Nabi Ibrahim AS merupakan rasul atau utusan Allah yang diberikan banyak
mukjizat. Salah satunya, Ibrahim AS tak mempan dibakar api yang ganas.
Beliau sempat dibakar dalam api yang menyala-nya setelah menghancurkan
berhala-berhala yang disembah oleh kaumnya.
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
وَلَقَدْ آتَيْنَا إِبْرَاهِيمَ رُشْدَهُ مِنْ قَبْلُ وَكُنَّا بِهِ
عَالِمِينَ (51) إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ
الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ (52) قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا
عَابِدِينَ (53) قَالَ لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلالٍ
مُبِينٍ (54) قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللاعِبِينَ
(55) قَالَ بَل رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الَّذِي
فَطَرَهُنَّ وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ (56)
Dan sesungguhnya telah Kami anugerahkan kepada Ibrahim hidayah kebenaran
sebelum(Musa dan Harun), dan adalah Kami mengetahui(keadaannya.
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,
"Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadat kepadanya?” Mereka
menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.” Ibrahim
berkata, "Sesungguhnya kalian dan bapak-bapak kalian berada dalam
kesesatan yang nyata.” Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami
dengan sungguh-sungguh ataukah kamu termasuk orang-orang yang
bermain-main?" Ibrahim berkata, "Sebenarnya Tuhan kalian ialah Tuhan
langit dan bumi yang telah menciptakannya; dan aku termasuk orang-orang
yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu.” (QS Al-Anbiya
;51-56)
Allah Swt. menceritakan perihal kekasih-Nya, yaitu Nabi Ibrahim a.s.;
bahwa Dia telah menganugerahinya hidayah kebenaran sebelum itu. Yakni
sejak ia kecil Allah telah mengilhamkan kebenaran dan hujah kepadanya
untuk mendebat kaumnya, seperti yang disebutkan di dalam ayat lain
melalui firman-Nya:
{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ}
Dan itulah hujah Kami yang Kami berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. (Al-An'am: 83)
Diceritakan pula kisah-kisah lainnya yang menyangkut Nabi Ibrahim, bahwa
semasa kecilnya ayahnya pernah memasukkannya ke dalam sebuah
terowongan; saat itu ia masih menyusu. Sesudah beberapa hari ayahnya
membawa keluar sehingga Ibrahim dapat melihat bintang-bintang di malam
hari dan juga makhluk-makhluk lainnya, maka Ibrahim melihat adanya
kekuasaan Allah Swt. pada kesemuanya itu.
Kisah-kisah yang dikemukakan oleh ulama tafsir, juga oleh selain mereka,
kebanyakan bersumber dari hadis-hadis israiliyat. Maka mana pun di
antaranya yang sesuai dengan keterangan yang ada pada kita bersumber
dari Nabi Saw. yang terpelihara, kita dapat menerimanya. Dan mana saja
dari kisah-kisah itu yang tidak sesuai dengan pegangan kita, maka kita
tidak dapat menerimanya. Sedangkan mengenai kisah-kisah itu yang tidak
ada kesesuaian dan pertentangannya dengan sumber-sumber yang ada pada
kita, kita bersikap tidak membenarkannya, tidak pula mendustakannya,
melainkan kita bersikap abstain (tidak memberikan tanggapan apa pun)
terhadapnya.
Kebanyakan ulama Salaf memperbolehkan mengemukakan kisah-kisah jenis
terakhir ini dalam periwayatannya, tetapi kebanyakan dari kisah-kisah
jenis ini tidak mengandung faedah apa pun dan tiada suatu masukan pun
yang bermanfaat bagi agama kita. Seandainya kisah-kisah ini mengandung
faedah yang bermanfaat bagi agama orang-orang yang mukallaf, tentulah
hal tersebut dijelaskan oleh syariat agama kita yang sempurna ini.
Sikap yang kami ambil dalam tafsir ini ialah mengesampingkan banyak
hadis israiliyat, mengingat dengan mengemukakannya berarti
menyia-nyiakan waktu. Juga karena di dalam kisah-kisah israiliyat banyak
hal dusta yang dipublikasikan oleh para empunya; Karena sesungguhnya
menurut mereka tidak ada bedanya antara berita yang benar dan berita
yang dusta, seperti yang telah dibuktikan oleh para Imam ahli huffaz
yang mendalam dari kalangan umat ini (umat Islam).
Secara garis besarnya dapat disimpulkan, Allah Swt. memberitahukan bahwa
Dia telah memberikan hidayah kebenaran kepada Ibrahim a.s. sebelum Musa
dan Harun.
Firman Allah Swt.:
{وَكُنَّا بِهِ عَالِمِينَ}
dan adalah Kami mengetahui (keadaan)nya. (Al-Anbiya: 51)
Yakni Ibrahim a.s. memang berhak untuk memperolehnya. Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{إِذْ قَالَ لأبِيهِ وَقَوْمِهِ مَا هَذِهِ التَّمَاثِيلُ الَّتِي أَنْتُمْ لَهَا عَاكِفُونَ}
(Ingatlah) ketika Ibrahim berkata kepada bapaknya dan kaumnya,
"Patung-patung apakah ini yang kalian tekun beribadah kepadanya?"
(Al-Anbiya: 52)
Inilah yang dimaksud dengan hidayah kebenaran yang telah diperoleh
Ibrahim sejak dia masih usia kanak-kanak. Ia mengingkari kaumnya yang
menyembah berhala-berhala selain Allah Swt. untuk itu ia berkata kepada
mereka, seperti yang disitir oleh firman-Nya: Patung-patung apakah ini
yang kalian tekun beribadah kepadanya? (Al-Anbiya: 52) Yakni kalian
menyembahnya dengan penuh ketekunan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu
Muhammad As-Sabbah, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'awiyah yang
tuna netra, telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Tarif, dari
Al-Asbag ibnu Nabatah yang menceritakan bahwa Khalifah Ali r.a. melewati
suatu kaum yang sedang bermain catur. Maka ia berkata "Patung-patung
apakah ini yang kalian tekun memainkannya? Sungguh bila seseorang di
antara kalian memegang bara api hingga padam, jauh lebih baik daripada
menyentuh permainan catur itu."
{قَالُوا وَجَدْنَا آبَاءَنَا لَهَا عَابِدِينَ}
Mereka menjawab, "Kami mendapati bapak-bapak kami menyembahnya.” (Al-Anbiya: 53)
Mereka tidak mempunyai suatu alasan pun selain perbuatan bapak-bapak
mereka yang sesat. Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
{لَقَدْ كُنْتُمْ أَنْتُمْ وَآبَاؤُكُمْ فِي ضَلالٍ مُبِينٍ}
Sesungguhnya kalian dan bapak-bapak kalian berada dalam kesesatan yang nyata. (Al-Anbiya: 54)
Yaitu berbicara dengan bapak-bapak kalian yang perbuatan mereka kalian
jadikan alasan, sama saja dengan berbicara dengan kalian; kalian dan
mereka sama saja berada dalam kesesatan dan bukan berada dalam jalan
yang lurus.
Setelah Ibrahim a.s. menilai dangkalnya pikiran mereka dan sesatnya
bapak-bapak mereka serta menghina berhala-berhala sesembahan mereka.
{قَالُوا أَجِئْتَنَا بِالْحَقِّ أَمْ أَنْتَ مِنَ اللاعِبِينَ}
Mereka menjawab, "Apakah kamu datang kepada kami dengan sungguh-sungguh
ataukah kamu termasuk orang-orang yang bermain-main?” (Al-Anbiya: 55)
Mereka mengatakan bahwa apakah perkataanmu ini sebagai kata laknat atau
sebagai kata mainan, karena sesungguhnya kami belum pernah mendengar
kata-kata seperti itu sebelum kamu.
{قَالَ بَل رَبُّكُمْ رَبُّ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ الَّذِي فَطَرَهُنَّ}
Ibrahim berkata, "Sebenarnya Tuhan kamu ialah Tuhan langit dan bumi yang telah menciptakannya.” (Al-Anbiya: 56)
Yakni Tuhan kalian ialah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia; Dialah yang
menciptakan langit dan bumi dan semua makhluk yang ada di dalamnya.
Dialah yang memulai penciptaan mereka, dan Dialah yang menciptakan
segala sesuatu.
{وَأَنَا عَلَى ذَلِكُمْ مِنَ الشَّاهِدِينَ}
dan aku termasuk orang-orang yang dapat memberikan bukti atas yang demikian itu. (Al-Anbiya: 56)
Artinya, dan saya bersaksi bahwa Dia adalah Tuhan yang tiada Tuhan selain Dia.
Firman-Nya
وَتَاللَّهِ لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ بَعْدَ أَنْ تُوَلُّوا مُدْبِرِينَ
(57) فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا إِلا كَبِيرًا لَهُمْ لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ
يَرْجِعُونَ (58) قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ
الظَّالِمِينَ (59) قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ
إِبْرَاهِيمُ (60) قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ
لَعَلَّهُمْ يَشْهَدُونَ (61) قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا
بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ (62) قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا
فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ (63)
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. Maka
Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong, kecuali
yang terbesar (induk) dari patung-patung yang lain; agar mereka kembali
(untuk bertanya) kepadanya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan
perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk
orang-orang yang zalim.” Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” Mereka berkata,
"(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang
banyak agar mereka menyaksikan.” Mereka bertanya, "Apakah kamu, yang
melakukan perbuatan ini terhadap tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim
menjawab, "Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya, maka
tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara.” (QS
Al-Anbiya: 57-63)
Kemudian Ibrahim a.s. bersumpah —yang sumpahnya dapat didengar oleh
sebagian kaumnya— bahwa sesungguhnya dia akan membuat tipu daya terhadap
berhala-berhala mereka, yakni dia benar-benar akan menyakiti hati
mereka dengan memecahkan berhala-berhala mereka sesudah mereka pergi
menuju ke tempat perayaan mereka. Menurut kisahnya, mereka (kaum Nabi
Ibrahim) mempunyai hari pasaran tertentu yang mereka rayakan di suatu
tempat.
As-Saddi mengatakan bahwa ketika hari raya itu sudah dekat masanya, ayah
Ibrahim berkata, "Hai anakku, seandainya kamu keluar bersama kami
menuju ke tempat perayaan kami, niscaya kamu akan kagum kepada agama
kami." Maka Ibrahim keluar (berangkat) bersama mereka. Ketika di tengah
jalan, Ibrahim menjatuhkan dirinya ke tanah dan berkata, "Sesungguhnya
aku sakit." Ketika kaumnya melaluinya, sedangkan dia dalam keadaan
tergeletak, mereka bertanya, "Mengapa kamu?" Ibrahim menjawab,
"Sesungguhnya saya sakit."
Setelah sebagian besar dari kaumnya telah berlalu dan yang tertinggal
hanyalah orang-orang yang lemah dari kalangan mereka, Ibrahim berkata,
seperti yang disitir oleh firman-Nya:
{تَاللَّهِ لأكِيدَنَّ أَصْنَامَكُمْ}
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap berhala-berhala kalian. (Al-Anbiya: 57)
Maka ucapannya itu didengar oleh mereka.
Ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Abul Ahwas dari Abdullah yang telah
mengatakan, bahwa ketika kaum Nabi Ibrahim ke luar menuju ke tempat
perayaan mereka, mereka melalui Ibrahim, lalu berkata kepadanya, "Hai
Ibrahim, tidakkah engkau keluar bersama kami?" Ibrahim menjawab,
"Sesungguhnya aku sedang sakit." Dan adalah sebelumnya, yakni kematian.
Demi Allah, sesungguhnya aku akan melakukan tipu daya terhadap
berhala-berhala kalian sesudah kalian pergi meninggalkannya. (Al-Anbiya:
57) Maka ucapannya itu didengar oleh sebagian orang dari kalangan
kaumnya.
Firman Allah Swt.:
{فَجَعَلَهُمْ جُذَاذًا}
Maka Ibrahim membuat berhala-berhala itu hancur terpotong-potong. (Al-Anbiya: 58)
Yakni hancur berkeping-keping dipecahkan oleh Nabi Ibrahim, kecuali
berhala yang paling besar. Di dalam ayat lain disebutkan oleh
firman-Nya:
{فَرَاغَ عَلَيْهِمْ ضَرْبًا بِالْيَمِينِ}
Lalu dihadapinya berhala-berhala itu sambil memukulinya dengan tangan kanannya (dengan kuat). (Ash-Shaffat: 93)
Adapun firman Allah Swt.:
{لَعَلَّهُمْ إِلَيْهِ يَرْجِعُونَ}
agar mereka kembali (untuk bertanya) kepadanya.(Al-Anbiya: 58)
Menurut suatu kisah, Ibrahim a.s. meletakkan kapak di tangan berhala
yang terbesar, untuk memberikan gambaran kepada mereka bahwa berhala
yang terbesarlah yang memecahkan berhala-berhala lainnya. Karena mereka
tidak mau menyembahnya, maka ia memecahkan semua berhala kecil yang
membangkang kepadanya.
{قَالُوا مَنْ فَعَلَ هَذَا بِآلِهَتِنَا إِنَّهُ لَمِنَ الظَّالِمِينَ}
Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini terhadap
tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang zalim.”
(Al-Anbiya: 59)
Yakni setelah mereka kembali dari perayaannya dan menyaksikan apa yang
telah dilakukan oleh Ibrahim terhadap berhala-berhala mereka, sebagai
suatu penghinaan dan ejekan yang menunjukkan bahwa berhala-berhala itu
bukanlah tuhan dan para penyembahnya hanyalah orang-orang yang kurang
waras akalnya. Mereka berkata, "Siapakah yang melakukan perbuatan ini
terhadap tuhan-tuhan kami? Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang
zalim. (Al-Anbiya: 59) Maksudnya, orang yang berbuat ini adalah orang
yang zalim.
Kemudian disebutkan dalam firman selanjutnya:
{قَالُوا سَمِعْنَا فَتًى يَذْكُرُهُمْ يُقَالُ لَهُ إِبْرَاهِيمُ}
Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al-Anbiya: 60)
Orang yang melaporkan demikian adalah seseorang yang mendengar Ibrahim
mengucapkan sumpahnya, bahwa dia akan membuat tipu daya terhadap
berhala-berhala mereka. Ia melaporkan kepada kaumnya: Kami dengar ada
seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.
(Al-Anbiya: 60)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu
Auf telah menceritakan kepada kami Sa'id ibnu Mansur, telah menceritakan
kepada kami Jarir ibnu Abdul Hamid, dari Qabus, dari ayahnya, dari Ibnu
Abbas yang telah mengatakan bahwa tidak sekali kali Allah mengutus
seorang nabi melainkan masih berusia muda, dan tidaklah seseorang
dianugerahi ilmu melainkan selagi ia masih berusia muda. Lalu Ibnu Abbas
membaca firman-Nya: Mereka berkata, "Kami dengar ada seorang pemuda
yang mencela berhala-berhala ini yang bernama Ibrahim.” (Al-Anbiya: 60)
Allah Swt. berfirman, menceritakan ucapan mereka:
{قَالُوا فَأْتُوا بِهِ عَلَى أَعْيُنِ النَّاسِ}
Mereka berkata, "(Kalau demikian) bawalah dia dengan cara yang dapat dilihat orang banyak.” (Al-Anbiya: 61)
Yakni di mata orang banyak, yang saat itu semua orang hadir. Ternyata
apa yang telah direncanakan oleh Nabi Ibrahim mencapai sasarannya dengan
tepat. Dalam pertemuan yang besar ini Ibrahim a.s. bermaksud
menjelaskan kepada mereka akan kebodohan dan kekurangan akal mereka
karena menyembah berhala-berhala tersebut yang tidak dapat menolak suatu
mudarat pun dari dirinya, tidak pula dapat membela dirinya. Maka
mengapa berhala-berhala itu dimintai sesuatu dari hal tersebut?
{قَالُوا أَأَنْتَ فَعَلْتَ هَذَا بِآلِهَتِنَا يَا إِبْرَاهِيمُ قَالَ بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ هَذَا}
Mereka bertanya, "Apakah kamu yang melakukan perbuatan ini terhadap
tuhan-tuhan kami, hai Ibrahim?” Ibrahim menjawab, "Sebenarnya patung
yang besar itu yang melakukannya. (Al-Anbiya: 62-63)
Yakni berhala yang dibiarkannya dan tidak dipecahkannya itu.
{فَاسْأَلُوهُمْ إِنْ كَانُوا يَنْطِقُونَ}
maka tanyakanlah kepada berhala itu, jika mereka dapat berbicara. (Al-Anbiya: 63)
Sesungguhnya Ibrahim a.s. melontarkan jawaban ini tiada lain agar mereka
menyadari bahwa berhala itu tidak dapat bicara karena berhala itu
berupa patung yang terbuat dari benda mati (lalu mengapa mereka
menyembahnya).
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sebuah hadis melalui Hisyam ibnu
Hissan, dari Muhammad ibnu Sirin, dari Abu Hurairah r.a., bahwa
Rasulullah Saw. pernah bersabda:
"إِنَّ إِبْرَاهِيمَ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، لَمْ يَكْذِبْ غَيْرَ ثَلَاثٍ:
ثِنْتَيْنِ فِي ذَاتِ اللَّهِ، قَوْلُهُ: {بَلْ فَعَلَهُ كَبِيرُهُمْ
هَذَا} وَقَوْلُهُ {إِنِّي سَقِيمٌ} قَالَ: "وَبَيْنَا هُوَ يَسِيرُ فِي
أرض جبار من الجبابرة ومعه سَارَةُ، إِذْ نَزَلَ مَنْزِلًا فَأَتَى
الْجَبَّارَ رَجُلٌ، فَقَالَ: إِنَّهُ قَدْ نَزَلَ بِأَرْضِكَ رَجُلٌ
مَعَهُ امْرَأَةٌ أَحْسَنُ النَّاسِ، فَأَرْسَلَ إِلَيْهِ فَجَاءَ،
فَقَالَ: مَا هَذِهِ الْمَرْأَةُ مِنْكَ؟ قَالَ: هِيَ أُخْتِي. قَالَ:
فَاذْهَبْ فَأَرْسِلْ بِهَا إِلَيَّ، فَانْطَلَقَ إِلَى سَارَةَ فَقَالَ:
إِنَّ هَذَا الْجَبَّارَ سَأَلَنِي عَنْكِ فَأَخْبَرْتُهُ أَنَّكِ أُخْتِي
فَلَا تُكَذِّبِينِي عِنْدَهُ، فَإِنَّكِ أُخْتِي فِي كِتَابِ اللَّهِ،
وَأَنَّهُ لَيْسَ فِي الْأَرْضِ مُسْلِمٌ غَيْرِي وَغَيْرُكِ، فَانْطَلَقَ
بِهَا إِبْرَاهِيمُ ثُمَّ قَامَ يُصَلِّي. فَلَمَّا أَنْ دَخَلَتْ عَلَيْهِ
فَرَآهَا أَهْوَى إِلَيْهَا، فَتَنَاوَلَهَا، فَأُخِذَ أَخْذًا شَدِيدًا،
فَقَالَ: ادْعِي اللَّهَ لِي وَلَا أَضُرُّكِ، فَدَعَتْ لَهُ فَأُرْسِلَ،
فَأَهْوَى إِلَيْهَا، فَتَنَاوَلَهَا فَأُخِذَ بِمِثْلِهَا أَوْ أَشَدَّ.
فَفَعَلَ ذَلِكَ الثَّالِثَةَ فَأُخِذَ، [فَذَكَرَ] مِثْلَ الْمَرَّتَيْنِ
الْأُولَيَيْنِ فَقَالَ ادْعِي اللَّهَ فَلَا أَضُرُّكِ. فَدَعَتْ، لَهُ
فَأُرْسِلَ، ثُمَّ دَعَا أَدْنَى حُجَّابِهِ، فَقَالَ: إِنَّكَ لَمْ
تَأْتِنِي بِإِنْسَانٍ، وَإِنَّمَا َتَيْتَنِي بِشَيْطَانٍ، أَخْرِجْهَا
وَأَعْطِهَا هَاجَرَ، فَأُخْرِجَتْ وَأُعْطِيَتْ هَاجَرَ، فَأَقْبَلَتْ،
فَلَمَّا أَحَسَّ إِبْرَاهِيمُ بِمَجِيئِهَا انْفَتَلَ مِنْ صِلَاتِهِ،
قَالَ: مَهْيَم؟ قَالَتْ: كَفَى اللَّهُ كَيْدَ الْكَافِرِ الْفَاجِرِ،
وَأَخْدَمَنِي هَاجَرَ"
Sesungguhnya Ibrahim as. tidak berdusta selain dalam tiga hal. Dua di
antaranya terhadap Zat Allah, yaitu yang disebutkan di dalam firman-Nya,
"Sebenarnya patung yang besar itu yang melakukannya" (Al-Anbiya: 63).
Dan apa yang disebutkan oleh firman-Nya, "Sesungguhnya aku sakit"
(Ash-Shaffat: 89). Dan ketika Ibrahim sedang berjalan di suatu negeri
yang berada di bawah kekuasaan seorang raja yang angkara murka, saat itu
ia membawa Sarah —istrinya—lalu ia turun istirahat di suatu tempat.
Maka ada seseorang melaporkan kepada raja yang angkara murka itu, bahwa
sesungguhnya telah singgah di negerimu ini seorang lelaki dengan membawa
seorang wanita yang sangat cantik. Maka si raja lalim itu mengirimkan
utusannya memanggil Ibrahim, kemudian Ibrahim datang menghadap, dan si
raja lalim bertanya, "Siapakah wanita yang kamu bawa itu?” Ibrahim
Menjawab, "Saudara perempuanku.” Si raja berkata, "Pergilah kamu dan
bawalah dia menghadap kepadaku.” Maka Ibrahim pergi menuju ke tempat
Sarah, lalu ia berkata kepadanya, "Sesungguhnya si raja lalim ini telah
bertanya kepadaku tentang kamu, saya jawab bahwa engkau adalah saudara
perempuanku, maka janganlah kamu mendustakan aku di hadapannya. Karena
sesungguhnya engkau adalah saudara perempuanku menurut Kitabullah. Dan
sesungguhnya di muka bumi ini tiada seorang muslim pun selain aku dan
kamu.” Ibrahim membawa Sarah pergi, lalu Ibrahim melakukan salat.
Setelah Sarah masuk ke dalam istana raja dan si raja melihatnya. Maka si
raja menubruknya dengan maksud akan memeluknya, tetapi si raja mendadak
menjadi sangat kaku sekujur tubuhnya. Lalu ia berkata, "Doakanlah
kepada Allah untuk kesembuhanku, maka aku tidak akan mengganggumu.”
Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja. Akhirnya si raja sembuh, tetapi
si raja kembali menubruknya dengan maksud memeluknya. Tiba-tiba ia
mendadak mengalami peristiwa yang pertama tadi, bahkan kali ini lebih
parah. Raja melakukan hal itu sebanyak tiga kali; setiap kali ia
melakukannya, ia ditimpa musibah itu seperti kejadian yang pertama dan
yang kedua. Akhirnya si raja berkata, "Doakanlah kepada Allah, maka aku
tidak akan mengganggumu lagi.” Sarah berdoa untuk kesembuhan si raja,
dan si raja sembuh seketika itu juga. Sesudah itu si raja memanggil
penjaga (pengawal)nya yang terdekat dan berkata, "Sesungguhnya yang kamu
datangkan kepadaku bukanlah manusia melainkan setan. Keluarkanlah dia
dan berikanlah Hajar kepadanya.” Maka Sarah dikeluarkan (dibebaskan)dan
diberi hadiah seorang budak wanita bernama Hajar, lalu pulang (ke tempat
suaminya). Setelah Ibrahim merasakan kedatangan istrinya, ia berhenti
dari salatnya, lalu bertanya, "Bagaimanakah beritanya?” Sarah menjawab,
"Allah telah melindungiku dari tipu daya si kafir yang durhaka itu dan
memberiku seorang pelayan bernama Hajar.”
Muhammad ibnu Sirin mengatakan bahwa Abu Hurairah apabila usai
menceritakan kisah ini mengatakan, "Itulah cerita ibu kalian, hai
orang-orang nomaden."
Firman-Nya
فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ فَقَالُوا إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ
(64) ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاءِ
يَنْطِقُونَ (65) قَالَ أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا
يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ (66) أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا
تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ (67)
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka dan lalu berkata,
"Sesungguhnya kalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri)."
Kemudian kepala mereka jadi tertunduk(dan berkata), "Sesungguhnya kamu
(hai Ibrahim)telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat
berbicara.” Ibrahim berkata, "Maka mengapakah kalian menyembah selain
Allah sesuatu yang tidak dapat memberi manfaat sedikit pun dan tidak
(pula) memberi mudarat kepada kalian?” Ah (celakalah) kalian dan apa
yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami.”
Allah Swt. berfirman menceritakan tentang kaum Ibrahim saat Ibrahim berkata kepada mereka apa yang telah dikatakannya.
{فَرَجَعُوا إِلَى أَنْفُسِهِمْ}
Maka mereka telah kembali kepada kesadaran mereka. (Al-Anbiya: 64)
Yakni mencela diri mereka sendiri karena tidak bersikap hati-hati dan
tidak menjaga berhala-berhala sembahan mereka, lalu mereka berkata:
{إِنَّكُمْ أَنْتُمُ الظَّالِمُونَ}
Sesungguhnya kamu sekalian adalah orang-orang yang menganiaya (diri sendiri). (Al-Anbiya: 64)
Karena kalian meninggalkan berhala-berhala kalian tanpa ada seorang pun yang menjaganya.
{ثُمَّ نُكِسُوا عَلَى رُءُوسِهِمْ}
kemudian kepala mereka menjadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65)
Yaitu mereka menundukkan kepalanya, memandang ke arah bawah, lalu berkata:
{لَقَدْ عَلِمْتَ مَا هَؤُلاءِ يَنْطِقُونَ}
Sesungguhnya kamu (hai Ibrahim) telah mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65)
Qatadah mengatakan bahwa kaum Nabi Ibrahim kebingungan, lalu mereka
mengatakan sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya:Sesungguhnya engkau
telah mengetahui bahwa mereka (berhala-berhala ini) tidak dapat
berbicara.(Al-Anbiya: 65)
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kemudian kepala
mereka jadi tertunduk. (Al-Anbiya: 65) Yakni dalam menghadapi ujian dari
Nabi Ibrahim itu.
Ibnu Zaid mengatakan bahwa mereka melakukan demikian karena memikirkan jawabannya.
Tetapi pendapat Qatadah lebih jelas dan lebih kuat, karena sesungguhnya
mereka melakukan hal itu tiada lain karena kebingungan dan tidak tahu
apa yang harus mereka lakukan. Karena itulah mereka berkata kepada
Ibrahim: Sesungguhnya kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak
dapat berbicara. (Al-Anbiya: 65) Maka mengapa kamu katakan kepada kami
agar kami menanyakan kepada berhala-berhala itu jika mereka berbicara,
sedangkan kamu mengetahui bahwa berhala-berhala itu tidak dapat
berbicara.
Maka pada saat itu juga Ibrahim berkata kepada mereka setelah mereka mengakui hal tersebut:
{أَفَتَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مَا لَا يَنْفَعُكُمْ شَيْئًا وَلا يَضُرُّكُمْ}
Maka mengapakah kalian menyembah selain Allah sesuatu yang tidak dapat
memberi manfaat sedikit pun dan tidak (pula) memberi mudarat kepada
kalian? (Al-Anbiya: 66)
Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa jika berhala-berhala itu tidak
dapat berbicara dan tidak membahayakan, maka mengapa kalian menyembah
mereka selain Allah?
{أُفٍّ لَكُمْ وَلِمَا تَعْبُدُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَفَلا تَعْقِلُونَ}
Ah (celakalah) kalian dan apa yang kalian sembah selain Allah. Maka apakah kalian tidak memahami? (Al-Anbiya: 67)
Mengapa kalian tidak merenungkan perbuatan sesat kalian dan kekafiran
kalian yang berat ini. Hal itu tidaklah laku kecuali hanya di kalangan
orang-orang yang bodoh, aniaya, lagi pendurhaka. Ibrahim dapat
menegakkan hujahnya terhadap mereka dan membungkam mereka. Karena itulah
disebutkan oleh firman-Nya:
{وَتِلْكَ حُجَّتُنَا آتَيْنَاهَا إِبْرَاهِيمَ عَلَى قَوْمِهِ} الْآيَةَ
Dan itulah hujah Kami yang Kami .berikan kepada Ibrahim untuk menghadapi kaumnya. (Al-An'am: 83), hingga akhir ayat.
Firman-Nya
قَالُوا حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ (68)
قُلْنَا يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ (69)
وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ (70)
Mereka berkata, "Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika
kalian benar-benar hendak bertindak.” Kami berfirman, "Hai api, menjadi
dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim, "mereka hendak
berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu
orang-orang yang paling merugi.
Setelah Nabi Ibrahim mematahkan hujah kaumnya, menjelaskan kelemahan
mereka, serta menampakkan kebenaran dan menghapuskan kebatilan, maka
mereka beralih membalasnya dengan menggunakan kekuasaan raja mereka,
lalu mereka berkata:
{حَرِّقُوهُ وَانْصُرُوا آلِهَتَكُمْ إِنْ كُنْتُمْ فَاعِلِينَ}
Bakarlah dia dan bantulah tuhan-tuhan kalian, jika kalian benar-benar hendak bertindak. (Al-Anbiya: 68)
Kemudian mereka mengumpulkan kayu bakar yang banyak sekali.
As-Saddi menceritakan, sampai-sampai ada seorang wanita yang sakit, lalu
ia bernazar bahwa jika ia sembuh dari penyakitnya, ia akan membawakan
kayu bakar itu buat membakar Nabi Ibrahim.
Kayu-kayu bakar itu kemudian dikumpulkan di tanah yang legok dan mereka
menyalakannya dengan api sehingga terjadilah api yang sangat besar yang
belum pernah ada api sebesar itu. Nyala api itu mengeluarkan
percikan-percikan yang sangat besar, dan nyalanya sangat tinggi. Ibrahim
dimasukkan ke dalam sebuah alat pelontar batu besar atas saran seorang
Badui dari kalangan penduduk negeri Persia berbangsa Kurdi. Menurut
Syu'aib Al-Jiba'i, nama lelaki itu adalah Haizan; maka Allah
membenamkannya ke dalam bumi, dan ia tenggelam terus ke dalam bumi
sampai hari kiamat.
Setelah mereka melemparkan Nabi Ibrahim ke dalam nyala api itu, Nabi
Ibrahim mengucapkan, "Cukuplah Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik
Pelindung."
Seperti yang disebutkan di dalam riwayat yang dikemukakan oleh Imam
Bukhari melalui Ibnu Abbas, bahwa Ibnu Abbas pernah berkata, "Cukuplah
Allah bagiku, Dia adalah sebaik-baik Pelindung," "Kalimat inilah yang
diucapkan oleh Ibrahim ketika ia dilemparkan ke dalam nyala api, juga
kalimat yang diucapkan oleh Muhammad Saw. ketika mereka mengatakan,
"Sesungguhnya orang-orang kafir Mekah telah menghimpun bala tentara
bersekutu untuk menyerang kalian, maka takutlah kalian kepada mereka."
Tetapi iman kaum mukmin bertambah tebal, dan mereka mengatakan,
"Cukuplah Allah bagi kami. Dia adalah sebaik-baik Pelindung."
وَقَالَ الْحَافِظُ أَبُو يَعْلَى: حَدَّثَنَا ابْنُ هِشَامٍ، حَدَّثَنَا
إِسْحَاقُ بْنُ سُلَيْمَانَ، عَنْ أَبِي جَعْفَرٍ، عَنْ عَاصِمٍ، عَنْ
أَبِي صَالِحٍ، عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عليه وسلم "لما أُلْقِيَ إِبْرَاهِيمُ، عَلَيْهِ السَّلَامُ، فِي
النَّارِ قَالَ: اللَّهُمَّ، إِنَّكَ فِي السَّمَاءِ وَاحِدٌ، وَأَنَا فِي
الْأَرْضِ وَاحِدٌ أَعْبُدُكَ"
Al-Hafiz Abu Ya'la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu
Hisyam, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Sulaiman, dari Abu
Ja'far dari Asim, dari Abu Saleh, dari Abu Hurairah yang telah berkata
bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Ketika Ibrahim a.s. dilemparkan
ke dalam nyala api, ia mengucapkan "Ya Allah, sesungguhnya Engkau di
langit Esa dan saya di bumi seorang diri menyembah-Mu.”
Menurut suatu riwayat, ketika mereka mengikatnya, (Nabi Ibrahim)
mengucapkan doa berikut, "Tidak ada Tuhan selain Engkau, Mahasuci
Engkau, Bagi-Mu segala puji dan bagi-Mu semua kerajaan, tiada sekutu
bagi-Mu." Syu'aib Al-Jiba-i mengatakan bahwa saat itu usia Ibrahim a.s.
enam belas tahun; hanya Allah-lah yang lebih mengetahui kebenarannya.
Sebagian ulama Salaf menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menampakkan diri
kepadanya di langit, lalu Jibril bertanya, "Apakah kamu mempunyai suatu
permintaan?" Ibrahim menjawab, "Adapun meminta kepadamu, saya tidak akan
mau. Tetapi jika kepada Allah, saya mau."
Sa'id ibnu Jubair mengatakan, telah diriwayatkan pula dari Ibnu Abbas,
bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, malaikat penjaga
hujan berkata, "Bilamana aku diperintahkan untuk menurunkan hujan, aku
akan menurunkannya." Akan tetapi, perintah Allah lebih cepat daripada
perintah malaikat itu. Allah berfirman:
{يَا نَارُ كُونِي بَرْدًا وَسَلامًا عَلَى إِبْرَاهِيمَ}
Hai api,, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa tiada suatu apa pun di bumi ini melainkan pasti padam.
Ka'bul Ahbar mengatakan, tiada seorang pun pada hari itu yang
menggunakan api (karena api tidak panas), dan api tidak membakar kecuali
hanya tali-tali yang mengikat tubuh Nabi Ibrahim a.s.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Al-A'masy, dari seorang syekh, dari Ali
ibnu Abu Talib sehubungan dengan makna firman-Nya: Kami berfirman, "Hai
api, menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.”
(Al-Anbiya: 69 ) Yaitu api tidak membahayakannya.
Ibnu Abbas dan Abul Aliyah mengatakan bahwa seandainya Allah tidak
berfirman: dan menjadi keselamatan bagi Ibrahim. (Al-Anbiya: 69 )
tentulah dinginnya api itu akan menyakiti Ibrahim.
Juwaibir telah meriwayatkan dari Ad-Dahhak, sehubungan dengan makna
firman-Nya: menjadi dinginlah dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.”
(Al-Anbiya: 69) Mereka membuat tumpukan kayu yang sangat besar, lalu
dinyalakan api padanya dari semua sisinya; tetapi api tidak membakar
tubuhnya barang sedikit pun hingga Allah memadamkannya.
Mereka menceritakan pula bahwa Jibril ada bersama dengan Ibrahim seraya
mengusapi keringat dari wajah Ibrahim, tiada sesuatu pun yang mengenai
tubuh Ibrahim kecuali hanya keringat itu.
As-Saddi mengatakan, Nabi Ibrahim di dalam api itu ditemani oleh malaikat penjaga awan.
Ali ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul
Husain, telah menceritakan kepada kami Yusuf ibnu Musa, telah
menceritakan kepada kami Mahran, telah menceritakan kepada kami Ismail
ibnu Abu Khalid, dari Al-Minhal ibnu Amr yang mengatakan, "Saya pernah
mendengar kisah Nabi Ibrahim dilemparkan ke dalam nyala api, bahwa ia
berada dalam api itu selama kurang lebih lima puluh atau empat puluh
hari. Ibrahim mengatakan, "Tiada suatu hari atau suatu malam pun yang
lebih menyenangkan bagiku selain saat-saat aku berada di dalam api. Aku
menginginkan jika semua kehidupanku seperti ketika aku berada di dalam
api itu."
Abu Zar'ah ibnu Amr ibnu Jarir telah meriwayatkan melalui Abu Hurairah
yang mengatakan bahwa sesungguhnya kalimat yang paling indah yang pernah
dikatakan oleh ayah Nabi Ibrahim ialah perkataannya saat diperlihatkan
kepadanya keadaan Ibrahim di dalam api. Ia melihat Ibrahim sedang
mengusap keningnya, lalu ayah Ibrahim berkata, "Sebaik-baik Tuhan adalah
Tuhanmu, hai Ibrahim."
Qatadah mengatakan bahwa pada hari itu tiada suatu hewan pun yang
datang, melainkan berupaya memadamkan api agar tidak membakar Nabi
Ibrahim, terkecuali tokek. Az-Zuhri mengatakan, Nabi Saw. memerintahkan
agar tokek dibunuh dan beliau memberinya nama fuwaisiq.
قَالَ ابْنُ أَبِي حَاتِمٍ: حَدَّثَنَا أَبُو عُبَيْدِ اللَّهِ ابْنُ أَخِي
ابْنِ وَهْبٍ، حَدَّثَنِي عَمِّي، حَدَّثَنَا جَرِيرُ بْنُ حَازِمٍ، أَنَّ
نَافِعًا حَدَّثَهُ قَالَ: حَدَّثَتْنِي مَوْلَاةُ الْفَاكِهِ بْنِ
الْمُغِيرَةِ الْمَخْزُومِيِّ قَالَتْ: دَخَلْتُ عَلَى عَائِشَةَ
فَرَأَيْتُ فِي بَيْتِهَا رُمْحًا. فَقُلْتُ: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِينَ،
مَا تَصْنَعِينَ بِهَذَا الرُّمْحِ؟ فَقَالَتْ: نَقْتُلُ بِهِ هَذِهِ
الْأَوْزَاغَ، إِنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
قَالَ: "إِنَّ إِبْرَاهِيمَ حِينَ أُلْقِيَ فِي النَّارِ، لَمْ يَكُنْ فِي
الْأَرْضِ دَابَّةٌ إِلَّا تُطْفِئُ النَّارَ، غَيْرَ الوَزَغ، فَإِنَّهُ
كَانَ يَنْفُخُ عَلَى إِبْرَاهِيمَ"، فَأَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِقَتْلِهِ
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdullah anak
saudara Ibnu Wahb, bahwa telah menceritakan kepadaku pamanku, telah
menceritakan kepada kami Jarir ibnu Hazm; Nafi' pernah menceritakan
kepadanya bahwa budak perempuan Al-Fakih ibnul Mugirah Al-Makhzumi
pernah bercerita kepadanya, bahwa ia masuk ke dalam rumah Siti Aisyah,
lalu ia melihat sebuah tombak di dalam rumahnya itu. Maka ia bertanya,
"Wahai Ummul Mu’minin, untuk apakah tombak ini?" Siti Aisyah menjawab,
"Saya gunakan untuk membunuh tokek-tokek ini, karena sesungguhnya
Rasulullah Saw. pernah bersabda:Bahwa sesungguhnya Ibrahim saat
dilemparkan ke dalam nyala api, tiada seekor hewan melata pun melainkan
berupaya memadamkan api itu, selain tokek, karena sesungguhnya tokek
meniup api itu agar membakar Ibrahim. Maka Rasulullah Saw. memerintahkan
kepada kami untuk membunuhnya?”
Firman Allah Swt.:
{وَأَرَادُوا بِهِ كَيْدًا فَجَعَلْنَاهُمُ الأخْسَرِينَ}
mereka hendak berbuat makar terhadap Ibrahim, maka Kami menjadikan mereka itu orang-orang yang merugi. (Al-Anbiya: 70)
Yakni orang-orang yang terkalahkan lagi terhina, sebab mereka bermaksud
membuat makar terhadap Nabi Allah (Ibrahim a.s.). Maka Allah membalas
makar mereka dan menyelamatkan Ibrahim dari api itu. Saat itu kalahlah
mereka.
Atiyyah Al-Aufi mengatakan bahwa ketika Ibrahim dilemparkan ke dalam
nyala api, dan raja mereka datang untuk menyaksikannya, maka terjatuhlah
percikan api mengenai jempolnya sehingga percikan api itu membakarnya
habis, seperti bulu yang terbakar oleh api.
Dialog Nabi Ibrahim Dengan Namrud Setelah Peristiwa Pembakaran
Alloh Subhanahu Wata'ala Berfirman
أَلَمْ تَرَ إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ أَنْ آتَاهُ
اللَّهُ الْمُلْكَ إِذْ قَالَ إِبْرَاهِيمُ رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي
وَيُمِيتُ قَالَ أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ قَالَ إِبْرَاهِيمُ فَإِنَّ
اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِهَا مِنَ
الْمَغْرِبِ فَبُهِتَ الَّذِي كَفَرَ وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ
الظَّالِمِينَ (258)
Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang
Tuhannya (Allah) karena Allah telah memberikan kepada orang itu
pemerintahan (kekuasaan). Ketika Ibrahim mengatakan, "Tuhanku ialah Yang
menghidupkan dan mematikan," orang itu berkata, "Saya dapat
menghidupkan dan mematikan." Ibrahim berkata, "Sesungguhnya Allah
menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat." Lalu
terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada
orang-orang yang zalim. (QS Al-Baqarah: 258)
Orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya dalam ayat ini adalah Raja
Babil (yaitu Namrud ibnu Kan'an ibnu Kausy ibnu Sam ibnu Nuh), dan
menurut pendapat yang lain dikatakan Namrud ibnu Falik ibnu Abir ibnu
Syalikh ibnu Arfakhsyad ibnu Sam ibnu Nuh. Pendapat yang pertama
dikatakan oleh Mujahid dan lain-lainnya. Mujahid mengatakan bahwa raja
yang menguasai belahan timur dan barat dunia ada empat orang; dua orang
di antaranya mukmin, sedangkan dua orang lainnya kafir. Raja yang mukmin
ialah Sulaiman ibnu Daud dan Zul Qamain, sedangkan raja yang kafir
ialah Namrud dan Bukhtanasar.
Makna firman-Nya:
{أَلَمْ تَرَ}
Tidakkah kamu perhatikan. (Al-Baqarah: 258)
Yakni apakah kamu tidak memperhatikan dengan hatimu, hai Muhammad!
{إِلَى الَّذِي حَاجَّ إِبْرَاهِيمَ فِي رَبِّهِ}
orang yang mendebat Ibrahim tentang Tuhannya.(Al-Baqarah: 258)
Yaitu tentang keberadaan Tuhannya. Demikian itu karena raja tersebut
ingkar terhadap keberadaan Tuhan selain dirinya sendiri, seperti halnya
yang dikatakan oleh Raja Fir'aun yang hidup sesudahnya kepada para
pembantu terdekatnya, yang disebutkan oleh firman-Nya:
مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلهٍ غَيْرِي
Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qashash: 38)
Dan tidak ada yang mendorongnya (raja itu) berbuat keterlaluan dan
kekufuran yang berat serta keingkaran yang keras ini kecuali karena
kecongkakannya dan lamanya masa memegang kerajaan. Menurut suatu
pendapat, Raja Namrud memegang tahta pemerintahannya selama empat ratus
tahun. Karena itulah dalam ayat ini disebutkan:
أَنْ آتاهُ اللَّهُ الْمُلْكَ
karena Allah telah memberikan kepada orang itu pemerintahan (kekuasaan). (Al-Baqarah: 258)
Pada mulanya raja itu meminta kepada Ibrahim agar mengemukakan bukti
yang menunjukkan keberadaan Tuhan yang diserukan olehnya. Maka Ibrahim
menjawabnya yang disitir oleh firman-Nya:
رَبِّيَ الَّذِي يُحْيِي وَيُمِيتُ
Tuhanku ialah Yang menghidupkan dan Yang mematikan. (Al-Baqarah: 258)
Dengan kata lain, sesungguhnya bukti yang menunjukkan keberadaan Tuhan
ialah adanya semua yang wujud di alam ini, padahal sebelumnya tentu
tidak ada, lalu menjadi tidak ada sesudah adanya. Hal tersebut
menunjukkan adanya Pencipta yang berbuat atas kehendak-Nya sendiri
dengan pasti. Mengingat segala sesuatu yang kita saksikan ini tidak ada
dengan sendirinya, maka pasti ada pelaku yang menciptakannya. Dia adalah
Tuhan yang aku serukan kepada kalian agar menyembah-Nya semata dan
tidak ada sekutu bagi-Nya.
Setelah itu orang yang mendebat Ibrahim —yaitu Raja Namrud— mengatakan, yang perkataannya disitir oleh firman-Nya:
أَنَا أُحْيِي وَأُمِيتُ
Saya dapat menghidupkan dan mematikan. (Al-Baqarah: 258)
Qatadah, Muhammad ibnu Ishaq, As-Saddi serta lain-lainnya yang bukan
hanya seorang mengatakan bahwa untuk membuktikan ucapannya itu raja
tersebut mendatangkan dua orang lelaki yang keduanya dikenai sanksi
hukuman mati. Lalu si Raja Namrud membunuh salah seorangnya dan
memaafkan yang lainnya hingga selamat, tidak dikenai hukuman mati.
Demikianlah makna menghidupkan dan mematikan menurutnya.
Akan tetapi, pada kenyataannya bukanlah demikian jawaban yang
dikehendaki oleh Ibrahim a.s. dan tidak pula sealur dengannya, mengingat
hal tersebut tidak menghalangi adanya Pencipta.
Sesungguhnya raja itu mengakui kedudukan tersebut hanyalah semata-mata
sebagai ungkapan keingkaran dan kecongkakannya, serta mengkamuflasekan
jawabannya seakan-akan dialah yang melakukan hal tersebut. Bahwa
seakan-akan dialah yang menghidupkan dan yang mematikan. Sikapnya itu
diikuti oleh Raja Fir'aun dalam ucapannya yang disitir oleh firman-Nya:
{مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي}
Aku tidak mengetahui tuhan bagi kalian selain aku. (Al-Qashash: 38)
Karena itulah Nabi Ibrahim menjawabnya dengan jawaban berikut ketika
raja tersebut mengakui dirinya menduduki kedudukan tersebut dengan penuh
kecongkakan, yaitu:
فَإِنَّ اللَّهَ يَأْتِي بِالشَّمْسِ مِنَ الْمَشْرِقِ فَأْتِ بِها مِنَ الْمَغْرِبِ
Sesungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, maka terbitkanlah dia dari barat. (Al-Baqarah: 258)
Dengan kata lain, apabila kamu mengakui dirimu seperti apa yang kamu
katakan itu, yaitu bahwa dirimu dapat menghidupkan dan mematikan, maka
Tuhan yang menghidupkan dan yang mematikan adalah Yang dapat mengatur
semua alam wujud, yakni pada semua makhluk dan dapat menundukkan semua
bintang serta peredarannya. Bahwa matahari yang tampak setiap harinya
ini terbit dari arah timur, maka jika kamu seperti apa yang kamu akukan
sebagai tuhan, terbit-kanlah dia dari arah barat!
Setelah raja itu menyadari kelemahan dan ketidakmampuannya, karena ia
tidak dapat mencongkakkan dirinya lagi kali ini, maka ia terdiam, tidak
dapat menjawab sepatah kata pun, dan hujah Nabi Ibrahim mematahkan
argumentasinya.
Allah Swt. berfirman:
{وَاللَّهُ لَا يَهْدِي الْقَوْمَ الظَّالِمِينَ}
Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah: 258)
Artinya, Allah tidak memberi ilham hujah dan bukti kepada mereka, bahkan
hujah mereka terputus di hadapan Tuhan mereka, dan bagi mereka murka
Allah serta azab yang keras.
Analisis makna ayat seperti di atas lebih baik daripada apa yang
disebutkan oleh kebanyakan ahli mantiq yang menyatakan bahwa peralihan
jawaban yang dilakukan oleh Nabi Ibrahim dari dalil yang pertama kepada
dalil yang kedua merupakan perpindahan dari suatu dalil kepada dalil
yang lebih jelas daripada yang pertama. Di antara mereka ada yang
menganggapnya mutlak dalam jawabannya, tetapi kenyataannya tidaklah
seperti yang dikatakan oleh mereka. Bahkan dalil yang pertama merupakan
pendahuluan dari dalil yang kedua serta membatalkan alasan yang diajukan
oleh Raja Namrud, baik pada dalil yang pertama maupun dalil yang kedua.
As-Saddi menyebutkan bahwa perdebatan antara Nabi Ibrahim dan Raja
Namrud ini terjadi setelah Nabi Ibrahim selamat dari api. Nabi Ibrahim
belum pernah bersua dengan Namrud kecuali hanya pada hari tersebut, lalu
terjadilah perdebatan di antara keduanya.
Raja Namrud Dikalahkan Oleh Nyamuk
Raja Namrud sangat marah karena nabi Ibrahim dapat mematahkan
pendapat-pendapatnya. Dia menganggap nabi Ibrahim sebagai musuh yang
harus dihancurkan dan dia berkata dengan sangat kasar kepada nabi
Ibrahim. “Hai nabi Ibrahim, aku mau menantang Tuhan mu. Buktikan kalau
dia bisa mengalahkanku”. Nabi Ibrahim sangat terkejut mendengar
tentangan dari raja Namrud, maka beliau takut bilamana azab Allah akan
segera datang di wilayah babilonia nantinya. Setelah beberapa hari
kemudian raja Namrud mengumpulkan bala tentaranya, dengan seruan kepada
nabi Ibrahim yaitu Suruh Tuhan mu dan tentaranya melawan aku dan
pasukanku, tantang raja Namrud dengan bahasa yang tegar dan sombong.
Pada saat itu, tiba- tiba di langit tampak awan hitam yang datang
mendekat, setelah makin dekat, mereka baru menyadari bahwa itu bukanlah
awan hitam, melainkan kawanan nyamuk yang datang menyerbu. Ribuan nyamuk
langsung menyerang raja Namrud dan pasukan nya. Mereka sangat panik
menerima serangan dari makhluk-makhluk yang kecil itu. Tubuh mereka
menjadi lemah dan tidak lagi bertenaga untuk melawan binatang yang kecil
itu ( Nyamuk ).
Raja Namrud yang berada di tengah-tengah pasukan menjadi panik juga,
serangan dari makhluk nyamuk itu yang sangat dahsyat sehingga dia tidak
berdaya dan tidak mampu berbuat apa-apa terhadap serangan makhluk nyamuk
itu. sehingga raja namrud dan pasukannya lari tunggang langgang dari
serangan makhluk nyamuk. Itu pun ada nyamuk besar yang berhasil untuk
mengejar dan nyamuk besar itu masuk ke dalam hidung raja Namrud lalu
menggigitnya, dan dia berteriak dengan suara yang cukup keras dan
kesakitan atas gigitan nyamuk, kepalanya terasa mau pecah dan tubuhnya
merasa kesakitan yang luar biasa Akhirnya raja Namrud yang bisa melawan
Tuhan itu menggelepar dan mati, semua pasukan tentaranya tidak mampu
bertahan mereka tewas yang sangat mengenaskan. Nabi Ibrahim dan
pengikutnya telah bersyukur karena dihindarkan oleh Allah dari serangan
makhluk nyamuk-nyamuk itu.
Abdur Razzaq meriwayatkan dari Ma'mar, dari Zaid ibnu Aslam, bahwa Raja
Namrud menyimpan makanan pokok dan orang-orang datang kepadanya untuk
makanan itu. Lalu Namrud mengirimkan sejumlah utusannya, mengundang Nabi
Ibrahim untuk makanan tersebut. Setelah terjadi perdebatan di antara
keduanya, maka Nabi Ibrahim tidak diberi makanan itu barang sedikit pun,
sebagaimana orang-orang diberi makanan; bahkan dia keluar tanpa membawa
makanan sedikit pun. Ketika Nabi Ibrahim telah berada di dekat rumah
keluarganya, ia menuju ke suatu gundukan pasir, maka ia memenuhi kedua
kantongnya dengan pasir itu, kemudian berkata, "Aku akan menyibukkan
keluargaku dari mengingatku, jika aku datang kepada mereka." Ketika ia
datang, ia langsung meletakkan pelana kendaraannya yang berisikan pasir
itu dan langsung bersandar, lalu tidur. Maka istrinya —yaitu Siti Sarah—
bangkit menuju ke arah kedua kantong tersebut, dan ternyata ia
menjumpai keduanya dipenuhi oleh makanan yang baik. Ketika Nabi Ibrahim
terbangun dari tidurnya, ia menjumpai apa yang telah dimasak oleh
keluarganya, lalu ia bertanya, "Dari manakah kalian memperoleh semua
ini?" Sarah menjawab, "Dari orang yang engkau datang darinya." Maka Nabi
Ibrahim menyadari bahwa hal tersebut merupakan rezeki dari Allah yang
dianugerahkan kepadanya. Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa setelah itu
Allah mengirimkan seorang malaikat kepada raja yang angkara murka itu
untuk menyerunya kepada iman. Tetapi si raja menolak, lalu malaikat itu
menyerunya untuk yang kedua kalinya dan untuk yang ketiga kalinya,
tetapi si raja tetap menolak. Akhirnya malaikat berkata, "Kumpulkanlah
semua kekuatanmu dan aku pun akan mengumpulkan kekuatanku pula." Maka
Namrud mengumpulkan semua bala tentara dan pasukannya di saat matahari
terbit, dan Allah mengirimkan kepada mereka pasukan nyamuk yang menutupi
mereka hingga tidak dapat melihat sinar matahari. Lalu Allah
menguasakan nyamuk-nyamuk itu atas mereka. Nyamuk-nyamuk itu memakan
daging dan menyedot darah mereka serta meninggalkan mereka menjadi
rulang-belulang. Salah seekor nyamuk memasuki kedua lubang hidung si
raja, lalu ia bercokol di bagian dalam hidung si raja selama empat ratus
tahun sebagai azab dari Allah untuknya. Tersebutlah bahwa Raja Namrud
memukuli kepalanya dengan palu selama masa itu hingga Allah
membinasakannya dengan palu tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar