Syari’at Islam mengajarkan umatnya untuk melazimkan sikap lemah lembut
dalam kehidupannya. Sikap lemah lembut menjadi semakin penting
diantaranya adalah dalam memberi nasehat agar nasehat menjadi lebih
bermanfaat.
Ketahuilah bahwa dalam memberi nasehat kita bermaksud menarik hati
manusia untuk melakukan kebaikan. Dan tidaklah kita bisa menarik hati
manusia dengan cara yang kasar bahkan dengan harta sekalipun kecuali
dengan lemah lembut.
Sesungguhnya pembicaraan yang lembut dapat meluluhkan jiwa yang durhaka,
membuatnya mendekat kepada jalan yang benar, dan mendengarkan
dalil-dalil serta nasihat.
Allah ta’ala berfirman dalam berbicara kepada Harun ‘alaihis-salaam dan Musa ‘alaihis-salaam :
اذْهَبَا إِلَى فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَى * فَقُولاَ لَهُ قَوْلاً لّيّناً لّعَلّهُ يَتَذَكّرُ أَوْ يَخْشَىَ
”Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, sesungguhnya dia telah melampaui
batas, maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang
lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut” [QS. Thaahaa : 43-44].
Allah ta’ala mengajarkan Musa secara lisan tentang perkataan-perkataan
yang lembut, sebaik-baik hal yang Allah ta’ala bicarakan kepada penguasa
yang lalim, Fir’aun. Ia berkata kepada kaumnya,”Akulah tuhan kalian
yang tertinggi”. Maka Allah ta’ala berfirman :
فَقُلْ هَل لّكَ إِلَىَ أَن تَزَكّىَ * وَأَهْدِيَكَ إِلَىَ رَبّكَ فَتَخْشَىَ
”Dan katakanlah (kepada Fir’aun) : Apakah keinginan bagimu untuk
membersihkan diri (dari kesesatan). Dan kamu akan kupimpin ke jalan
Rabb-mu agar supaya kamu takut kepada-Nya”[QS. An-Naazi’at : 18-19).
Ibnul-Qayyim rahimahullah berkata : ”Perhatikanlah contoh yang terdapat
pada diri Musa, ketika beliau diperintahkan oleh Allah ta’ala untuk
menyampaikan perkataan kepada Fir’aun :
هَل لّكَ إِلَىَ أَن تَزَكّىَ * وَأَهْدِيَكَ إِلَىَ رَبّكَ فَتَخْشَىَ
”….Apakah keinginan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan). Dan
kamu akan kupimpin ke jalan Rabb-mu agar supaya kamu takut kepada-Nya”
[QS. An-Naazi’at : 18-19].
Allah ta’ala mengungkapkan firman-Nya kepada Fir’aun dengan cara
pertanyaan dan penjelasan, bukan dengan bentuk perintah. Allah
ta’alaberfirman : ”Hingga ia menyucikan diri” (إِلَىَ أَن تَزَكّىَ ),
dan tidak berfirman : ”Hingga aku mensucikanmu”.
Allah ta’ala mengaitkan perbuatan kepada diri-Nya dan menyebutkan kata
At-Tazakky tanpa yang lainnya karena ada padanya keberkahan, kebaikan,
dan pertumbuhan.
Kemudian Allah ta’ala berfirman [وَأَهْدِيَكَ إِلَىَ رَبّكَ ]”Dan saya
memberikan petunjuk kepada Rabbmu”. Saya menjadi seorang petunjuk jalan
bagimu yang berjalan di depanmu. Allah ta’alaberfirman : [إِلَىَ رَبّكَ ]
”kepada Rabb-mu” sebagai panggilan iman kepada Rabb-nya. Yang
menciptakannya, memberikan rizki kepadanya, dan mendidiknya dengan
segala nikmatnya, baik kecil maupun besar.
Wajiblah bagi kita mengambil pelajaran berharga dari ayat yang mulia
ini, bahwa terhadap manusia yang paling durhaka seperti Fir’aun, Allah
mengutus Nabi Musa dan Harun dan diperintahkan untuk berbicara dengan
lemah lembut.
Ketahuilah bahwa saudara saudara kita yang dengannya kita bergaul,
bermuamalah dan kadang kadang perlu saling menasehati maka tentulah
mereka lebih pantas untuk mendapatkan kelemah lembutan dari kita.
Insya Allah, tidak ada saudara saudara atau teman kita saat ini yang
lebih buruk dari Fir’aun dan kitapun tidak lebih mulia dari Nabi Musa.
Oleh karena itu sekali lagi mari kita jaga kelemah lembutan kita dalam
bergaul dengan mereka. Ingatlah bahwa jika kita berlaku kasar terhadap
saudara kita itu berarti dia dianggap sebagai manusia yang lebih buruk
dari Fir’aun dan kita merasa lebih baik dari Musa dan Harun.
Allah ta’ala mensifati nabi-nyashallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa
beliau adalah orang yang berakhlak mulia. Allah ta’ala berfirman
وَإِنَّكَ لَعَلى خُلُقٍ عَظِيمٍ (٤)
“Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.” (Qs. Al Qalam: 4)
Allah mensifati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat lemah lembut dan penyayang. Allah ta’ala berfirman,
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِنَ اللَّهِ لِنْتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنْتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لانْفَضُّوا مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka, sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (Qs. Ali Imran: 159)
Allah juga mensifati beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan sifat
pengasih dan penyayang kepada kaum mukminin. Allah ta’ala berfirman
لَقَدْ جَاءَكُمْ رَسُولٌ مِنْ أَنْفُسِكُمْ عَزِيزٌ عَلَيْهِ مَا
عَنِتُّمْ حَرِيصٌ عَلَيْكُمْ بِالْمُؤْمِنِينَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ (١٢٨)
“Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat
terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan
keselamatan) bagimu, amat belas kasih lagi penyayang terhadap
orang-orang mukmin.” (Qs. At Taubah)
Allah Ta’ala berfirman:
فَبِمَا رَحْمَةٍ مِّنَ اللّهِ لِنتَ لَهُمْ وَلَوْ كُنتَ فَظًّا غَلِيظَ الْقَلْبِ لاَنفَضُّواْ مِنْ حَوْلِكَ
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah lembut
terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar,
tentulah mereka akan menjauhkan diri dari sekelilingmu.” (QS. Ali Imran:
159)
Rasulullah memerintahkan dan menganjurkan kita agar senantiasa berlaku lemah lembut. Beliau bersabda.
يَسِّرُوْا وَلاَ تُعَسِّرُوْا، وَبَشِّرُوْا وَلاَ تُنَفِّرُوْا
“Mudahkanlah dan jangan kalian persulit, berilah kabar gembira dan janganlah kalian membuat orang lari”
Hadits ini diriwayatkan oleh Al-Bukhari no. 69 dan Muslim no. 1734 dari
Anas bin Malik. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 1732 dari
Abu Musa dengan lafaz.
بَشِّرُوا وَلاَ تُُنَفِّرُواوَيَسِّرُوا وَلاَتُعَسِّرُوا
“Berilah kabar gembira dan jangan kalian membuat orang lari. Mudahkanlah dan janganlah kalian persulit”.
Al-Bukhari dalam kitab Shahihnya no.220 meriwayatkan sebuah hadits dari
Abu Hurairah bahwa Rasulullah pernah berkata kepada para sahabatnya pada
kisah tentang seorang Arab Badui yang kencing di masjid.
دَعُوهُ وَهَرِيْقُوا عَلَى بَوْلِهِ سَجْلاً مِنْ مَاءِ أَوْ ذَنُو بًا
مِنْ مَاءٍ فَإِنَّمَا بُعِشْتُمُ مُيَسِّرِينَ وَلَمْ تُبْعَشُوا
مُعَسِّرِيْنَ
“Biarkanlah dia ! Tuangkanlah saja setimba atau seember air.
Sesungguhnya kalian diutus untuk mempermudah, bukan untuk mempersulit”
Al-Bukhari meriwayatkan dari Aisyah hadits no.6927 bahwa Rasulullah bersabda.
يَاعَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ فِيْ الأَمْرِ كُلِّهِ
“Wahai Aisyah, sesungguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai kelembutan di dalam semua urusan”
Hadits ini juga diriwayatkan oleh Muslim no. 2593 dengan lafaz.
يَا عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيْقٌ يُحِبُ الرِّفْقَ وَيُعْطِى عَلَى
الرِّفْقِ مَا لاَ يُعطِِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَالاَ يُعْطِي عَلَى مَا
سِوَاهُ
“Wahai Aisyah, sesunguhnya Allah itu Mahalembut dan mencintai
kelembutan. Allah memberi kepada kelembutan hal-hal yang tidak diberikan
kepada kekerasan dan sifat-sifat lainnya”
Muslim meriwayatkan hadits dalam kitab Shahihnya no.2594 dari Aisyah, Nabi bersabda.
إِنَّالرِّفْقَ لاَيَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَ عُ مِنْ شَيءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sungguh, segala sesuatu yang dihiasi kelembutan akan nampak indah.
Sebaliknya, tanpa kelembutan segala sesuatu akan nampak jelek”
Muslim juga meriwayatkan hadits no. 2592 dari Jabir bin Abdullah bahwa Nabi bersabda.
مَنْ يُحْرَمِ الرِّفْقَ يُحْرَمِ الْخَيْرَ
“Barangsiapa yang tidak memiliki sifat lembut, maka tidak akan mendapatkan kebaikan”.
Allah pernah memerintahkan dua orang nabiNya yang mulia yaitu Musa dan
Harun untuk mendakwahi Fir’aun dengan lembut. Allah Ta’ala berfirman.
اذْهَبَا إِلَىٰ فِرْعَوْنَ إِنَّهُ طَغَىٰ فَقُولَا لَهُ قَوْلًا لَّيِّنًا لَّعَلَّهُ يَتَذَكَّرُ أَوْ يَخْشَىٰ
“Pergilah kamu berdua kepada Fir’aun, karena dia telah berbuat melampui
batas. Berbicaralah kepadanya dengan kata-kata yang lembut,
mudah-mudahan ia mau ingat atau takut” [Thaha : 43-44]
Allah juga menjelaskan bahwa para sahabat yang mulia senantiasa saling bekasih sayang. Allah Ta’ala berfirman.
مُّحَمَّدٌ رَّسُولُ اللَّهِ ۚ وَالَّذِينَ مَعَهُ أَشِدَّاءُ عَلَى الْكُفَّارِ رُحَمَاءُ بَيْنَهُمْ
“Muhammad itu adalah utusan Allah. Orang-orang yang selalu bersamanya
bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesame
mereka” [Al-Fath : 29]
Sabda Nabi Sholallohu 'Alaihi Wasallam
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى حَدَّثَنِي يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ
عَنْ سُفْيَانَ حَدَّثَنَا مَنْصُورٌ عَنْ تَمِيمِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ
عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ عَنْ جَرِيرٍ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ
الْخَيْرَ
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Al Mutsanna]; Telah
menceritakan kepadaku [Yahya bin Sa'id] dari [Sufyan]; Telah
menceritakan kepada kami [Manshur] dari [Tamim bin Salamah] dari ['Abdur
Rahman bin Hilal] dari [Jarir] dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: "Barang siapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih
sayang), berarti ia dijauhkan dari kebaikan.' [HR. Muslim No.4694].
حَدَّثَنَا أَبُو بَكْرِ بْنُ أَبِي شَيْبَةَ وَأَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ
وَمُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ نُمَيْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ
ح و حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاوِيَةَ ح و
حَدَّثَنَا أَبُو سَعِيدٍ الْأَشَجُّ حَدَّثَنَا حَفْصٌ يَعْنِي ابْنَ
غِيَاثٍ كُلُّهُمْ عَنْ الْأَعْمَشِ و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَإِسْحَقُ بْنُ إِبْرَاهِيمَ وَاللَّفْظُ لَهُمَا قَالَ زُهَيْرٌ
حَدَّثَنَا و قَالَ إِسْحَقُ أَخْبَرَنَا جَرِيرٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ
تَمِيمِ بْنِ سَلَمَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ هِلَالٍ الْعَبْسِيِّ
قَالَ سَمِعْتُ جَرِيرًا يَقُولُا سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakr bin Abu Syaibah] dan [Abu Sa'id
Al Asyaj] dan [Muhammad bin 'Abdullah bin Numair] mereka berkata; Telah
menceritakan kepada kami [Waki']; Demikian juga diriwayatkan dari jalur
lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Kuraib]; Telah
menceritakan kepada kami [Abu Mu'awiyah]; Demikian juga diriwayatkan
dari jalur lainnya, Dan telah menceritakan kepada kami [Abu Sa'id Al
Asyaj]; Telah menceritakan kepada kami [Hafsh] yaitu Ibnu Ghiyats
seluruhnya dari [Al A'masy] Dan telah menceritakan kepada kami [Zuhair
bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim] dan lafazh ini milik keduanya;
[Zuhair] berkata; Telah menceritakan kepada kami dan berkata [Ishaq];
Telah mengabarkan kepada kami [Jarir] dari [Al A'masy] dari [Tamim bin
Salamah] dari ['Abdur Rahman bin Hilal Al 'Absi] dia berkata; Aku
mendengar [Jarir] berkata; Aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam bersabda:"Barang siapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih
sayang), berarti ia dijauhkan dari kebaikan.' [HR. Muslim No.4695].
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ يَحْيَى أَخْبَرَنَا عَبْدُ الْوَاحِدِ بْنُ
زِيَادٍ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ أَبِي إِسْمَعِيلَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
بْنِ هِلَالٍ قَالَ سَمِعْتُ جَرِيرَ بْنَ عَبْدِ اللَّهِ يَقُولُا قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ حُرِمَ الرِّفْقَ
حُرِمَ الْخَيْرَ أَوْ مَنْ يُحْرَمْ الرِّفْقَ يُحْرَمْ الْخَيْرَ
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya]; Telah mengabarkan
kepada kami ['Abdul Wahid bin Ziyad] dari [Muhammad bin Abu Isma'il]
dari ['Abdur Rahman bin Hilal] dia berkata; Aku mendengar [Jarir bin
'Abdullah] berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Barang siapa dijauhkan dari sifat lemah lembut (kasih sayang), berarti
ia dijauhkan dari kebaikan.' [HR. Muslim No.4696].
حَدَّثَنَا حَرْمَلَةُ بْنُ يَحْيَى التُّجِيبِيُّ أَخْبَرَنَا عَبْدُ
اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ أَخْبَرَنِي حَيْوَةُ حَدَّثَنِي ابْنُ الْهَادِ عَنْ
أَبِي بَكْرِ بْنِ حَزْمٍ عَنْ عَمْرَةَ يَعْنِي بِنْتَ عَبْدِ الرَّحْمَنِ
عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ يَا
عَائِشَةُ إِنَّ اللَّهَ رَفِيقٌ يُحِبُّ الرِّفْقَ وَيُعْطِي عَلَى
الرِّفْقِ مَا لَا يُعْطِي عَلَى الْعُنْفِ وَمَا لَا يُعْطِي عَلَى مَا
سِوَاهُ
Telah menceritakan kepada kami [Harmalah bin Yahya At Tujibi]; Telah
mengabarkan kepada kami ['Abdullah bin Wahb]; Telah mengabarkan kepadaku
[Haiwah]; Telah menceritakan kepadaku [Ibnu Al Had] dari [Abu Bakr bin
Hazm] dari ['Amrah] yaitu putri 'Abdur Rahman dari ['Aisyah] istri Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam telah bersabda: "Hai Aisyah sesungguhnya Allah itu Maha Lembut.
Dia mencintai sikap lemah lembut. Allah akan memberikan pada sikap
lemah lembut sesuatu yg tak Dia berikan pada sikap yg keras & juga
akan memberikan apa-apa yg tak diberikan pada sikap lainnya. [HR. Muslim
No.4697].
حَدَّثَنَا عُبَيْدُ اللَّهِ بْنُ مُعَاذٍ الْعَنْبَرِيُّ حَدَّثَنَا أَبِي
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ عَنْ الْمِقْدَامِ وَهُوَ ابْنُ شُرَيْحِ بْنِ
هَانِئٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ عَائِشَةَ زَوْجِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ إِنَّ الرِّفْقَ لَا يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلَّا زَانَهُ وَلَا
يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلَّا شَانَهُ حَدَّثَنَاه مُحَمَّدُ بْنُ
الْمُثَنَّى وَابْنُ بَشَّارٍ قَالَا حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَعْفَرٍ
حَدَّثَنَا شُعْبَةُ سَمِعْتُ الْمِقْدَامَ بْنَ شُرَيْحِ بْنِ هَانِئٍ
بِهَذَا الْإِسْنَادِ وَزَادَ فِي الْحَدِيثِ رَكِبَتْ عَائِشَةُ بَعِيرًا
فَكَانَتْ فِيهِ صُعُوبَةٌ فَجَعَلَتْ تُرَدِّدُهُ فَقَالَ لَهَا رَسُولُ
اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَيْكِ بِالرِّفْقِ ثُمَّ
ذَكَرَ بِمِثْلِهِ
Telah menceritakan kepada kami ['Ubaidullah bin Mu'adz Al 'Anbari];
Telah menceritakan kepada kami [Bapakku]; Telah menceritakan kepada kami
[Syu'bah] dari [Al Miqdam] yaitu Ibnu Syuraih bin Hani dari [Bapaknya]
dari ['Aisyah] istri Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dari Nabi
shallallahu 'alaihi wasallam beliau telah bersabda: "Sesungguhnya kasih
sayang itu tak akan berada pada sesuatu melainkan ia akan menghiasinya
(dengan kebaikan). Sebaliknya, jika kasih sayang itu dicabut dari
sesuatu, melainkan ia akan membuatnya menjadi buruk. Telah
menceritakannya kepada kami Muhammad bin Al Mutsanna & Ibnu Basysyar
keduanya berkata; Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin Ja'far;
Telah menceritakan kepada kami Syu'bah aku mendengar Al Miqdam bin
Syuraih bin Hani melalui jalur ini. Namun di dalam Haditsnya ada
tambahan; Suatu ketika Aisyah menaiki seekor unta, namun dia merasa
kesulitan hingga dia menarik-narik unta itu. Kemudian Rasulullah
bersabda:
'Hendaklah kamu berbuat lembut kepadanya, --lalu perawi menyebutkan Hadits yg serupa.-' [HR. Muslim No.4698].
Ar-Rifq merupakan sifat yang harus dimiliki oleh setiap muslim, terkhusus seorang da’i
Termasuk diantara akhlak-akhlak yang harus dimiliki oleh seorang da’i
yang berdakwah di jalan Allah subhanahu wa ta’ala adalah bersikap lapang
dada, menampakkan wajah yang ceria dan bersikap lemah lembut kepada
saudaranya sesama muslim.
Sifat tersebut akan mendorong untuk lebih mudah diterimanya dakwah
seseorang tatkala ia menyeru ke jalan Allah subhanahu wa ta’ala.
Bahkan terhadap orang kafir tertentu, terkadang perlu untuk bersikap
lemah lembut dalam rangka melembutkan hati mereka untuk tertarik masuk
ke dalam Islam. Telah diketahui bahwasanya Islam adalah sebuah agama
yang ringan dan mudah bagi pemeluknya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam menyatakan:
إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ وَلَنْ يُشَادَّ الدِّينَ أَحَدٌ إِلَّا غَلَبَهُ
فَسَدِّدُوا وَقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا وَاسْتَعِينُوا بِالْغَدْوَةِ
وَالرَّوْحَةِ وَشَيْءٍ مِنْ الدُّلْجَةِ
“Sesungguhnya agama (Islam) itu mudah. Setiap orang yang berusaha
mempersulitnya pasti akan kalah. Maka bersikap luruslah, mendekatlah
kepada kesempurnaan, dan berilah kabar gembira, serta ambillah sebuah
kesempatan pada pagi hari, petang serta sebagian dari malam.” (HR. Al
Bukhari)
Islam juga memerintahkan kepada pemeluknya untuk bermuamalah dengan
sifat lemah lembut kepada sesama manusia, dan bahkan terhadap binatang
ternak sekalipun. Sebagaimana dalam hadits:
إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ
فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذَّبْحَ
وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ فَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ
“Sesungguhnya Allah subhanahu wa ta’ala telah mewajibkan untuk berbuat
baik atas segala sesuatu. Jika kalian membunuh, maka bunuhlah dengan
cara yang baik. Jika kalian menyembelih, maka sembelihlah dengan cara
yang baik. Dan hendaklah salah seorang dari kalian menajamkan pisaunya
(ketika hendak menyembelih), dan menyenangkan sembelihannya.” (HR.
Muslim)
Ketika seorang mukmin telah berhias dengan kelemahlembutan, maka akan
membuahkan pada dirinya sikap kasih sayang kepada orang lain, dan akan
melahirkan pada diri orang lain sikap kecintaan dan keridhaan, serta
menumbuhkan sikap segan dari pihak lawan kepada dirinya. Sebaliknya,
dengan sikap keras, kaku dan kasar akan membuat lari dan menjauhnya
manusia, dan semakin mengobarkan api kebencian dari orang-orang yang
menanam benih kebencian kepada dirinya. Oleh karena itu, Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan:
إِنَّ الرِّفْقَ لاَ يَكُونُ فِي شَيْءٍ إِلاَّ زَانَهُ وَلاَ يُنْزَعُ مِنْ شَيْءٍ إِلاَّ شَانَهُ
“Sesungguhnya sifat lemah lembut tidaklah berada pada sesuatu kecuali
akan membuat indah sesuatu tersebut dan tidaklah sifat lemah lembut
dicabut dari sesuatu kecuali akan membuat sesuatu tersebut menjadi
buruk.” (HR. Muslim)
Kesimpulannya adalah sepantasnya bagi seorang da’i untuk menghiasi
dirinya dengan sifat Ar-Rifq didalam memerintahkan kepada perkara yang
ma’ruf (kebaikan) dan melarang dari yang mungkar.
Namun, yang perlu diperhatikan bahwa sifat Ar-Rifq tidaklah menunjukkan
kelemahan atau ketidaktegasan seseorang dalam berkata dan bertindak.
Bahkan dalam sifat Ar-Rifq sendiri, sebenarnya telah mengandung sikap
tegas dalam amar ma’ruf nahi munkar (memerintahkan kepada kebaikan dan
melarang dari kemungkaran). Dan tidaklah sikap tegas itu identik dengan
sikap keras atau kasar. Dalam keadaan tertentu, Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersikap tegas dan keras. Diantara contohnya:
– Celaan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamterhadap perbuatan
memanjangkan sholat tanpa memperhatikan keadaan orang-orang yang
berma’mum. (HR. Al Bukhari)
– Sikap keras beliau shallallahu ‘alaihi wa sallamterhadap orang yang
makan menggunakan tangan kiri ketika diperintah untuk makan menggunakan
tangan kanan. (HR. Muslim)
– Perkataan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Celaka kamu” terhadap
orang yang berlambat-lambat melaksanakan perintah beliau shallallahu
‘alaihi wa sallam untuk menaiki unta. (HR. Al Bukhari)
– Kerasnya sikap beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam terhadap orang
(laki-laki) yang memakai cincin emas, setelah ia tahu bahwa perkara itu
adalah perkara yang diharamkan. (HR. Muslim)
Sebegitu vital dan urgennya sifat ini dalam diri seorang da’i,
sampai-sampai orang yang tidak memiliki karakter tersebut tidak berhak
untuk beramar makruf nahi munkar!
Imâm Sufyân ats-Tsaurî rahimahullâh berpetuah,
“لاَ يَأْمُرُ بِالْمَعْرُوْفِ وَلاَ يَنْهَى عَنِ الْمُنْكَرِ إِلاَّ مَنْ
كَانَ فِيْهِ خِصَالٌ ثَلاَثٌ: رَفِيْقٌ بِمَا يَأْمُرُ، رَفِيْقٌ بِمَا
يَنْهَى، عَدْلٌ بِمَا يَأْمُرُ، عَدْلٌ بِمَا يَنْهَى، عَالِمٌ بِمَا
يَأْمُرُ، عَالِمٌ بِمَا يَنْهَى”.
“Tidaklah boleh beramar ma’ruf dan nahi mungkarkecuali seseorang yang
memiliki tiga sifat: (1) Lemah lembut ketika menyuruh dan melarang, (2)
Adil ketika menyuruh dan melarang, serta (3) Memiliki ilmu tentang apa
yang ia suruh dan larang”
Sifat Ar-Rifq dalam menghadapi kerasnya problem kehidupan
Dan diantara pedoman dan kaidah syar’i yang harus dipegang teguh dalam
menghadapi kerasnya problem (fitnah) dalam kehidupan adalah hendaknya
kita menghadapinya dengan sifat Ar-Rifq (lemah lembut), At-Ta’anni
(tidak tergesa-gesa), dan Al Hilm (santun).
Maka hendaknya kita bersikap lemah lembut dan tenang/tidak tergesa-gesa
dalam segala urusan dan janganlah menjadi orang yang mudah marah.
Janganlah kita menjadi orang yang tidak mempunyai sifat ar-rifq, karena
dengan sifat ar-rifq selamanya tidaklah akan membuat seseorang itu
menyesal, baik dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Tidaklah sifat
ar-rifq tersebut berada dalam suatu perkara kecuali akan memperindahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar