Nabi
musa merupakan seorang rasul sekaligus nabi Allah yang ditugaskan berhadapan
dengan Fir’aun serta membebaskan Bani Israel dari penindasan bangsa mesir. Nabi
musa bertugas sebagai penyampai dalam hal memberikan petunjuk agama untuk Bani
Israel. Nabi Musa mempunyai gelar sebagai kalimullah (seorang yang
berkomunikasi dengan Allah).
Di
dalam Al-Quran nabi yang paling banyak disebut adalah nabi Musa, beliau disebut
dalam Al-Quran sebanyak 136 kali dan termasuk bagian dari Ulul Azmi. Beliau
dilahirkan di mesir dengan orang tua bernama Imran dan ibu bernama
Yukhabad. Mereka berasal dari suku Lawy serta termasuk bagian dari Bani Israil.
Nabi Musa merupakan adik kandung dari nabi Harun alaihi salam.
DAFTAR ISI [hide]
- 1 Kisah Kelahiran Nabi Musa
- 2 Kisah Nabi Musa Dan Fir’aun
- 3 Kisah Nabi Musa Dan Nabi Khidir
- 4 Kisah Nabi Musa Membelah Laut
- 5 Kisah Cinta Nabi Musa
- 6 Kisah Nabi Musa Dan Qorun
Kisah Kelahiran Nabi Musa
Sebelum ada nabi Musa keluarga nabi Yaqub merupakan pendatang
di negeri Mesir. Dahulu ketika masa kepemimpinan nabi Yusuf Bani Israel
diberikan banyak kemudahan dalam segala hal. Namun ketika sepeninggal nabi
Yusuf keadaan mulai berubah. Sebelum nabi Musa lahir, seluruh anggota keluarga
nabi Ya’qub tinggal sebagai masyarakat pendatang di negeri Mesir.
Selama masa kekuasaan nabi Yusuf, Bani Israel dilimpahi
banyak kemudahan hidup. Akan tetapi keadaan mulai berubah sepeninggal nabi
Yusuf, oleh sebab raja yang menggantikan Yusuf tidak memiliki pengetahuan dan
pengalaman hidup dengan bangsa Bani Israel. Bangsa ini diperlakukan semena-mena
oleh Mesir disebabkan raja Fir’aun pada zaman itu adalah raja yang zhalim
serta memecah belah rakyatnya dengan tindakan menindas kalangan yang dipandang
lemah.
Ketika raja Fir’aun melihat sebuah mimpi dalam tidurnya yang
membuat kegalauan dalam hatinya raja Firaunpun bertanya kepada para ahli tafsir
mimpi. Mereka para ahli tafsir sepakat bahwa akan lahir seorang anak laki-laki
yang kuat dari kalangan bani israel yang akan melawan kekuasaan Fir’aun dan
akan memimpin para pengikutnya.
Raja Fir’aun dengan seluruh pemuka mesir merasa terancam
mendengar kabar tersebut. Mimpi itu juga menafsirkan bahwa suatu hari nanti
bani israil akan bersatu bersama musuh-musuh mesir untuk menghancurkan mesir.
Disamping itu laki-laki dari bani israil semakin bertambah banyak
sehingga Fir’aun tidak bisa memperkirakan anak yang mana yang akan
menjadi ancaman untuknya.
Untuk menangkis mimpi itu Firaunpun memberlakukan peraturan
yang sangat keji dengan memrintahkan agar membunuh semua anak laki-laki yang
baru lahir di negeri Mesir. Dengan adanya peraturan Fir’aun ini Imran menjadi
sangat khawatir dengan keselamatan calon anaknya yang dikandung oleh yukhabad
sang istri.
Suatu hari Yukhabad bermimpi dimana mimpi itu diyakini oleh
orang-orang alim dari bani israil jika Yukhabad ingin menyelamatkan anaknya
Yukhabad harus membuang anak yang akan dilahirkannya di aliran salah satu
sungai di Mesir. Setelah kelahiran anaknya Yukhabad merasa sangat bahagia namun
disisi lain Yukhabad sangat bingung apakah dia harus menyerahkan anak yang baru
dilahirkannya kepada para tentara Fir’aun atau harus mengalirkannya di sungai.
Sungguh pilihan yang sangat berat karena dalam benaknya jika
dialirkan ketengah aliran sungaipun anaknya belum tentu selamat. Dengan
petunjuk Allah akhirnya hati Yukhabad mantap untuk mengalirkan anaknya di
aliran sungai dengan berharap Allah yang akan menjaga keselamatan anakanya.
Barang siapa yang mempercayai kekuasaan Allah secara ajaib maka akan datang
pertolongan Allah secara ajaib pula.
Tanpa disangka keranjang bayi yang dialirkan oleh Yukhabad ke
sungai justru mengarah kealiran air bersih di dalam sekitaran kerajaan
Fir’aun. Dengan petunjuk allah Asiyah istri Fir’aun melihat keranjang bayi itu
serta langsung menyelamatkannya dan langsung membawanya kedalam istana.
Saat Fir’aun tahu Asiyah menemukan seorang bayi laki-laki
Fir’aun sudah menduga bahwa bayi itu pasti anak dari kalangan bani Israil yang
sengaja dibuang untuk menghindari peraturan yang dia buatnya. Fir’aunpun
memerintahkan Asiyah untuk menyerahkan bayi itu untuk dibunuhnya. Namun karena
kebetulan selama ini Asiyah sedang mengidam-idamkan kehadiran seorang anak
Asiyahpun memohon kepada suaminya untuk bisa mengasuh bayi itu.
Kisah Nabi Musa Dan Fir’aun
Al-Quran adalah kitab suci yang di dalamnya mengandung banyak
cerita dan sejarah. Para alim menyampaikan bahwa hampir sepertiga isi al-Quran
berisi tentang sejarah umat manusia masa lalu. Bahkan ada beberapa surat yang
berisi penuh dengan cerita orang-orang soleh dimasa lalu seperti surat yusuf
misalnya.
Surat ini bercerita penuh tentang kehidupan nabi Yusuf dari
masa kecil masa muda sampai masa kejayaan nabi Yusuf. Ada juga surat lain yang
isinya penuh dengan kisah seperti surat Hud, Thaha dan Al-Qashas. Hebatnya,
dari semua kisah yang terdapat pada surat-surat di atas, kisah Nabi Musa dengan
Bani Israil adalah cerita yang paling mendominasi isi dalam Al-Quran.
Tidak cuma dalam satu surat saja, cerita nabi Musa disebutkan
beberapa kali dan terdapat di beberapa surat di dalam Al-Qur’an. Tercatat
sekitar dua puluh lima surat dalam Al-kitab, Allah menyebutkan tentang nabi
Musa. Malahan nama nabi Musa menjadi nama yang paling sering diucapkan
dalam Al-kitab.
Dr. Utsman al-Khamis, pada karangannya, “Fabi Hudaahum
Iqtadih” mengungkapkan bahwa nama Musa diucapkan sebanyak 136 kali dalam
Al-kitab. Nama nabi musa disebutkan jauh lebih banyak dari pada nama nabi Nuh
yang disebut empat puluh tiga kali dan nabi Isa yang hanya disebut sebanyak dua
puluh lima kali.
Sedangkan Nabi Muhammad saja hanya disebut 4 kali saja.
Kemudian apa yang menyebabkan ini terjadi? Apa sebab cerita Nabi Musa lebih
sering disebutkan dari nabi-nabi lainnya? Pasti ada maksud khusus yang ingin
Allah Ta’ala sampaikan untuk umat ini dengan cerita Nabi Musa saat
mengkomandani Bani Israil menghadapi raja Fir’aun.
Seperti kita ketahui, raja Fir’aun merupakan seorang raja
yang sangat durjana pada masanya. Disamping itu Bani Israil sendiri merupakan
kaum yang dikenal dengan karakternya yang keras kepala dan susah diatur. Jadi,
nabi musa sungguh-sungguh mendapatkan ujian yang sangat luar biasa.
Terdapat pada kitab Majmu’ Fatawa, karya Ibnu Taimiyah
menuturkan bahwa, “Kisah nabi Musa dengan Fir’aun disebutkan kerap kali
dalam Al-kitab lantaran keduanya merupakan emblem kiasan dari kebenaran dan
keburukan. Fir’aun berada di atas puncak kekafiran dan kemungkaran karena
mengabaikan Allah dan utusannya.
Sedangkan Nabi Musa menjadi manusia yang berada dalam puncak
kemuliaan dan kejujuran. Di mana Musa merupakan utusan yang mendapat risalah
secara lengkap dengan berbicara langsung dengan yang maha tinggi tanpa hijab.
Sehingga riwayat ini menjadi kajian besar bagi orang beriman maupun orang-orang
yang ingkar.
Terdapat pada kitab Fabi Hudahum IQtadih, Dr. Utsman
al-Khamis menuturkan, “Nama Musa diucapkan berulang-ulang dalam Al-kitab
mengisyaratkan bahwa Allah mengharapkan agar kita semua selalu mengingat kisah
Musa, kesusahan yang nabi Musa dapati, kepelikan, cobaan dan ujian yang datang
silih berganti.”
Kisah Nabi Musa Dan Nabi Khidir
Disampaikan oleh Ubay bin Ka’ab, bahwa Rasulullah bersabda,
“Pada suatu waktu Musa berbicara di hadapan kaumnya Bani Israil, kemudian ada
seseorang yang bertanya, “Siapakah orang yang paling berilmu itu?” Musa
mengatakan, “Aku.” Dengan perkataan itu, Allah mencemoohnya, karena Musa tidak
memulangkan pengetahuan suatu ilmu kembali kepada Allah.
Lalu Allah mewahyukan kepada Musa, “Sesungguhnya aku
mempunyai seorang hamba yang berada di pertemuan antara laut Persia dengan
Romawi, hamba-Ku itu lebih berilmui berbanding dengan mu!.”Musa bertanya,
“Wahai tuhan ku, bagaimana cara supaya aku bisa berjumpa dengannya?” Maka
dikatakan, “siapkan seekor ikan yang kau masukkan ke dalam suatu wadah, apabila
ikan itu tidak lagi kau dapati maka di situlah hamba-Ku itu berada!.”
Lalu Musa berangkat Musa pergi bersama seorang pembantunya
yang bernama Yusha’ bin Nun (Yusha anak laki-laki dari nun) . Mereka membawa
ikan itu dalam suatu wadah sampai keduanya tiba di tempat yang sangat
indah. Keduanya merebahkan badannya sejenak untuk beristirahat lalu
mereka terlelap. Kemudian mendadak ikan itu menghilang dari wadahnya. Ikan
tersebut meloncat berjalan terjun ke laut lepas. Pembantunya Yusha merasa
terheran-heran.
Lalu keduanya melanjutkan perjalanan terus menerus mulai dari
siang sampai malam hari. Ketika pagi hari saat perut sudah terasa lapar Musa
berkata kepada Yusha,
فَلَمَّا جَاوَزَا قَالَ لِفَتَاهُ آتِنَا غَدَاءَنَا لَقَدْ
لَقِينَا مِنْ سَفَرِنَا هَٰذَا نَصَبًا
Maka tatkala mereka berjalan lebih jauh, berkatalah Musa
kepada muridnya: “Bawalah kemari makanan kita; sesungguhnya kita telah merasa
letih karena perjalanan kita ini”. (Q.S Al-Kahfi 62)
Saat Yusha hendak menyiapkan makanan Yusha baru teringat
bahwa ikan yang mereka bawa telah hilang lantas Yusha berkata “maaf tuan saya
telah lupa memberi tahu tuan bahwa ikan yang kita bawa telah hilang di tempat dimana
kita telah beristirahat.” Kemudian Musa berkata yang Allah abadikan dalam
Al-quran.
قَالَ ذَٰلِكَ مَا كُنَّا نَبْغِ ۚ فَارْتَدَّا عَلَىٰ
آثَارِهِمَا قَصَصًا
Terjemah Arti: Musa berkata: “Itulah (tempat) yang kita
cari”. Lalu keduanya kembali, mengikuti jejak mereka semula. (QS. Al-kahfi 64)
Setelah mereka tiba ditempat yang sangat indah itu, keduanya
melihat seorang laki-laki yang tertutup kain, kemudian Musa mengucapkan salam
kepadanya.
Mendengar ucapan salam Musa nabi Khidir merasa tak asing lalu
beliau bertanya, “Berasal dari manakah ucapan salam yang aku dengar barusan?.”
Nabi Musa menjawab, “Aku adalah Musa.” karena mereka berdua adalah orang
pilihan maka sesungguhnya mereka sudah mengetahui satu sama lain sebab Allah
telah memberi pengetahuan pada keduanya. Lalu musa berkata yang Allah cantumkan
dalam Al-quran.
قَالَ لَهُ مُوسَىٰ هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ
مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Musa berkata “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu
mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan
kepadamu?”
قَالَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
Dia menjawab: “Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan
sanggup sabar bersama aku.
Khidir mengatakan, “Yaa Musa, sesungguh aku memahami suatu
ilmu yang engkau belum pasti memahaminya dan engkau memahami suatu ilmu
yang belum pasti aku memahaminya.” Musa menyampaikan.
قَالَ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ صَابِرًا وَلَا أَعْصِي
لَكَ أَمْرًا
Musa berkata: “Insya Allah kamu akan mendapati aku sebagai
orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam sesuatu urusanpun”.
(QS.Al-kahfi 69).
Lalu keduanya melangkah di bibir pantai kemudian mendadak
melintas sebuah kapal di pantai itu. Mereka berbaur dengan para penumpang kapal
itu supaya bersedia membawa mereka. Alhasil mereka mengetahui nabi Khidhir,
lalu para orang-orang pemilik kapal itu bersedia memberikan tumpangan kepada
keduanya dengan tidak meminta imbalan.
Seketika terlihat seekor burung singgah di samping sisi
perahu yang nabi musa naiki, burung itu mematuk (meminum) satu atau dua kali
teguk air laut. Lalu nabi Khidhir bercakap kepada nabi Musa, “Wahai Musa,
seandainya ilmu ku dan ilmu mu kita gabungkan menjadi satu sesungguhnya semua
itu tidak berarti apa-apa, kecuali hanya seperti air yang membekas pada paruh
burung yang meminum air laut itu.”
Selanjutnya Khidhir tertuju pada salah satu papan perahu yang
mereka tumpangi, Lalu Khidhir memukul papan itu sampai berlubang. Melihat
keanehan ini Musa berkata, “Orang-orang kapal ini telah rela memboyong serta
kita tanpa mengharap imbalan, namun apa sebab engkau sengaja merusak perahu
mereka? Apakah engkau berbuat ini dengan bermaksud menenggelamkan mereka
semua?.” Nabi Khidir berkata.
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ صَبْرًا
Dia (Khidhr) berkata: “Bukankah aku telah berkata:
“Sesungguhnya kamu sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku”. (QS.
Al-Kahfi : 72)
قَالَ لَا تُؤَاخِذْنِي بِمَا نَسِيتُ وَلَا تُرْهِقْنِي مِنْ
أَمْرِي عُسْرًا
Musa berkata: “Janganlah kamu menghukum aku karena kelupaanku
dan janganlah kamu membebani aku dengan sesuatu kesulitan dalam urusanku”. (QS.
Al-Kahfi : 73).
Itulah hal yang pertama kali menjadi kesalahan Musa, lalu
mereka meneruskan perjalanan. Mereka bertemu dengan seorang bocah laki-laki
yang sedang bermain bersama teman-temannya. Seketika nabi Khidhir menarik
rambut anak itu dan menebas kepalanya.Menyaksikan peristiwa aneh ini, Musa
bertanya..
فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا لَقِيَا غُلَامًا فَقَتَلَهُ قَالَ
أَقَتَلْتَ نَفْسًا زَكِيَّةً بِغَيْرِ نَفْسٍ لَقَدْ جِئْتَ شَيْئًا نُكْرًا
Maka berjalanlah keduanya; hingga tatkala keduanya berjumpa
dengan seorang anak, maka Khidhr membunuhnya. Musa berkata: “Mengapa kamu
membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya
kamu telah melakukan suatu yang mungkar”. (QS. Al-Kahfi : 74)
قَالَ أَلَمْ أَقُلْ لَكَ إِنَّكَ لَنْ تَسْتَطِيعَ مَعِيَ
صَبْرًا
Khidhr berkata: “Bukankah sudah kukatakan kepadamu, bahwa
sesungguhnya kamu tidak akan dapat sabar bersamaku?” (QS. Al-Kahfi : 75)
kemudian mereka melanjutkan perjalanan. Hingga ketika mereka
sampai pada penghuni suatu negeri, mereka meminta diberi makanan kepada
penghuni negeri itu, tetapi penghuni negeri itu enggan memberi makan
mereka. Lalu keduanya mendapati di kawasan negeri itu rumah yang hampir roboh.
فَانْطَلَقَا حَتَّىٰ إِذَا أَتَيَا أَهْلَ قَرْيَةٍ
اسْتَطْعَمَا أَهْلَهَا فَأَبَوْا أَنْ يُضَيِّفُوهُمَا فَوَجَدَا فِيهَا جِدَارًا
يُرِيدُ أَنْ يَنْقَضَّ فَأَقَامَهُ ۖ قَالَ لَوْ شِئْتَ لَاتَّخَذْتَ عَلَيْهِ
أَجْرًا
Maka keduanya berjalan; hingga tatkala keduanya sampai kepada
penduduk suatu negeri, mereka minta dijamu kepada penduduk negeri itu, tetapi
penduduk negeri itu tidak mau menjamu mereka, kemudian keduanya mendapatkan
dalam negeri itu dinding rumah yang hampir roboh, maka Khidhr menegakkan
dinding itu. Musa berkata: “Jikalau kamu mau, niscaya kamu mengambil upah untuk
itu”. (Q.S Al-Kahfi : 77)
قَالَ هَٰذَا فِرَاقُ بَيْنِي وَبَيْنِكَ ۚ سَأُنَبِّئُكَ
بِتَأْوِيلِ مَا لَمْ تَسْتَطِعْ عَلَيْهِ صَبْرًا
Khidhr berkata: “Inilah perpisahan antara aku dengan kamu; kelak
akan kuberitahukan kepadamu tujuan perbuatan-perbuatan yang kamu tidak dapat
sabar terhadapnya. (Q.S Al-Kahfi : 78)
Dan akhirnya saat mereka hendak berpisah nabi Khidir
menjelaskan semua sikap aneh yang beliau lakukan selama perjalanan tadi kepada
nabi Musa. Pertama, mengapa nabi Khidir melubangi perahu yang beliau tumpangi?
Karena nabi Khidir tahu di seberang pulau ada seorang raja yang dzolim yang
suka merempas perahu rakyatnya.
Dan raja itu hanya merampas kapal-kapal yang bagus saja dia
tidak mau mengambil kapal yang terlihat sudah rusak. Kedua, mengapa nabi khidir
membunuh anak laki-laki yang tidak bersalah? Karena nabi Khidir tahu kelak
ketika sudah dewasa anak itu akan menjadi anak yang durhaka dan akan menjadi
malapetaka untuk kedua orang tuanya yang shaleh.
Ketiga, mengapa nabi Khidir membetulkan rumah yang hampir
roboh padahal penduduk negeri itu enggan berbuat baik kepada mereka? Karena
nabi Khidir tahu di dalam rumah tua itu tersimpan harta yang cukup banyak.
Harta itu peninggalan seorang kakek ahli ibadah untuk cucunya. Jika rumah itu
tidak diperbaiki maka sang cucu tidak akan mendapatkan harta peninggalan sang
kakek karena cucu itu akan meninggalkan rumah itu.
Kisah Nabi Musa Membelah Laut
Kisah yang paling populer tentang nabi Musa diantaranya
adalah tentang mukjizat beliau yang mampu membelah lautan untuk menenggelamkan
Fir’aun dan bala tentaranya. Seperti diriwayatkan dalam Al-Qur’an.
وَلَقَدْ أَوْحَيْنَا إِلَىٰ مُوسَىٰ أَنْ أَسْرِ بِعِبَادِي
فَاضْرِبْ لَهُمْ طَرِيقًا فِي الْبَحْرِ يَبَسًا لَا تَخَافُ دَرَكًا وَلَا
تَخْشَىٰ
Dan sesungguhnya telah Kami wahyukan kepada Musa: “Pergilah
kamu dengan hamba-hamba-Ku (Bani Israil) di malam hari, maka buatlah untuk
mereka jalan yang kering dilaut itu, kamu tak usah khawatir akan tersusul dan
tidak usah takut (akan tenggelam)”. (Q.S Al-Kahfi : 77)
فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ بِجُنُودِهِ فَغَشِيَهُمْ مِنَ
الْيَمِّ مَا غَشِيَهُمْ
Maka Fir’aun dengan bala tentaranya mengejar mereka, lalu
mereka ditutup oleh laut yang menenggelamkan mereka. (Q.S Al-Kahfi : 78)
وَأَضَلَّ فِرْعَوْنُ قَوْمَهُ وَمَا هَدَىٰ
Dan Fir’aun telah menyesatkan kaumnya dan tidak memberi
petunjuk. (Q.S Al-kahfi : 79).
Saat dalam pengejaran Fir’aun musa terhadang dengan hamparan
lautan yang luas yang tidak akan mungkin untuk disebrangi. Lalu Allah
memerintahkan kepada musa untuk menghentakkan tongkat yang ada di genggaman
tangannya ke bumi. Maka seketika itu Allah hamparkan jalan yang sangat luas
untuk Musa di tengah lautan. Satu pendapat mengatakan Fir’aun bukan raja yang
bodoh, Fir’aun tidak menghendaki untuk ikut mengejar musa ke tengah lautan.
Namun karena kuda yang Fir’aun tunggangi adalah kuda jantan
yang sedang birahi/masa kawin kuda itu mengikuti pasukan kuda yang lain
mengejar musa ke tengah lautan. Saat musa sudah sampai di tepi laut nabi Musa
menghentakan tongkat yang ada di genggamannya untuk kedua kalinya. Maka
tertutuplah hamparan lautan itu dan tenggelamlah pasukan Fir’aun tergulung
kobaran air laut yang sangat besar.
Terdapat banyak sekali riwayat yang menceritakan tentang kisah
Musa, namun tidak ada yang menceritakannya secara detail tentang bagai mana
Musa membelah lautan.
Kisah Cinta Nabi Musa
Ada banyak hal menarik tentang nabi Musa, termasuk kisah
cinta beliau yang apabila kita mau belajar terdapat banyak hikmah di dalamnya.
Saat Musa dalam perjalann pergi melarikan diri dari negeri mesir Musa merasa
kelelahan dan hendak beristirahat di salah satu pohon yang rindang.
Ketika musa sedang duduk terlihat seorang wanita yang sedang
kebingunan. Lantas Musa menghampirinya dan menegurnya. “Ada yang bisa ku
bantu” wanita itu menjawab “Aku sedang menggembala unta menggantikan
ayah ku yang sedang sakit, unta-unta ku haus, aku ingin mengambil air tapi aku
malu di sana banyak sekali laki-laki.” Kemudian Musa membantu wanita itu.
Setelah selesai Musa mengembalikan unta-unta itu dan kembali
ke bawah pohon untuk beristirahat. Tak berapa lama wanita itu kembali
menghampiri Musa dan berkata “Izinkan aku membalas kebaikanmu, karena engkau
telah membantu kami ayah ku memanggilmu untuk sekedar makan dan minum di tempat
kami”.
Lantas keduanya menuju rumah itu, dengan akhlaknya dalam
perjalanan Musa selalu berjalan di depan sehingga Musa tidak bisa melihat
wanita itu saat berjalan. Dan saat dalam perjalanan ketika wanita itu sedang
bercakap dengan Musa dia selalu menundukan pandangannya ke tanah. Sesampai di
rumah saat Musa bertemu dengan sang ayah, orang tua wanita itu berkata.
“Wahai Musa, aku ingin menikahkanmu dengan salah satu
putriku. Dengan syarat, hendaklah engkau bekerja menggembala kambing bersamaku
selama delapan tahun. Seandainya engkau menyempurnakan sepuluh tahun maka itu
adalah kemurahan darimu. Aku tidak ingin menyusahkanmu, sungguh insya Allah
engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang shaleh”
Musa menjawab “Ini adalah kesepakatan antara aku dan
engkau dan Allah sebagai saksi atas kesepakatan kita, baik aku akan
melaksanakan pekerjaan selama delapan tahun maupun sepuluh tahun. Setelah
itu, aku bebas untuk pergi ke mana saja”
Kisah Nabi Musa Dan Qorun
Boleh jadi kita sudah familiar dengan istilah harta karun?
kata-kata harta karun sudah banyak diperbincangkan oleh banyak orang. Tapi di
balik kata-kata tersebut, apakah kita mengetahui asal muasal kata-kata harta
karun itu? Kata-kata harta karun ini sesungguhnya terinspirasi dari nama
seorang kerabat Nabi Musa a.s, yang mana pada jaman itu diceritakan tentang
Nabi Musa yang memberikan pengetahuan tentang kewajiban membayar zakat.
Qorun merupakan kerabat Nabi Musa a.s, anak dari Yashar.
pertama kehidupan Qarun sangatlah memprihatinkan dan mempunyai banyak
keturunan. Sampai pada suatu ketika dia Qorun memohon kepada Musa agar
mendoakannya kepada sang maha kaya, yang dia inginkan adalah kelapangan harta
benda dan permohonan itu dipenuhi oleh Allah.
Qorun berhasil melebur tembaga menjadi kuningan yang
menyerupai emas seningga harganya melonjak dan menyerupai harga emas pula.
Setelah mempunyai banyak harta, Qarun menjelma menjadi orang yang sombong dan
lupa diri. Kebanyakan orang kaya biasanya menaruh kunci kekayaan mereka pada
tempat rahasia supaya tidak diketahui banyak orang.
Namun tidak dengan Qorun, kebiasaan Qorun adalah menyuruh
beberapa pengawalnya untuk membawa kunci-kunci gudang hartanya yang sangat
banyak dan berat kemanapun dia pergi. Kebiaasan Qorun yang lain adalah selalu
berganti-ganti jubah, sedangkan jubah yang dikenakannya adalah jubah-jubah
termahal pada masa itu. Dengan hartanya Qorun menjadi orang yang semena-mena.
Perubahan sifat Qorun berubah drastis, Qorun menganggap apa
yang telah dia dapatkan adalah hasil dari kerja kerasnya. Dia lupa bahwa
sesungguhnya apa yang dia peroleh adalah pemberian dari tuhannya sang pemilik
dunia ini.
Dengan kesombongan Qorun menjadi sebab datangnya murka Allah
kepadanya, dan Allah menghukum Qorun dengan cara yang sangat menakutkan dengan
menenggelamkan Qorun ke dalam bumi beserta harta bendanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar