Rasulullah shalallahu
‘alaihi wassalam adalah seorang pribadi yang memiliki akhlaq mulia.
Beliau senantiasa membela kehormatan orang lain dan tidak menyukai
apabila ada yang melanggar hak orang lain. Beliau juga seringkali
berkumpul bersama para sahabat di majelis taklim dan dzikir. Hal ini
dikarenakan majelis taklim dan dzikir adalah tempat berkumpul yang
paling mulia. Bahkan para malaikat pun ikut berkumpul di majelis-majelis
dimana umat manusia mengagungkan dan mengingat Allah subhanahu wa
ta’ala. Di majelis itu beliau seringkali memberikan petunjuk,
pengajaran, dan nasihat-nasihat yang berharga kepada para sahabat. Para
sahabat yang hadir disana mendengarkan beliau dengan penuh antusias
karena butiran-butiran nasihat yang beliau sampaikan adalah sesuatu yang
sangat berharga dan penuh dengan manfaat. Dalam majelis itu beliau
meluruskan kesalahan, mengingatkan yang lupa, dan memberikan segala
petunjuk kebaikan. Dalam majelis itu beliau shalallahu ‘alaihi wassalam
melarang gosip, bergunjing, dan adu domba. Beliau tidak rela bila ada
seseorang yang menceritakan aib orang lain.
Ada sebuah kejadian yang diriwayatkan oleh Utbah bin Malik,
“Rasulullah berdiri untuk shalat kemudian berkata, ‘Dimana Malik Ibnu
Dakhsyam?’ Seseorang menjawab, ‘Dia adalah munafik yang tidak suka
kepada Allah dan rasul-Nya.’ Kemudian Rasulullah berkata, ‘Jangan
begitu, bukankah dia telah mengatakan tiada tuhan selain Allah dengan
mengharapkan ridha Allah? Sesungguhnya, Allah mengharamkan masuk neraka
bagi orang yang mengatakan laa ilaaha illa Allah untuk meraih keridhaan
Allah.’ (Muttafaq ‘alaih). Beliau mengulanginya sampai tiga kali.
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memperingatkan agar kita jangan sampai memberikan kesaksian palsu dan berbuat dzalim terhadap hak orang lain. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajiban kita dan memenuhi hak orang lain, di antaranya dengan menepati janji, berbakti kepada kedua orang tua, dan menghargai orang lain. Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar?” Kami mengiyakan, lalu beliau berkata, “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua.” Waktu itu beliau sedang bersandar ke dinding lalu duduk dan berkata, “Ingatlah juga, kesaksian palsu (berdusta).” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Mudah-mudahan beliau diam.” (Muttafaq ‘alaih)
Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam memperingatkan agar kita jangan sampai memberikan kesaksian palsu dan berbuat dzalim terhadap hak orang lain. Kita harus berusaha semaksimal mungkin untuk memenuhi kewajiban kita dan memenuhi hak orang lain, di antaranya dengan menepati janji, berbakti kepada kedua orang tua, dan menghargai orang lain. Diriwayatkan dari Abu Bakar ash-Shiddiq bahwa Nabi Muhammad bersabda, “Maukah kalian kuberitahu tentang dosa yang paling besar?” Kami mengiyakan, lalu beliau berkata, “Yaitu menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua.” Waktu itu beliau sedang bersandar ke dinding lalu duduk dan berkata, “Ingatlah juga, kesaksian palsu (berdusta).” Beliau terus-menerus mengulanginya sampai kami berkata, “Mudah-mudahan beliau diam.” (Muttafaq ‘alaih)
Walaupun beliau shalallahu ‘alaihi wassalam sangat mencintai
istrinya, namun beliau tetap tidak rela apabila ada di antara mereka
yang bergunjing atau bergosip. Aisyah meriwayatkan, “Aku berkata kepada
Rasulullah, ‘Cukuplah bagimu tentang Shafiyah begini dan begitu…’”
Sebagian perawi menjelaskan bahwa Aisyah mengatakan Shafiyah adalah
orang yang bertubuh pendek. Lalu Rasulullah bersabda, “Kamu telah
mengatakan suatu kalimat yang seandainya bisa dicampur dengan air laut,
maka akan kucampur.” (H.R. Abu Daud)
Rasulullah juga memberi kabar gembira kepada orang yang membela
kehormatan orang lain melalui sabdanya, “Barangsiapa yang membela
saudaranya yang sedang digunjingkan, maka orang itu berhak untuk
dibebaskan oleh Allah dari neraka.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar