Senin, 02 Maret 2020

Keberanian Rasulullah dalam Berdakwah


Dalam diri Rasulullah shalallahu ‘alaihi wassalam terdapat keberanian yang luar biasa sebagai sarana utama untuk memperjuangkan agama dan menjunjung tinggi kalimat Allah. Rasulullah menjadikan segala nikmat yang diperolehnya untuk ditempatkan dan disalurkan pada tempat yang benar. Aisyah radiyallahu ‘anhu berkata, “Belum pernah Rasulullah memukul seseorang dengan tangannya kecuali dalam peperangan dan belum pernah beliau memukul seorang pembantu atau seorang wanita.” (H.R. Muslim).
Contoh paling nyata dari keberanian Nabi Muhammad adalah ketika beliau seorang diri menyeru kaumnya yang terdiri dari pemimpin dan tokoh-tokoh kaum kafir Quraisy serta mengajak mereka untuk masuk ke dalam ajaran Islam. Dan beliau percaya bahwa Allah akan menolongnya karena sejak semula beliau percaya kepada Allah dan bertawakal dalam melaksanakan tugas dakwahnya.
Dalam peperangan, Nabi Muhammad adalah orang yang paling berani. Ketika orang-orang lari ketakutan, Nabi Muhammad tetap berdiri tegak seorang diri melawan musuh-musuhnya.
Beliau beribadah dalam kesunyian Gua Hira selama bertahun-tahun tanpa mendapatkan rintangan dan permusuhan dari kaum Quraisy. Namun ketika beliau mulai mengajak kaumnya untuk bertauhid kepada Allah, pada saat itulah kaum Quraisy mulai menentangnya.
Allah berfirman,
“Katakanlah, ‘Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang menciptakan pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup, dan siapakah yang mengatur segala urusanmu?’ Maka mereka akan menjawab, ‘Allah.’ Maka katakanlah, ‘Mengapa kamu tidak bertakwa?’” (Qs. Yunus: 31)
Orang-orang Quraisy itu menjadikan berhala-berhala sebagai perantara antara mereka dengan Allah sebagaimana ditegaskan oleh Allah dalam Al-Qur’an,
“Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berhala), ‘Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.’” (Qs. az-Zumar: 3)
Seandainya mereka tidak begitu, niscaya mereka telah mengakui Allah sebagai tuhan mereka. Allah berfirman,
“Katakanlah, siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi? Katakanlah, ‘Allah.’” (Qs. Saba’: 24)
Cobalah kita renungkan, betapa syirik sudah merajalela di tengah-tengah kaum Muslim; meminta kepada orang leluhur, bernazar, takut kualat, dan berharap kepada mereka. Dengan begitu, tali-tali penghubung kepada Allah telah putus disebabkan syirik dan meminta-minta kepada berhala atau orang yang telah mati.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya orang-orang yang menyekutukan Allah maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga dan tempatnya adalah neraka.” (Qs. Al-Maa’idah: 72)
Dari rumah Nabi Muhammad, kita layangkan pandangan ke arah utara pada sebuah gunung yang bernama Uhud, sebagai saksi bisu atas keberanian dan kesabaran serta keteguhan beliau. Nabi Muhammad mengalami luka yang cukup parah dalam peperangan yang terjadi di kaki gunung Uhud. Wajahnya berdarah, gigi geraham beliau pecah, serta kepalanya berdarah-darah.
Sahal bin Sa’ad menceritakan tentang luka-luka beliau dan berkata, “Ketahuilah demi Allah, aku mengetahui siapa yang membersihkan luka Rasulullah dan siapa yang menyirami dengan air dan dengan apa beliau diobati. Yang membersihkan adalah Fatimah sedangkan yang menyirami dengan air adalah Ali bin Abi Thalib. Ketika Fatimah melihat darah semakin banyak keluar, dia menyobek sepotong tikar, membakarnya dan membalutkannya, dan kemudian darah berhenti mengalir. Namun, gigi geraham dan bagian atas kepala beliau serta wajah beliau tampak terluka cukup parah.” (H.R. Bukhari)
Al-Abbas bin Abdul Muthalib menceritakan keteguhan Nabi Muhammad dalam perang Hunain, “Ketika pasukan Muslim mundur, Rasulullah tetap mengarahkan kudanya ke arah musuh dan aku memegang tali kekangnya supaya tidak berlari cepat. Waktu itu kudengar Rasulullah berkata, ‘Aku nabi bukan seorang pembohong, aku cucu Abdul Muthalib.’” (H.R. Muslim)
Seorang pahlawan muda yang tangguh dan pemberani serta penunggang kuda yang handal dan teruji ketangguhannya di segala medan tempur, Ali bin Abi Thalib, menceritakan keberanian Rasulullah sebagai berikut, “Ketika perang sedang berkecamuk dan dua pasukan telah saling membunuh, kami para sahabat berlindung dibalik Rasulullah dan tidak ada seorang pun yang lebih dekat kepada musuh kecuali beliau.” (H.R. al-Baghawi dan Muslim)
Karena kesabaran Rasulullah dalam berdakwah, Allah menjadikan agama Islam ini tersebar luas sampai ke negara-negara Asia Tengah bahkan sampai timur jauh. Pasukan berkuda umat Muslim sudah terbiasa mengelilingi Jazirah Arab dan negara Syam, sehingga tidak ada satu tempat pun yang tidak mereka jamah.
Rasulullah bersabda,
“Sesungguhnya aku takut kepada Allah dan tidak takut kepada siapapun selain Dia. Aku ditakuti karena Allah dan tidak ada seorang pun yang ditakuti karena Allah selain aku. Dan aku telah disakiti di jalan Allah dan tidak seorang pun disakiti selain aku. Aku telah mengalami selama tiga puluh hari siang dan malam, sedangkan aku ataupun Bilal sama-sama tidak punya apa-apa untuk dimakan kecuali apa yang menutupi ketiak Bilal (sangat sedikit).” (H.R. Tirmidzi dan Ahmad)
Walaupun beliau berkuasa dan menaklukkan berbagai negeri, harta rampasan perang melimpah, dan zakat menggunung, beliau tidak mewariskan apa-apa kecuali agama dan ajaran Islam. Itulah yang disebut warisan Rasulullah. Maka, siapapun yang belajar agama, dia telah memperoleh warisan dari Rasulullah.
Diriwayatkan oleh Aisyah,
“Rasulullah tidak meninggalkan warisan dinar atau dirham, kambing atau unta, dan tidak mewasiatkan sesuatu.” (H.R. Muslim)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar