مَثْوَايَ ۖ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الظَّالِمُونَ
وَلَقَدْ هَمَّتْ بِهِ ۖ وَهَمَّ بِهَا لَوْلَا أَن رَّأَىٰ بُرْهَانَ رَبِّهِ ۚ كَذَٰلِكَ لِنَصْرِفَ عَنْهُ السُّوءَ وَالْفَحْشَاءَ ۚ إِنَّهُ مِنْ عِبَادِنَا الْمُخْلَصِينَ
وَاسْتَبَقَا الْبَابَ وَقَدَّتْ قَمِيصَهُ مِن دُبُرٍ وَأَلْفَيَا سَيِّدَهَا لَدَى
الْبَابِ ۚ قَالَتْ مَا جَزَاءُ مَنْ أَرَادَ بِأَهْلِكَ سُوءًا إِلَّا أَن يُسْجَنَ أَوْ
عَذَابٌ أَلِيمٌ
قَالَ هِيَ رَاوَدَتْنِي عَن نَّفْسِي ۚ وَشَهِدَ شَاهِدٌ مِّنْ أَهْلِهَا إِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن قُبُلٍ فَصَدَقَتْ وَهُوَ مِنَ الْكَاذِبِينَ
وَإِن كَانَ قَمِيصُهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ فَكَذَبَتْ وَهُوَ مِنَ الصَّادِقِينَ
فَلَمَّا رَأَىٰ قَمِيصَهُ قُدَّ مِن دُبُرٍ قَالَ إِنَّهُ مِن كَيْدِكُنَّ ۖ إِنَّ كَيْدَكُنَّ عَظِيمٌ
يُوسُفُ أَعْرِضْ عَنْ هَٰذَا ۚ وَاسْتَغْفِرِي لِذَنبِكِ ۖ إِنَّكِ كُنتِ مِنَ الْخَاطِئِينَ
“Dan perempuan yang dia (Yusuf) tinggal di rumahnya menggoda dirinya. Dan dia menutup pintu-pintu, lalu berkata, ‘Marilah mendekat kepadaku.’ Yusuf berkata, ‘Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku telah memperlakukan aku dengan baik.’ Sesungguhnya, orang yang zalim itu tidak akan beruntung. Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf). Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya.
Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih. Dan keduanya berlomba menuju pintu dan perempuan itu menarik baju gamisnya (Yusuf) dari belakang hingga koyak dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu. Dia (perempuan itu) berkata, ‘Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?’ Dia (Yusuf) berkata, ‘Dia yang menggodaku dan merayu diriku.’
Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian, ‘Jika baju gamisnya koyak di bagian depan, maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta. Dan jika baju gamisnya koyak di belakang, maka wanita itulah yang dusta, dan Yusuf termasuk orang-orang yang benar”. Maka tatkala suami wanita itu melihat baju gamis Yusuf koyak di belakang berkatalah dia: “Sesungguhnya (kejadian) itu adalah diantara tipu daya kamu, sesungguhnya tipu daya kamu adalah besar”. (Hai) Yusuf: “Berpalinglah dari ini, dan (kamu hai isteriku) mohon ampunlah atas dosamu itu, karena kamu sesungguhnya termasuk orang-orang yang berbuat salah”. (Qur'an Surat Yusuf Ayat: 23-29)
Allah menuturkan godaan yang dilakukan istri penguasa Mesir itu kepada Yusuf dan meminta Yusuf melakukan sesuatu yang tidak patut dengan kondisi dan kedudukannya. Istri penguasa Mesir itu sangat cantik, memiliki banyak harta, kedudukan dan masih muda. Ia menutup pintu-pintu rumah, bersiap dan berdandan untuk merayu Yusuf, mengenakan pakaian terbaik dan paling mewah yang ia miliki, di samping itu ia adalah istri seorang menteri. Ibnu Ishaq menyatakan, “Ia adalah putri saudari Raja Rayyan bin Walid, raja Mesir.”
Selain itu, Yusuf juga seorang pemuda yang sangat tampan lagi menawan. Namun karena ia adalah seorang nabi, berasal dari keturunan para nabi, akhirnya Allah melindungi Yusuf dari perbuatan keji, melindunginya dari tipu daya wanita. Ia adalah pemimpin para pemimpin terpandang, salah satu diantara tujuh orang bertakwa (yang mendapat naungan Allah) yang disebutkan dalam kitab Shahihain dari para nabi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, dalam sabda yang beliau sampaikan dari Rabb bumi dan langit,“(Ada) tujuh golongan, Allah menaungi mereka di bawah naungan-Nya pada hari tiada  naungan selain naungan-Nya; pemimpin adil, orang yang mengingat Allah seorang diri lalu kedua matanya berlinang, orang yang hatinya merindukan masjid ketika keluar darinya hingga ia kembali lagi, dua orang yang saling mencintai karena Allah, keduanya berkumpul dan berpisah karena-Nya, seseorang yang menyedekahkan sesuatu, lalu ia sembunyikan hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang diinfakkan tangan kanannya, pemuda yang tumbuh dalam beribadah kepada Allah, dan lelaki yang diajak (berbuat zina) seorang wanita yang memiliki kedudukan dan kecantikan, tapi ia mengatakan, ‘Sungguh, aku takut kepada Allah’.”‎
Intinya, istri seorang menteri Mesir mengajak Yusuf (berbuat keji) dan memintanya dengan sangat. Yusuf kemudian berkata, “Aku berlindung kepada Allah, sungguh, tuanku,”  maksudnya suami wanita tersebut, di pemilik rumah, tuanku, “Telah memperlakukan aku dengan baik,” yaitu ia telah memperlakukan diriku dengan baik dan memuliakan kedudukanku di sisinya, “Sesungguhnya, orang yang zalim itu tidak akan beruntung.”
“Dan sungguh, perempuan itu telah berkehendak kepadanya (Yusuf).  Dan Yusuf pun berkehendak kepadanya, sekiranya dia tidak melihat tanda (dari) Tuhannya,” firman ini sudah kita bahas dalam kitab tafsir secara memadai.
Sebagian besar pernyataan para mufassir terkait hal ini bersumber dari kitab-kitab Yahudi dan Nasrani. Lebih baik jika masalah ini tidak perlu kita bahas.
Yang wajib kita yakini adalah; Allah melindungi, membebaskan, dan menjauhkan Yusuf dari perbuatan nista. Karena itu, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Demikianlah, Kami palingkan darinya keburukan dan kekejian. Sungguh, dia (Yusuf) termasuk hamba Kami yang terpilih.”
“Dan keduanya berlomba menuju pintu,”  Yusuf lari meninggalkan wanita itu menuju pintu agar bisa keluar dan lari menjauh darinya, namun wanita itu mengejar Yusuf, “Dan keduanya mendapati suami perempuan itu di depan pintu,”  perempuan itu langsung berkata kepada suaminya dan menghasutnya agar menghukum Yusuf, “Dia (perempuan itu) berkata, ‘Apakah balasan terhadap orang yang bermaksud buruk terhadap istrimu, selain dipenjarakan atau (dihukum) dengan siksa yang pedih?”  Ia menuduh Yusuf padahal dia yang sebenarnya tertuduh. Si perempuan tersebut membela kehormatannya dan membersihkan namanya, karena itu Yusuf berkata, “Dia yang menggodaku dan merayu diriku,”  kebenaran perlu disampaikan saat diperlukan.
“Seorang saksi dari keluarga perempuan itu memberikan kesaksian,”  menurut salah satu pendapat, saksi tersebut masih kecil dan masih digendong. Demikian yang dinyatakan Ibnu Abbas, juga meriwayatkan dari Abu Hurairah, Hilal bin Yasaf, Hasan Al-Bashri, Sa’id bin Jubair, Dhahhak, dan dipilih Ibnu Jarir. Terkait saksi ini, ada sebuah hadist marfu’ diriwayatkan dari Ibnu Abbas, sementara yang lain menyebut mauquf, hanya sampai Ibnu Abbas saja.‎
Sumber lain menyebutkan saksi tersebut adalah seorang lelaki di dekat Qathfir, suami si perempuan. Yang lain menyebutkan seorang lelaki di dekat si perempuan. Kalangan yang menyatakan bahwa saksi tersebut seorang lelaki adalah Ibnu Abbas, Ikrimah, Mujahid, Hasan, Qatadah, As-Suddi, Muhammad bin Ishaq, dan Zaid bin Aslam.
Saksi itu mengatakan, “Jika baju gamisnya koyak di bagian depan maka perempuan itu benar, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang dusta,”  artinya, Yusuf  yang menggoda, lalu si wanita tersebut mendorong Yusuf hingga bagian depan bajunya koyak. “Dan jika baju gamisnya koyak di bagian belakang, maka perempuan itulah yang dusta, dan dia (Yusuf) termasuk orang yang benar,” yaitu karena Yusuf melarikan diri dari perempuan tersebut, lalu si perempuan mengerjar dan memegangi baju Yusuf, hingga bajunya terkoyak dari belakang. Dan seperti itulah kejadiannya. Karena itu Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, “Maka ketika dia (suami perempuan itu) melihat baju gamisnya (Yusuf) koyak di bagian belakang, dia berkata, ‘Sesungguhnya, ini adalah tipu dayamu. Tipu dayamu benar-benar hebat,”yaitu tindakan ini adalah tipu dayamu, kau yang telah menggoda Yusuf, tapi kau menuduh Yusuf yang bukan-bukan.
Setelah mengetahui siapa yang salah, si suami mengakhiri masalah tersebut, lalu Nabi Yusuf as pun pergi. Tuan rumah itu tidak meminta perincian peristiwa yang terjadi antara iserinya dan pemuda yang mengabdi kepadanya. Yang ia minta adalah agar pembicaraan itu ditutup sampai di sini saja.
Kisah para wanita terpotong tangannya ketika melihat Nabi Yusuf 'alaihis salam
Masalah mengenai isteri menteri yang menggoda nabi Yusuf 'alaihis salam ternyata tidak bisa ditutup untuk kalangan terbatas. Akhirnya masalah tersebtu diketahui orang banyak dan tersebar ke isteri-isteri pembesar lainnya.
Isteri Al Azis ingin membuat pembelaan diri dengan mengundang para isteri-isteri pembesar lainnya untuk datang ke rumahnya, untuk dijamu dengan makanan dan minuman.
Dalam acara jamuan tersebut, Zulaikha menyajikan buah-buahan lengkap dengan pisau untuk mengupasnya, lalu disuruhnya Nabi Yusuf 'alaihis salam untuk lewat di depan para tamu tersebut, karena terpesona oleh ketampanan Nabi Yusuf, para istri-istri pembesar itu melukai tangan mereka saat mengupas buah. Dengan kejadian ini maka Zulaikha dapat membauktikan bahwa Istri para pembesar yang baru saja bertemu yusuf sudah tergoda, apalagi dia yang hidup sehari-hari bersama yusuf tentu tidak tahan. Seperti yang diriwayatkan dalam Al'Qur'an berikut ini:
وَقَالَ نِسْوَةٌ فِي الْمَدِينَةِ امْرَأَتُ الْعَزِيزِ تُرَاوِدُ فَتَاهَا عَن نَّفْسِهِ ۖ قَدْ شَغَفَهَا حُبًّا ۖ إِنَّا لَنَرَاهَا فِي ضَلَالٍ مُّبِينٍ
فَلَمَّا سَمِعَتْ بِمَكْرِهِنَّ أَرْسَلَتْ إِلَيْهِنَّ وَأَعْتَدَتْ لَهُنَّ مُتَّكَأً وَآتَتْ كُلَّ وَاحِدَةٍ مِّنْهُنَّ سِكِّينًا وَقَالَتِ اخْرُجْ عَلَيْهِنَّ ۖ فَلَمَّا رَأَيْنَهُ أَكْبَرْنَهُ وَقَطَّعْنَ أَيْدِيَهُنَّ وَقُلْنَ حَاشَ لِلَّهِ مَا هَٰذَا بَشَرًا إِنْ هَٰذَا إِلَّا مَلَكٌ كَرِيمٌ
قَالَتْ فَذَٰلِكُنَّ الَّذِي لُمْتُنَّنِي فِيهِ ۖ وَلَقَدْ رَاوَدتُّهُ عَن نَّفْسِهِ فَاسْتَعْصَمَ ۖ وَلَئِن لَّمْ يَفْعَلْ مَا آمُرُهُ لَيُسْجَنَنَّ وَلَيَكُونًا مِّنَ الصَّاغِرِينَ
قَالَ رَبِّ السِّجْنُ أَحَبُّ إِلَيَّ مِمَّا يَدْعُونَنِي إِلَيْهِ ۖ وَإِلَّا تَصْرِفْ عَنِّي كَيْدَهُنَّ أَصْبُ إِلَيْهِنَّ وَأَكُن مِّنَ الْجَاهِلِينَ
فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
"Dan perempuan-perempuan di kota berkata, ‘Istri Al-Aziz menggoda dan merayu pelayannya untuk menundukkan dirinya, pelayannya benar-benar membuatnya mabuk cinta. Kami pasti memandang dia dalam kesesesatan yang nyata.’ Maka ketika perempuan itu mendengar cercaan mereka, diundangnyalah perempuan-perempuan itu dan disediakannya tempat duduk bagi mereka, dan kepada masing-masing mereka diberikan sebuah pisau (untuk memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf), Keluarlah (nampakanlah dirimu) kepada mereka.' Maka tatkala wanita-wanita itu melihatnya, mereka kagum akan keelokan rupanya, dan mereka melukai (jari) tangannya dan berkata: 'Maha sempurna Allah, ini bukanlah manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia. Wanita itu berkata: 'Itulah dia orang yang membuat aku tertarik kepadanya dan sesungguhnya aku telah menggoda dia untuk menundukkan dirinya (kepadaku) akan tetapi dia menolak. Dan sesungguhnya jika dia tidak mentaati apa yang aku perintahkan kepadanya, niscaya dia akan termasuk golongan orang- orang yang hina. Yusuf berkata: 'Wahai Tuhanku, penjara lebih aku sukai daripada memenuhi ajakan mereka kepadaku. Dan jika tidak Engkau hindarkan daripadaku tipu daya mereka, tentu aku akan cenderung untuk (memenuhi keinginan mereka) dan tentulah aku termasuk orang-orang yang bodoh.' Maka Tuhannya memperkenankan doa Yusuf dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (QS. Yusuf: 30-34)
Catatan penting mengenai nama Zulaikha: Penting untuk diketahui bahwa nama Zulaikha istri al azis di atas sampai saat ini masih diragukan kebenarannya. Karena di Al Qur an sendiri tidak dijelaskan mengenai nama dari Istri Al Azis. 
Nabi Yusuf 'alaihis salam masuk penjara
Dengan adanya berita tentang nabi Yusuf 'alaihis salam yang terus menjadi perbincangan di negeri Mesir, pemerintah merasa kewibawannya dipertaruhkan. Lalu penguasa dari pemerintah menangkap Nabi Yusuf as. Ia dimasukkan ke dalam penjara untuk membungkam berita berita tentang Nabi Yusuf yang terus menjadi pembericaraan.
فَاسْتَجَابَ لَهُ رَبُّهُ فَصَرَفَ عَنْهُ كَيْدَهُنَّ ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْعَلِيمُ
ثُمَّ بَدَا لَهُم مِّن بَعْدِ مَا رَأَوُا الْآيَاتِ لَيَسْجُنُنَّهُ حَتَّىٰ حِينٍ
وَدَخَلَ مَعَهُ السِّجْنَ فَتَيَانِ ۖ قَالَ أَحَدُهُمَا إِنِّي أَرَانِي أَعْصِرُ خَمْرًا ۖ وَقَالَ الْآخَرُ إِنِّي أَرَانِي أَحْمِلُ فَوْقَ رَأْسِي خُبْزًا تَأْكُلُ الطَّيْرُ مِنْهُ ۖ نَبِّئْنَا بِتَأْوِيلِهِ ۖ إِنَّا نَرَاكَ مِنَ الْمُحْسِنِينَ
قَالَ لَا يَأْتِيكُمَا طَعَامٌ تُرْزَقَانِهِ إِلَّا نَبَّأْتُكُمَا بِتَأْوِيلِهِ قَبْلَ أَن يَأْتِيَكُمَا ۚ ذَٰلِكُمَا مِمَّا عَلَّمَنِي رَبِّي ۚ إِنِّي تَرَكْتُ مِلَّةَ قَوْمٍ لَّا يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَهُم بِالْآخِرَةِ هُمْ كَافِرُونَ
وَاتَّبَعْتُ مِلَّةَ آبَائِي إِبْرَاهِيمَ وَإِسْحَاقَ وَيَعْقُوبَ ۚ مَا كَانَ لَنَا أَن نُّشْرِكَ بِاللَّهِ مِن شَيْءٍ ۚ ذَٰلِكَ مِن فَضْلِ اللَّهِ عَلَيْنَا وَعَلَى النَّاسِ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَشْكُرُونَ
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَأَرْبَابٌ مُّتَفَرِّقُونَ خَيْرٌ أَمِ اللَّهُ الْوَاحِدُ الْقَهَّارُ
مَا تَعْبُدُونَ مِن دُونِهِ إِلَّا أَسْمَاءً سَمَّيْتُمُوهَا أَنتُمْ وَآبَاؤُكُم مَّا أَنزَلَ اللَّهُ بِهَا مِن سُلْطَانٍ ۚ إِنِ الْحُكْمُ إِلَّا لِلَّهِ ۚ أَمَرَ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا إِيَّاهُ ۚ ذَٰلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ وَلَٰكِنَّ أَكْثَرَ النَّاسِ لَا يَعْلَمُونَ
يَا صَاحِبَيِ السِّجْنِ أَمَّا أَحَدُكُمَا فَيَسْقِي رَبَّهُ خَمْرًا ۖ وَأَمَّا الْآخَرُ فَيُصْلَبُ فَتَأْكُلُ الطَّيْرُ مِن رَّأْسِهِ ۚ قُضِيَ الْأَمْرُ الَّذِي فِيهِ تَسْتَفْتِيَانِ
“Maka Rabb memperkenankan doa Yusuf , dan Dia menghindarkan Yusuf dari tipu daya mereka. Dialah Yang Maha Mendengar, Maha Mengetahui. Kemudian timbul pikiran pada mereka setelah melihat tanda-tanda (kebenaran Yusuf) bahwa mereka harus memenjarakannya sampai waktu tertentu. Dan bersama dia masuk pula dua orang pemuda ke dalam penjara. Salah satunya berkata, ‘Sesungguhnya, aku bermimpi memeras anggur,’ dan yang lainnya berkata, ‘Aku bermimpi, membawa roti di atas kepalaku, sebagiannya dimakan burung.’ Berikanlah kepada kami takwilnya. Sesungguhnya, kami memandangmu termasuk orang yang berbuat baik.
Dia (Yusuf) berkata, ‘Makanan apa pun yang akan diberikan kepadamu berdua aku telah dapat menerangkan takwilnya, sebelum (makanan) itu sampai kepadamu. Itu sebagian dari yang diajarkan Rabb kepadaku. Sesungguhnya, aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, bahkan mereka tidak percaya kepada hari akhirat. Dan mengikuti agama nenek moyangku; Ibrahim, Ishaq, dan Ya’qub. Tidak pantas bagi kami (para nabi) mempersekutukan sesuatu apa pun dengan Allah. Itu adalah dari karunia Allah kepada kami dan kepada manusia (semuanya); tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur. Wahai kedua penghuni penjara! Manakah yang baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu ataukah Allah Yang Maha Esa, Mahaperkasa? Apa yang kamu sembah selain Dia, hanyalah nama-nama yang kamu buat-buat baik oleh kamu sendiri maupun oleh nenek moyangmu. Allah tidak menurunkan suatu keterangan pun tentang hal (nama-nama) itu.
Keputusan itu hanyalah milik Allah. Dia telah memerintahkan agar kamu tidak menyembah selain Dia. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui. Wahai kedua penghuni penjara, ‘Salah seorang di antara kamu, akan bertugas menyediakan minuman khamar bagi tuannya. Adapun yang seorang lagi dia akan disalib, lalu burung memakan sebagian kepalanya. Telah terjawab perkara yang kamu tanyakan (kepadaku)’.” (Yusuf: 34-41).‎
Setelah dakwah yang sangat dalam ini dan setelah Yusuf mengemukakan argumentasinya kepada orang-orang yang bertanya, beliau mulai mentafsirkan mimpi yang mereka lihat, Kemudian Nabi Yusuf berdoa kepada Allah yang maha mengetahui untuk memberinya petunjuk. Kemudian Nabi Yusuf alaihis salam memberitahu ke pada si tukang roti bahwa ia akan disalib dan akan meninggal dunia. Sementara itu si tukang pemberi minuman akan bebas dari penjara dan kembali bekerja di tempat asalnya.
Yusuf telah mengamantkan kepada seorang diantara yang akan dibebaskan katanya: "Ceritakanlah perihalku ini kepada tuanmu!" Tetapi setan telah membuat orang itu lupa akan pesan itu sehingga tidak sampai diceritakannya kepada tuannya. Oleh karena itu Yusuf terpaksa tinggal dalam penjara beberapa tahun lagi. (Qur'an surat Yusuf ayat 42)
Beberapa waktu kemudian, ternyata apa yang diceritakan oleh Yusuf benar benar terjadi. Si tukang roti mati terbunuh sementara tukang pemberi minuman raja kembali dimaafkan dan kembali bekerja di istana. Namun ketika kembali ke istana si tukang pemberi minum itu lupa menceritakan tentang pesan dari Nabi Yusuf kepada raja,  ia telah dilalaikan oleh setan. Sehingga Nabi Yusuf pun tinggal dipenjara selama beberapa tahun.
Mimpi sang raja hingga Yusuf bebas dari penjara
Suatu hari, raja bermimpi dalam tidurnya. mimpi tersebut membuatnya gusar sehingga meminta para ahli tafsir mimpi untuk mentakwilkannya, namun tak seorangpun dari mereka yang memberikan jawaban yang memuaskan.
"Raja berkata (kepada orang-orang terkemuka dari kaumnya): 'Sesungguhnya aku bermimpi melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk dimakan oleh sapi betina yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan tujuh bulir lainnya yang kering. Hai orang-orang yang termuka, terangkanlah kepadaku tentang ta'bir mimpiku itu jika kamu dapat menakwilkan mimpiku. Mereka menjawab: 'Itu adalah mimpi-mimpi yang kosong dan kami sekali-kali tidak tahu takwil mimpi itu.' Dan berkatalah orang yang selamat di antara mereka berdua dan teringat (kepada Yusuf) sesudah beberapa waktu lamanya: 'Aku akan memberitahukan kepadamu tentang (orang yang pandai) menakwilkan mimpi itu, maka utuslah aku (kepadanya).' (Setelah pelayan itu berjumpa dengan Yusuf dia berseru): 'Yusuf, hai orang yang amat dipercayai, terangkanlah kepada kami tentang tujuh ekor sapi betina yang gemuk-gemuk yang dimakan oleh tujuh ekor sapi yang kurus-kurus dan tujuh bulir (gandum) yang hijau dan (tujuh) lainnya yang kering agar aku kembali kepada orang-orang itu agar mereka mengetahuinya.'"(QS. Yusuf: 43-46)
Kabar mengenai mimpi raja itu akhirnya sampai ke telinga petugas pemberi minum raja yang dulu sempat di penjara. Ia pun segera bergegas ke tempat sang raja dan menceritakan apa yang dialaminya bersama Yusuf. Kemudian raja mengutus orang itu ke penjara untuk menemui Yusuf dan bertanya kepadanya perihal mimpinya.
Beberapa saat kemudian pemberi minum raja itu mendatangi Nabi Yusuf as yang sedang berada di penjara. Utusan itu menanyakan kepadanya mengenai arti dari mimpi raja. Kemudian Nabi Yusuf pun mampu mentafsirkan mimpi sang raja. Ia menjelaskan kepada utusan itu, seperti yang diriwayatkan dalam ayat Al'Qur'an berikut:
Yusuf menjawab, "Kamu harus bercocok tanam selama tujuh tahun secara terus menerus. dari hasil panen yang kamu sabit, simpanlah dengan tangkai-tangkainya; hanya sebagian kecil sajalah yang boleh kamu makan." (QS. Yusuf: 47)
"Selanjutnya nanti akan datang masa paceklik pada tujuh tahun berikutnya, yang akan menghabiskan persediaan yang kamu asingkan. Hanya sedikit saja yang dapat kamu sisakan" (QS. Yusuf: 48)
"Sesudah itu akan datang musim hujan, hasil pertanian melimpah ruah, sehingga orang dapat membuat anggur dan sari buah." (QS. Yusuf: 49)
Setelah mendengar itu maka utusan tersebut menyampaikan apa yang diucapkan yusuf kepada sang raja. Mendengar semua penjelasan dari Yusuf, raja menjadi heran. Kemudian ia berkata “Siapa garangan orang yang dipenjara ini. Sungguh luar biasa. Ia menceritakan hal hal yang akan terjadi, bahkan lebih dari itu dia memberikan cara-cara mengatasi persoalan yang akan terjadi tanpa meminta upah atau balasan atau agar ia dibebaskan dari penjara”
Kemudian raja mengeluarkan perintah agar Nabi Yusuf as dibebaskan dari penjara dan dihadirkan kepadanya. Lalu utusan raja pergi ke penjara. Utusan itu bukan utusan pertama yang merupakan pembeiri minum. Namun ia adalah seorang yang menyandang jabatan penting. ia meminta kepada Yusuf agar keluar dari penjara dan menemui raja.
Namun ternyata Nabi Yusuf menolak keluar dari penjara kecuali semua tuduhan yang diarahkan kepadanya dicabut.  Sebelumnya Nabi Yusuf masuk penjara karena tuduhan telah memotong tangan para wanita. Orang pemerintahan menggunakan berbagai macam kebohongan yang sulit diterima akal, namun bagi mereka itu adalah sesuatu yang sah. Dan Nabi Yusuf tidak akan mau keluar dari penjara jika tuduhannya tidak dicabut. Selanjutnya sang raja memanggil para wanita yang dulu pernah memotong tangannya sendiri. kisahnya dijelaskan dalam ayat Al'Qur'an berikut ini:
Raja bersabda, "Bawalah Yusuf ke hadapanku!" Tatkala utusan itu mendatangi Yusuf untuk menyampaikan perintah raja, Yusuf menjawab: "Kembalilah lebih dahulu kepada tuanmu, sebelum aku pribadi berhadapan dengan dia, dan tanyakan kepada Baginda: "Bagaimana sebenarnya pikiran para wanita yang memotong jari jemarinya itu? Sebenarnya Tuhanku Maha Tahu tentang tipu muslihat mereka." (Qur'an Surat Yusuf ayat:50) 
Raja meminta keterangan dari para wanita, sabdanya: 'Apakah maksud yang sebenarnya maka sampai kalian menggoda Yusuf itu untuk menundukkan dirinya kepada kalian, adakah kecenderungan dari pihaknya untuk berbuat tidak sen0n0h terhadap kalian?' Mereka menjawab "Na'uudzubillah! semoga tuhan melindungi kami. Sepanjang pengetahuan kami, sedikitpun tidak mungkin berbuat c4bul." Kini, istri yang dipertuan mengaku terus terang, katanya, "Nah, sekarang pernyataan yang sebenarnya dari pihakku untuk semua! memang akulah yang mencmbu r4yu dia, bukan dia yang mer4yu aku. Dan dialah yang berada di pihak yang benar. (Qur'an Surat Yusuf ayat:51)
Setelah mendengar pernyataan langsung dari para wanita termasuk Zulaikha, maka raja yakin bahwa Yusuf tidak bersalah. kemudian sang raja memerintahkan agar Yusuf dibebaskan dari penjara.
Nabi Yusuf as diangkat menjadi menteri Mesir
Setelah Yusuf keluar dari penjara maka raja mengangkatnya menjadi mentri, seperti dalam ayat Al Qur'an berikut:
Raja bersabda: "Bawalah Yusuf ke hadapanku, aku hendak mengangkatnya menjadi pembantu pribadi. "Setelah bercakap-cakap dengan Yusuf sekedarnya, iapun bersabda: "Mulai hari ini, kau dianggat menjadi pejabat tinggi di samping kami dengan kepercayaan penuh." (Qur'an Surat Yusuf ayat:54)
قَالَ اجْعَلْنِي عَلَى خَزَآئِنِ الأَرْضِ إِنِّي حَفِيظٌ عَلِيمٌ
Yusuf menjawab: "Angkatlah aku menjadi mentri urusan perbendaharaan negara! aku tidak akan menyia-nyiakan kewajiban itu, lagi pula aku tahu cara mengurusnya". (Qur'an Surat Yusuf ayat:55)
Yusuf menyatakan kesanggupannya bukan karena kesombongannya, tapi ia tahu bahwa ia tidak dapat berbuat banyak untuk kemakmuran rakyat tanpa jabatan itu di tangannya.
وَكَذَلِكَ مَكَّنِّا لِيُوسُفَ فِي الأَرْضِ يَتَبَوَّأُ مِنْهَا حَيْثُ يَشَاءُ نُصِيبُ بِرَحْمَتِنَا مَن نَّشَاء وَلاَ نُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ
Demikianlah Kami memberi kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju ke mana saja yang dikehendakinya di bumi Mesir itu. Kami melimpahkan rahmat Kami kepada siapa yang Kami kehendaki dan Kami tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat baik. (Qur'an Surat Yusuf Ayat:56)
Kemudian masa paceklik itu pun tiba. Dan itu tidak masalah bagi negeri mesir, karena persediaan telah disediakan oleh Nabi Yusuf yang bisa menjamin dengan baik rakyat mesir selama tujuh tahun berturut-turut.
Nabi Yusuf 'alaihis salam berjumpa lagi dengan saudaranya
Saat itu kelaparan dan paceklik tidak hanya terjadi pada negeri Mesir, namun terjadi juga di negeri di dekatnya, seperti Negeri kan’an yang ditempati ayah dan saudara saudaranya itu Nabi Ya’qub as dan saudara saudarnya juga mengalami masa susah pangan.
Rakyat yang tinggal di negeri sekitar mesir juga meminta pertolongan ke Mesir, tidak terkecuali saudara-saudara Yusuf yang dulu pernah membuangnya. Mereka berbaris dalam rombongan orang orang yang membutuhkan.
Saudara-saudara Yusuf berdatangan ke Mesir. Mereka langsung memasuki ruang kerjanya. Yusuf segera mengenal mereka, tapi mereka telah lupa. (Qur'an Surat Yusuf ayat:58)
Tatkala Yusuf menyiapkan bahan pangan untuk mereka melebihi jatahnya, ia berpesan: "Lain kali, bawalah kemari saudara kalian yang seayah. Bukankah kalian telah melihat sendiri aku menyukat sukatan dengan cukup dan menerima tamu dengan ramah?(Qur'an Surat Yusuf ayat:59)
Saudara Yusuf yang datang ke Mesir sepuluh orang. Seharusnya mereka mendapat jatah sepuluh beban unta. Tapi Yusuf tahu yang tinggal di Kan'an ada dua orang lagi yaitu ayahnya sendiri dan adiknya Bunyamin. Untuk mereka, Yusuf menambahkan jatah untuk dua orang lagi.
Bila kalian tidak membawanya kepadaku, maka kalian tidak akan mendapatkan jatah lagi daripadaku. Bahkan janganlah kalian mendekat lagi ke negeriku ini. (Qur'an Surat Yusuf ayat: 60)
Mereka menjawab: "Kami akan berusaha membujuk ayahnya agar memperbolehkannya pergi ke mari. Kami sungguh-sungguh akan mmelaksanakannya"(Qur'an Surat Yusuf ayat:61)
Sebelum mereka pergi, Yusuf memerintahkan kepada pelayannya memasukkan kembali barang-barang dagangan yang mereka bawa untuk dibarter dengan bahan pangan.
Lalu Yusuf memerintahakan kepada pelayan-pelayannya: "Masukanlah barang dagangan mereka kembali dalam karungnya agar mereka mengenali budi baik kita setibanya mereka kembali di tengah-tengah keluarganya. Semoga mereka datang lagi"(Qur'an Surat Yusuf ayat:62)
Saat mereka tiba di rumah, mereka menceritakan tentang semua yang dialami ketika di Mesir termasuk pesan dari Mentri (Yusuf). Mulanya ayah mereka (Ya'Qub) keberatan apabila Bunyamin akan dibawa serta ke Mesir, namun akhirnya setelah sepuluh saudara Yusuf bersumpah atas nama Allah, Ya'qubpun memberi ijin dengan memberi pesan sebagai berikut,
Selanjutnya Ya'qub berpesan: "Hai anak-anakku! janganlah kalian masuk melalui wazir itu dari satu pintu secara serempak, tapi masuklah dari beberapa buah pintu yang berlainan seorang demi seorang. Namun berhati-hatilah, karena aku tidak dapat membela kalian dari ketentuan hukum Allah. Keputusan hukum hanyalah wewenang Allah. Kepada-Nya aku mempercayakan diri, dan kepada-Nya pula hendaknya orang yang tawakal mempercayakan dirinya." (Qur'an Surat Yusuf ayat:67) 
Yusuf bertemu Bunyamin
Tibalah waktunya saudara-saudara Yusuf menuju Mesir termasuk Bunyamin. Merekapun melaksanakan pesan dari ayahnya dengan masuk melalui pintu yang berlainan. Saat Bunyamin bertemu dengan Yusuf, dirangkulnya saudara seibu yang sudah lama dirindukannya, kemudian Yusuf menjelaskan siapa dirinya sebenarnya.
Agar Yusuf dapat menahan Bunjamin, Yusuf membuat siasat yakni dengan memasukkan sebuah piala ke dalam karung Bunjamin(semacam mangkuk berkaki tempat minum dari emas, sebagian Mufassirin mengatakan dari perak). Akhirnya benjamin dapat bersama dengan Yusuf di mesir.
Selanjutnya Saudara-saudara Yusuf pulang menemui ayah mereka dan menceritakan tentang Bunyamin yang ditahan di Mesir, ayahnya kemudian menyuruh mereka kembali ke Mesir untuk mencari keterangan tentang Yusuf dan Bunyamin, dengan memberi pesan terlebih dahulu,
"Wahai anak-anakku! Pergilah kalian ke Mesir dan carilah keterangan tentang Yusuf dan Saudaranya (Bunyamin), dan janganlah berputus asa dari rahmat Allah, kecuali orang-orang kafir." (Qur'an Surat Yusuf ayat:87) 
Saat Anak-anak Ya'qub tiba di mesir untuk menukar barang dagangan dengan bahan makanan, maka saat itulah Nabi Yusuf 'alaihis salam menjelaskan siapa dirinya yang sebenarnya kepada Saudara-saudaranya yang seayah tersebut. Kisahnya dijelaskan dalam Al'Qur'an berikut ini:
Syahdan, tatkala mereka masuk menemui Yusuf, mereka berkata: Wahai Paduka yang mulia! kami skeluarga telah ditimpa bahaya kelaparan, sedang kami hanya membawa barang dagangan yang berharga murah. Namun beri jualah kami jatah pangan secukupnya. Kelebihannya, ganti bersedekah kepada kami. Sesungguhnya Allah memberi balasan kepada orang-orang yang bersedekah."  (Qur'an Surat Yusuf ayat:88)
Yusuf berkata lantang: " Adakah kalian ingat akan kelakuan buruk yang pernah kalian lakukan kepada Yusuf dahulu, dan selang belum lama ini kalian tidak menyadari akibatnya?"  (Qur'an Surat Yusuf ayat:89) 
Mereka berbalik tanya: "Apakah engkau ini Yusuf?" Yusuf menjawab: "Ya! Sayalah Yusuf yang kalian aniyaya dulu, dan yang ini, adikku Bunyamin yang telah kalian pisahkan dengan aku. Allah telah mengaruniakan pertemuan kepada kami. Sebenarnya, barang siapa yang taqwa dan tabah, maka Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang-orang yang berbuat kebajikan."  (Qur'an Surat Yusuf ayat:90) 
Meski saudara-saudara Yusuf telah berbuat aniyaya terhadap dirinya namun yusuf telah memaafkannya, dan membebaskan mereka dari berbagai tuntutan.
Kemudian Yusuf menyuruh mereka untuk pulang dan membawa keluarganya yang berada di Kan'an untuk ke Mesir, dengan membawa baju Yusuf untuk dilekapkan ke wajah ayahnya, Ya'qub. Selanjutnya mereka pulang ke negeri Kan'an untuk menemui ayahnya.
Sementara anak-anak nabi Ya'qub masih di perjalanan, di rumah, Nabi ya'qub dengan izin Allah dapat mencium bau baju Yusuf yang sedang dibawa oleh saudara-saudaranya meski jaraknya sangat jauh. Perasaan Nabi Ya'qub itu diungkapkan kepada cucunya, namun cucunya tidak percaya, karena kakeknya tersebut masih teguh berpendirian bahwa Yusuf masih hidup.
Tatkala pembawa berita gembira itu tiba, dilekapkannya baju Yusuf ke wajah Ya'qub. Serta merta ia dapat melihat kembali, lalu berkata: "Bukankah telah kukatakan kepada kalian bahwa aku dapat mengetahui dari Allah sesuatu yang tidak kamun ketahui:" (Qur'an Surat Yusuf ayat:96) 
Nabi Ya'qub sudah lama tidak dapat melihat karena memikirkan anaknya, Yusuf yang berpisah sekian lama dan akhirnya dapat melaihat kembali dengan bantuan baju Yusuf. Melihat peristiwa itu, anak-anak Ya'qub memohon ampunan dan mengaku telah berbuat salah, dan Nabi Ya'qub berjanji untuk memohon pengampunan dari Allah untuk mereka.
Tabir mimpi Nabi Yusuf terdahulu
Berangkatlah Nabi Ya'qub sekeluarga ke Mesir, dan merekapun bertemu dengan Nabi Yusuf "alaihis salam, Seperti yang dijelaskan dalam Al'Qur'an berikut ini:
Tatkala mereka memasuki istana, Yusuf segera merangkul ayah bundanya segera berkata: "Selamat datang di Mesir! Insya Allah dengan selamat." (Qur'an Surat Yusuf ayat:99) 
Maksud dari "ayah bundanya" adalah, ayah serta saudara perempuan ibunya yang telah dikawini oleh ayahnya sejak ibu kandungnya sudah tiada. Ini pendapat kebanyakan ahli tafsir, kecuali Ibnu Jarir dan kawan-kawan.
Yusuf menuntun kedua orang tuanya ke atas singgasana, lalu mereka semua meniarap sujud kepada Yusuf. Setelah itu Yusuf berkata: "Wahai orang tuaku! Rupanya inilah tabir mimpiku yang dahulu, di mana Tuhanku telah menjadikannya peristiwa nyata. Sungguh Dia telah mengaruniakan kebaikan kepadaku: mulanya ketika Ia mengeluarkanku dari penjara, lalu mendatangkan kamu semuanya kemari dari pedalaman, sesudah setan merusak hubungan baik antaraku dan saudara-saudaraku. Sungguh Tuhanku Maha Lembut terhadap barang apa yang dikehendaki-Nya. Dia-pun Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana."  (Qur'an Surat Yusuf ayat:100) 
Mimpi Nabi Yusuf yang pernah ia ceritakan kepada ayahnya akhirnya terwujud, saudara-saudara Yusuf yang berjumlah sebelas orang berikut dengan kedua orang tuanya. Semua sujud kepada Yusuf sebagaimana yang dilihat Yusuf dalam mimpinya. Sujud di sini bukan dalam pengertian ibadah, tapi dalam pengertian penghormatan. dalam syariat Nabi Ya'qub sujud penghormatan seperti ini, hukumya Harus.
Seketika itu Nabi Yusuf, berdo'a, ia bersyukur atas nikmat dan karunia Allah, sebagaimana dterangkan dalam Al Qu’ran :
“Tuhanku, Dikau telah mengaruniai daku kekuasaan, dan Dikau telah mengajarkan kepadaku tentang menakwilkan mimpi. sehingga terjadinya tepat seperti yang kuramalkan. Tuhan pencipta langit dan bumi! Dikau-lah pelindungku di dunia ini dan di akhirat nanti. Wafatkanlah aku sebagai seorang muslim, dan sejajarkanlah aku dengan orang-orang yang salih." (Qur'an Surat Yusuf ayat:101) ‎
Itulah kisah cerita Nabi Yusuf as yang dimulai dengan penderitaan yang bertubi tubi yang ia terima dengan tabah dan penuh kesabaran. Namun segala penderitaannya lenyap dan Allah mengangkat Nabi Yusuf as menjadi pembesar di Mesir dan akhirnya beliau menjadi raja. Nabi Yusuf 'alaihis salam meninggal dunia pada usia 110 Tahun.
Semoga Bermanfaat Bagi Kita Semua
Wallohul Muwaffiq Ila Aqwamith‎

Tidak ada komentar:

Posting Komentar