Minggu, 16 Februari 2020

Kisah Lengkap Nabi Musa Bersama Fir’aun, Khidir, Qorun

Nabi musa merupakan seorang rasul sekaligus nabi Allah yang ditugaskan berhadapan dengan Fir’aun serta membebaskan Bani Israel dari penindasan bangsa mesir. Nabi musa bertugas sebagai penyampai dalam hal memberikan petunjuk agama untuk Bani Israel. Nabi Musa mempunyai gelar sebagai kalimullah (seorang yang berkomunikasi dengan Allah).
Di dalam Al-Quran nabi yang paling banyak disebut adalah nabi Musa, beliau disebut dalam Al-Quran sebanyak 136 kali dan termasuk bagian dari Ulul Azmi. Beliau dilahirkan  di mesir dengan orang tua bernama Imran dan ibu bernama Yukhabad. Mereka berasal dari suku Lawy serta termasuk bagian dari Bani Israil. Nabi Musa merupakan adik kandung dari nabi Harun alaihi salam.
DAFTAR ISI [hide]
Kisah Kelahiran Nabi Musa
Sebelum ada nabi Musa keluarga nabi Yaqub merupakan pendatang di negeri Mesir. Dahulu ketika masa kepemimpinan nabi Yusuf Bani Israel diberikan banyak kemudahan dalam segala hal. Namun ketika sepeninggal nabi Yusuf keadaan mulai berubah. Sebelum nabi Musa lahir, seluruh anggota keluarga nabi Ya’qub tinggal sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir.
Selama masa kekuasaan nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi banyak kemudahan hidup. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal nabi Yusuf, oleh sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperlakukan semena-mena  oleh Mesir disebabkan raja Fir’aun pada zaman itu adalah raja yang zhalim serta memecah belah rakyatnya dengan tindakan menindas kalangan yang dipandang lemah.
Ketika raja Fir’aun melihat sebuah mimpi dalam tidurnya yang membuat kegalauan dalam hatinya raja Firaunpun bertanya kepada para ahli tafsir mimpi. Mereka para ahli tafsir sepakat bahwa akan lahir seorang anak laki-laki yang kuat dari kalangan bani israel yang akan melawan kekuasaan Fir’aun dan akan memimpin para pengikutnya.
Raja Fir’aun dengan seluruh pemuka mesir merasa terancam mendengar kabar tersebut. Mimpi itu juga menafsirkan bahwa suatu hari nanti bani israil akan bersatu bersama musuh-musuh mesir untuk menghancurkan mesir. Disamping itu laki-laki dari bani israil semakin bertambah banyak  sehingga Fir’aun tidak bisa memperkirakan anak yang mana yang akan menjadi ancaman untuknya.
Untuk menangkis mimpi itu Firaunpun memberlakukan peraturan yang sangat keji dengan memrintahkan agar membunuh semua anak laki-laki yang baru lahir di negeri Mesir. Dengan adanya peraturan Fir’aun ini Imran menjadi sangat khawatir dengan keselamatan calon anaknya yang dikandung oleh yukhabad sang istri.
Suatu hari Yukhabad bermimpi dimana mimpi itu diyakini oleh orang-orang alim dari bani israil jika Yukhabad ingin menyelamatkan anaknya Yukhabad harus membuang anak yang akan dilahirkannya di aliran salah satu sungai di Mesir. Setelah kelahiran anaknya Yukhabad merasa sangat bahagia namun disisi lain Yukhabad sangat bingung apakah dia harus menyerahkan anak yang baru dilahirkannya kepada para tentara Fir’aun atau harus mengalirkannya di sungai.
Sungguh pilihan yang sangat berat karena dalam benaknya jika dialirkan ketengah aliran sungaipun anaknya belum tentu selamat. Dengan petunjuk Allah akhirnya hati Yukhabad mantap untuk mengalirkan anaknya di aliran sungai dengan berharap Allah yang akan menjaga keselamatan anakanya. Barang siapa yang mempercayai kekuasaan Allah secara ajaib maka akan datang pertolongan Allah secara ajaib pula.
Tanpa disangka keranjang bayi yang dialirkan oleh Yukhabad ke sungai justru mengarah  kealiran air bersih di dalam sekitaran kerajaan Fir’aun. Dengan petunjuk allah Asiyah istri Fir’aun melihat keranjang bayi itu serta langsung menyelamatkannya dan langsung membawanya kedalam istana.
Saat Fir’aun tahu Asiyah menemukan seorang bayi laki-laki Fir’aun sudah menduga bahwa bayi itu pasti anak dari kalangan bani Israil yang sengaja dibuang untuk menghindari peraturan yang dia buatnya. Fir’aunpun memerintahkan Asiyah untuk menyerahkan bayi itu untuk dibunuhnya. Namun karena kebetulan selama ini Asiyah sedang mengidam-idamkan kehadiran seorang anak Asiyahpun memohon kepada suaminya untuk bisa mengasuh bayi itu.

Kisah Nabi Musa Dan Fir’aun
Al-Quran adalah kitab suci yang di dalamnya mengandung banyak cerita dan sejarah. Para alim menyampaikan bahwa hampir sepertiga isi al-Quran berisi tentang sejarah umat manusia masa lalu. Bahkan ada beberapa surat yang berisi penuh dengan cerita orang-orang soleh dimasa lalu seperti surat yusuf misalnya.
Surat ini bercerita penuh tentang kehidupan nabi Yusuf dari masa kecil masa muda sampai masa kejayaan nabi Yusuf. Ada juga surat lain yang isinya penuh dengan kisah seperti surat Hud, Thaha dan Al-Qashas. Hebatnya, dari semua kisah yang terdapat pada surat-surat di atas, kisah Nabi Musa dengan Bani Israil adalah cerita yang paling mendominasi isi dalam Al-Quran.
Tidak cuma dalam satu surat saja, cerita nabi Musa disebutkan beberapa kali dan terdapat di beberapa surat di dalam Al-Qur’an. Tercatat sekitar dua puluh lima surat dalam Al-kitab, Allah menyebutkan tentang nabi Musa. Malahan nama  nabi Musa menjadi nama yang paling sering diucapkan dalam Al-kitab.
Dr. Utsman al-Khamis, pada karangannya, “Fabi Hudaahum Iqtadih” mengungkapkan bahwa nama Musa diucapkan sebanyak 136 kali dalam Al-kitab. Nama nabi musa disebutkan jauh lebih banyak dari pada nama nabi Nuh yang disebut empat puluh tiga kali dan nabi Isa yang hanya disebut sebanyak dua puluh lima kali.
Sedangkan Nabi Muhammad saja hanya disebut 4 kali saja. Kemudian apa yang menyebabkan ini terjadi? Apa sebab cerita Nabi Musa lebih sering disebutkan dari nabi-nabi lainnya? Pasti ada maksud khusus yang ingin Allah Ta’ala sampaikan untuk umat ini dengan cerita Nabi Musa saat mengkomandani Bani Israil menghadapi raja Fir’aun.
Seperti kita ketahui, raja Fir’aun merupakan seorang raja yang sangat durjana pada masanya. Disamping itu Bani Israil sendiri merupakan kaum yang dikenal dengan karakternya yang keras kepala dan susah diatur. Jadi, nabi musa sungguh-sungguh mendapatkan ujian yang sangat luar biasa.
Terdapat pada kitab Majmu’ Fatawa, karya Ibnu Taimiyah menuturkan bahwa, “Kisah nabi Musa dengan Fir’aun disebutkan kerap  kali dalam Al-kitab lantaran keduanya merupakan emblem kiasan dari kebenaran dan keburukan. Fir’aun berada di atas puncak kekafiran dan kemungkaran karena mengabaikan Allah dan utusannya.
Sedangkan Nabi Musa menjadi manusia yang berada dalam puncak kemuliaan dan kejujuran. Di mana Musa merupakan utusan yang mendapat risalah secara lengkap dengan berbicara langsung dengan yang maha tinggi tanpa hijab. Sehingga riwayat ini menjadi kajian besar bagi orang beriman maupun orang-orang yang ingkar.
Terdapat pada kitab Fabi Hudahum IQtadih, Dr. Utsman al-Khamis menuturkan, “Nama Musa diucapkan berulang-ulang dalam Al-kitab mengisyaratkan bahwa Allah mengharapkan agar kita semua selalu mengingat kisah Musa, kesusahan yang nabi Musa dapati, kepelikan, cobaan dan ujian yang datang silih berganti.”

Kisah Nabi Musa Dan Nabi Khidir
Disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab, bahwa Rasulullah bersabda, “Pada suatu waktu Musa berbicara di hadapan kaumnya Bani Israil, kemudian ada seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang paling berilmu itu?” Musa mengatakan, “Aku.” Dengan perkataan itu, Allah mencemoohnya, karena Musa tidak memulangkan pengetahuan suatu ilmu kembali kepada Allah.
Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, “Sesungguhnya aku mempunyai seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dengan Romawi, hamba-Ku itu lebih berilmui berbanding dengan mu!.”Musa bertanya, “Wahai tuhan ku, bagaimana cara supaya aku bisa berjumpa dengannya?” Maka dikatakan, “siapkan seekor ikan yang kau masukkan ke dalam suatu wadah, apabila ikan itu tidak lagi kau dapati maka di situlah hamba-Ku itu berada!.”
Lalu Musa berangkat Musa pergi bersama seorang pembantunya yang bernama Yusha’ bin Nun (Yusha anak laki-laki dari nun) . Mereka membawa ikan itu dalam suatu wadah sampai keduanya tiba di tempat yang sangat  indah. Keduanya merebahkan badannya sejenak untuk beristirahat lalu mereka terlelap. Kemudian mendadak ikan itu menghilang dari wadahnya. Ikan tersebut meloncat berjalan terjun ke laut lepas. Pembantunya Yusha merasa terheran-heran.
Lalu keduanya melanjutkan perjalanan terus menerus mulai dari siang sampai malam hari. Ketika pagi hari saat perut sudah terasa lapar Musa berkata kepada Yusha,


فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا

Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa letih karena perjalanan kita ini”. (Q.S Al-Kahfi 62)
Saat Yusha hendak menyiapkan makanan Yusha baru teringat bahwa ikan yang mereka bawa telah hilang lantas Yusha berkata “maaf tuan saya telah lupa memberi tahu tuan bahwa ikan yang kita bawa telah hilang di tempat dimana kita telah beristirahat.” Kemudian Musa berkata yang Allah abadikan dalam Al-quran.
قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَارْتَدَّا عَلَىٰ آثَارِهِمَا قَصَصًا

Terjemah Arti: Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-kahfi 64)
Setelah mereka tiba ditempat yang sangat indah itu, keduanya melihat seorang laki-laki yang tertutup kain, kemudian Musa mengucapkan salam kepadanya.
Mendengar ucapan salam Musa nabi Khidir merasa tak asing lalu beliau bertanya, “Berasal dari manakah ucapan salam yang aku dengar barusan?.” Nabi Musa menjawab, “Aku adalah Musa.” karena mereka berdua adalah orang pilihan maka sesungguhnya mereka sudah mengetahui satu sama lain sebab Allah telah memberi pengetahuan pada keduanya. Lalu musa berkata yang Allah cantumkan dalam Al-quran.

قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا

Musa berkata “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu?”
قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا

Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sanggup sabar bersama aku.
Khidir mengatakan, “Yaa Musa, sesungguh aku memahami suatu ilmu yang engkau belum pasti memahaminya  dan engkau memahami suatu ilmu yang belum pasti aku memahaminya.” Musa menyampaikan.
قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي لَكَ أَمْرًا

Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”. (QS.Al-kahfi 69).

Lalu keduanya melangkah di bibir pantai kemudian mendadak melintas sebuah kapal di pantai itu. Mereka berbaur dengan para penumpang kapal itu supaya bersedia membawa mereka. Alhasil mereka mengetahui nabi Khidhir, lalu para orang-orang pemilik kapal itu bersedia memberikan tumpangan kepada keduanya dengan tidak meminta imbalan.

Seketika terlihat seekor burung singgah di samping sisi perahu yang nabi musa naiki, burung itu mematuk (meminum) satu atau dua kali teguk air laut. Lalu nabi Khidhir bercakap kepada nabi Musa, “Wahai Musa, seandainya ilmu ku dan ilmu mu kita gabungkan menjadi satu sesungguhnya semua itu tidak berarti apa-apa, kecuali hanya seperti air yang membekas pada paruh burung yang meminum air laut itu.”

Selanjutnya Khidhir tertuju pada salah satu papan perahu yang mereka tumpangi, Lalu Khidhir memukul papan itu sampai berlubang. Melihat keanehan ini Musa berkata, “Orang-orang kapal ini telah rela memboyong serta kita tanpa mengharap imbalan, namun apa sebab engkau sengaja merusak perahu mereka? Apakah engkau berbuat ini dengan bermaksud menenggelamkan mereka semua?.” Nabi Khidir berkata.
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا

Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”. (QS. Al-Kahfi : 72)

قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ أَمْرِي عُسْرًا

Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”. (QS. Al-Kahfi : 73).
Itulah hal yang pertama kali menjadi kesalahan Musa, lalu mereka meneruskan perjalanan. Mereka bertemu dengan seorang bocah laki-laki yang sedang bermain bersama teman-temannya. Seketika nabi Khidhir menarik rambut anak itu dan menebas kepalanya.Menyaksikan peristiwa aneh ini, Musa bertanya..

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا

Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya kamu telah melakukan suatu yang mungkar”. (QS. Al-Kahfi : 74)
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا

Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?” (QS. Al-Kahfi : 75)
kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Hingga ketika mereka sampai pada penghuni suatu negeri, mereka meminta diberi makanan kepada penghuni  negeri itu, tetapi penghuni negeri itu enggan memberi makan mereka. Lalu keduanya mendapati di kawasan negeri itu rumah yang hampir roboh.

فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ أَجْرًا

Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk itu”. (Q.S Al-Kahfi : 77)

قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا

Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat sabar terhadapnya. (Q.S Al-Kahfi : 78)

Dan akhirnya saat mereka hendak berpisah nabi Khidir menjelaskan semua sikap aneh yang beliau lakukan selama perjalanan tadi kepada nabi Musa. Pertama, mengapa nabi Khidir melubangi perahu yang beliau tumpangi? Karena nabi Khidir tahu di seberang pulau ada seorang raja yang dzolim yang suka merempas perahu rakyatnya.

Dan raja itu hanya merampas kapal-kapal yang bagus saja dia tidak mau mengambil kapal yang terlihat sudah rusak. Kedua, mengapa nabi khidir membunuh anak laki-laki yang tidak bersalah? Karena nabi Khidir tahu kelak ketika sudah dewasa anak itu akan menjadi anak yang durhaka dan akan menjadi malapetaka untuk kedua orang tuanya yang shaleh.

Ketiga, mengapa nabi Khidir membetulkan rumah yang hampir roboh padahal penduduk negeri itu enggan berbuat baik kepada mereka? Karena nabi Khidir tahu di dalam rumah tua itu tersimpan harta yang cukup banyak. Harta itu peninggalan seorang kakek ahli ibadah untuk cucunya. Jika rumah itu tidak diperbaiki maka sang cucu tidak akan mendapatkan harta peninggalan sang kakek karena cucu itu akan meninggalkan rumah itu.

Kisah Nabi Musa Membelah Laut
Kisah yang paling populer tentang nabi Musa diantaranya adalah tentang mukjizat beliau yang mampu membelah lautan untuk menenggelamkan Fir’aun dan bala tentaranya. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an.

وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا تَخْشَىٰ

Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan tidak usah takut (akan tenggelam)”. (Q.S Al-Kahfi : 77)

فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ

Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Q.S Al-Kahfi : 78)
وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَىٰ

Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi petunjuk. (Q.S Al-kahfi : 79).
Saat dalam pengejaran Fir’aun musa terhadang dengan hamparan lautan yang luas yang tidak akan mungkin untuk disebrangi. Lalu Allah memerintahkan kepada musa untuk menghentakkan tongkat yang ada di genggaman tangannya ke bumi. Maka seketika itu Allah hamparkan jalan yang sangat luas untuk Musa di tengah lautan. Satu pendapat mengatakan Fir’aun bukan raja yang bodoh, Fir’aun tidak menghendaki untuk ikut mengejar musa ke tengah lautan.
Namun karena kuda yang Fir’aun tunggangi adalah kuda jantan yang sedang birahi/masa kawin kuda itu mengikuti pasukan kuda yang lain mengejar musa ke tengah lautan. Saat musa sudah sampai di tepi laut nabi Musa menghentakan tongkat yang ada di genggamannya untuk kedua kalinya. Maka tertutuplah hamparan lautan itu dan tenggelamlah pasukan Fir’aun tergulung kobaran air laut yang sangat besar.
Terdapat banyak sekali riwayat yang menceritakan tentang kisah Musa, namun tidak ada yang menceritakannya secara detail tentang bagai mana Musa membelah lautan.

Kisah Cinta Nabi Musa
Ada banyak hal menarik tentang nabi Musa, termasuk kisah cinta beliau yang apabila kita mau belajar terdapat banyak hikmah di dalamnya. Saat Musa dalam perjalann pergi melarikan diri dari negeri mesir Musa merasa kelelahan dan hendak beristirahat di salah satu pohon yang rindang.

Ketika musa sedang duduk terlihat seorang wanita yang sedang kebingunan. Lantas Musa menghampirinya dan menegurnya. “Ada yang bisa ku bantu” wanita itu menjawab “Aku sedang menggembala unta menggantikan ayah ku yang sedang sakit, unta-unta ku haus, aku ingin mengambil air tapi aku malu di sana banyak sekali laki-laki.” Kemudian Musa membantu wanita itu.
Setelah selesai Musa mengembalikan unta-unta itu dan kembali ke bawah pohon untuk beristirahat. Tak berapa lama wanita itu kembali menghampiri Musa dan berkata “Izinkan aku membalas kebaikanmu, karena engkau telah membantu kami ayah ku memanggilmu untuk sekedar makan dan minum di tempat kami”.

Lantas keduanya menuju rumah itu, dengan akhlaknya dalam perjalanan Musa selalu berjalan di depan sehingga Musa tidak bisa melihat wanita itu saat berjalan. Dan saat dalam perjalanan ketika wanita itu sedang bercakap dengan Musa dia selalu menundukan pandangannya ke tanah. Sesampai di rumah saat Musa bertemu dengan sang ayah, orang tua wanita itu berkata.

“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shaleh”

Musa menjawab “Ini adalah kesepakatan antara aku dan engkau dan Allah sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun.  Setelah itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”

Kisah Nabi Musa Dan Qorun
Boleh jadi kita sudah familiar dengan istilah harta karun? kata-kata harta karun sudah banyak diperbincangkan oleh banyak orang. Tapi di balik kata-kata tersebut, apakah kita mengetahui asal muasal kata-kata harta karun itu? Kata-kata harta karun ini sesungguhnya terinspirasi dari nama seorang kerabat Nabi Musa a.s, yang mana pada jaman itu diceritakan tentang Nabi Musa yang memberikan pengetahuan tentang kewajiban membayar zakat.

Qorun merupakan kerabat Nabi Musa a.s, anak dari Yashar. pertama kehidupan Qarun sangatlah memprihatinkan dan mempunyai banyak keturunan. Sampai pada suatu ketika dia Qorun memohon kepada Musa agar mendoakannya kepada sang maha kaya, yang dia inginkan adalah kelapangan harta benda dan permohonan itu dipenuhi oleh Allah.

Qorun berhasil melebur tembaga menjadi kuningan yang menyerupai emas seningga harganya melonjak dan menyerupai harga emas pula. Setelah mempunyai banyak harta, Qarun menjelma menjadi orang yang sombong dan lupa diri. Kebanyakan orang kaya biasanya menaruh kunci kekayaan mereka pada tempat rahasia supaya tidak diketahui banyak orang.

Namun tidak dengan Qorun, kebiasaan Qorun adalah menyuruh beberapa pengawalnya untuk membawa kunci-kunci gudang hartanya yang sangat banyak dan berat kemanapun dia pergi. Kebiaasan Qorun yang lain adalah selalu berganti-ganti jubah, sedangkan jubah yang dikenakannya adalah jubah-jubah termahal pada masa itu. Dengan hartanya Qorun menjadi orang yang semena-mena.

Perubahan sifat Qorun berubah drastis, Qorun menganggap apa yang telah dia dapatkan adalah hasil dari kerja kerasnya. Dia lupa bahwa sesungguhnya apa yang dia peroleh adalah pemberian dari tuhannya sang pemilik dunia ini.
Dengan kesombongan Qorun menjadi sebab datangnya murka Allah kepadanya, dan Allah menghukum Qorun dengan cara yang sangat menakutkan dengan menenggelamkan  Qorun ke dalam bumi beserta harta bendanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar