Daud bin Yisya
adalah salah seorg dari tiga belas bersaudara turunan ketiga belas dari
Nabi Ibrahim a.s. Ia tinggal bermukim di kota Baitlehem, kota kelahiran
Nabi Isa a.s. bersama ayah dan tiga belas saudaranya.
Kisah nabi Daud as |
Ketika raja
Thalout raja Bani Isra'il mengerahkan org supaya memasuki tentera dan
menyusun tentera rakyat utk berperang melawan bangsa Palestin, Daud
bersama dua org kakaknya diperintahkan oleh ayahnya utk turut berjuang
dan menggabungkan diri ke dlm barisan askar Thalout. Khusus kpd Daud
sebagai anak yg termuda di antara tiga bersaudara, ayahnya berpesan agar
ia berada di barisan belakang dan tidak boleh turut bertempur. Ia
ditugaskan hanya utk melayani kedua kakaknya yg harus berada dibarisan
depan, membawakan makanan dan minuman serta keperluan-2 lainnya bagi
mereka, di samping ia harus dari waktu ke waktu memberi lapuran kpd
ayahnya tentang jalannya pertempuran dan keadaan kedua kakaknya di dlm
medan perang. Ia sesekali tidak diizinkan maju ke garis depan dan turut
bertempur, mengingatkan usianya yg masih muda dan belum ada pengalaman
berperang sejak ia dilahirkan.
Akan tetapi
ketika pasukan Thalout dari Bani Isra'il berhadapan muka dengan pasukan
Jalout dari bangsa Palestin, Daud lupa akan pesan ayahnya tatkala
mendengar suara Jalout yg nyaring dgn penuh kesombongan menentang
mengajak berperang, sementara jaguh-jaguh perang Bani Isra'il berdiam
diri sehinggapi rasa takut dan kecil hati. Ia secara spontan menawarkan
diri utk maju menghadapi Jalout dan terjadilah pertempuran antara mereka
berdua yg berakhir dgn terbunuhnya Jalout sebagaimana telah diceritakan
dalam kisah sebelum ini.
Sebagai imbalan
bagi jasa Daud mengalahkan Jalout maka dijadikan menantu oleh Thalout
dan dikahwinkannya dgn puterinya yg bernama Mikyal, sesuai dgn janji yg
telah diumumkan kpd pasukannya bhw puterinya akan dikahwinkan dgn org yg
dapat bertempur melawan Jalout dan mengalahkannya.
Di samping ia
dipungut sebagai menantu, Daud diangkat pula oleh raja Thalout sebagai
penasihatnya dan org kepercayaannya. Ia disayang, disanjung dan
dihormati serta disegani bukan sahaja oleh mertuanya bahkan oleh seluruh
rakyat Bani Isra'il yg melihatnya sebagai pahlawan bangsa yg telah
berhasil mengangkat keturunan serta darjat Bani Isra'il di mata bangsa-2
sekelilingnya.
Suasana
keakraban, saling sayang dan saling cinta yg meliputi hubungan sang
menantu Daud dgn sang mertua Thalout tidak dapat bertahan lama. Pada
akhir waktunya Daud merasa bhw ada perubahan dlm sikap mertuanya
terhadap dirinya. Muka manis yg biasa ia dapat dari mertuanya berbalik
menjadi muram dan kaku, kata-katanya yg biasa didengar lemah-lembut
berubah menjadi kata-kata yg kasar dan keras. Bertanya ia kepada diri
sendiri gerangan apakah kiranya yg menyebabkan perubahan sikap yg
mendadak itu? Adakah hal-hal yg dilakukan yg dianggap oleh mertuanya
kurang layak, sehingga menjadikan ia marah dan benci kepadanya? Ataukah
mungkin hati mertuanya termakan oleh hasutan dan fitnahan org yg sengaja
ingin merosakkan suasana harmoni dan damai di dlm rumah tangganya?
Bukankah ia seorg menantu yg setia dan taat kpd mertuanta yg telah
memenuhi tugasnya dlm perang sebaik yg oa harapkan? dan bukankah ia
selalu tetap bersedia mengorbankan jiwa raganya utk membela dan
mempertahankan kekekalan kerajaan mertuanya?
Daud tidak
mendapat jawapan yg memuaskan atas pertanyaan-2 yg melintasi fikirannya
itu. IA kemudian kembali kpd dirinya sendiri dan berkata dlm hatinya
mungkin apa yg ia lihat sebagai perubahan sikap dan perlakuan dari
mertuannya itu hanya suatu dugaan dan prasangka belaka dari pihaknya dan
kalau pun memang ada maka mungkin disebabkan oleh urusan-2 dan
masalah-2 peribadi dari mertua yg tidak ada sangkut-pautnya dgn dirinya
sebagai menantu. demikianlah dia mencuba menenangkan hati dan fikirannya
yg masygul yg berfikir selanjutnya tidak akan mempedulikan dan
mengambil kisah tentang sikap dan tindak-tanduk mertuanya lebih jauh.
Pada suatu malam
gelap yg sunyi senyap, ketika ia berada di tempat tidur bersam isterinya
Mikyal. Daud berkata kpd isterinya: "Wahai Mikyal, entah benarkah aku
atau salah dlm tanggapanku dan apakah khayal dan dugaan hatiku belaka
atau sesuatu kenyataan apa yg aku lihat dalam sikap ayahmu terhadap
diriku? Aku melihat akhir-2 ini ada perubahan sikap dari ayahmu terhadap
diriku. Ia selalu menghadapi aku dgn muka muram dan kaku tidak seperti
biasanya. Kata-katanya kepadaku tidak selamah lembut seperti dulu. Dari
pancaran pandangannya kpdku aku melihat tanda-2 antipati dan benci
kpdku. Ia selalu menggelakkan diri dari duduk bersama aku bercakap-cakap
dan berbincang-bincang sebagaimana dahulu ia lakukan bila ia melihatku
berada di sekitarnya."
Mikyal menjawab seraya menghela nafas panjang dan mengusap air mata yg terjatuh di atas pipinya:
"Wahai Daud aku
tidak akan menyembunyikan sesuatu daripadamu dan sesekali tidak akan
merahsiakan hal-hal yg sepatutnya engkau ketahui. Sesungguhnya sejak
ayahku melihat bahawa keturunanmu makin naik di mata rakyat dan namamu
menjadi buah mulut yg disanjung-sanjung sebagai pahlawan dan penyelamat
bangsa, ia merasa iri hati dan khuatir bila pengaruhmu di kalangan
rakyat makin meluas dan kecintaan mereka kpdmu makin bertambah, hal itu
akan dapat melemahkan kekuasaannya dan bahkan mungkin mengganggu
kewibawaan kerajaannya. Ayahku walau ia seorg mukmin berilmu dan bukan
dari keturunan raja menikmati kehidupan yg mewah, menduduki yg empuk dan
merasakan manisnya berkuasa. Org mengiakan kata-katanya, melaksanakan
segala perintahnya dan membungkukkan diri jika menghadapinya. Ia khuatir
akan kehilangan itu semua dan kembali ke tanah ladangnya dan usaha
ternaknya di desa. Kerananya ia tidak menyukai org menonjol yg dihormati
dan disegani rakyat apalagi dipuja-puja dan dianggapnya pahlawan bangsa
seperti engkau. Ia khuatir bahawa engkau kadang-2 dapat merenggut
kedudukan dan mahkotanya dan menjadikan dia terpaksa kembali ke cara
hidupnya yg lama sebagaimana tiap raja meragukan kesetiaan tiap org dan
berpurba sangka terhadap tindakan-2 org-2nya bila ia belum mengerti apa
yg dituju dgn tindakan-2 itu."
"Wahai Daud",
Mikyal meneruskan ceritanya, "Aku mendapat tahu bahawa ayahku sedang
memikirkan suatu rencana utk menyingkirkan engkau dan mengikis habis
pengaruhmu di kalangan rakyat dan walaupun aku masih merayukan kebenaran
berita itu, aku rasa tidak ada salahnya jika engkau dari sekarang
berlaku waspada dan hati-hati terhadap kemungkinan terjadi hal-hal yg
malang bagi dirimu."
Daud merasa
hairan kata-kata isterinya itu lalu ia bertanya kpd dirinya sendiri dan
kepada isterinya: "Mengapa terjadi hal yg sedemikian itu? Mengapa
kesetiaku diragukan oleh ayah mu, padahal aku dgn jujur dan ikhlas hati
berjuang di bawah benderanya, menegakkan kebenaran dan memerangi
kebathilan serta mengusir musuh ayahmu, Thalout telah kemasukan godaan
Iblis yg telah menghilangkan akal sihatnya serta mengaburkan jalan
fikirannya?" Kemudian tertidurlah Daud selesai mengucapkan kata-kata
itu.
Pada esok harinya
Daud terbangun oelh suara seorg pesurh Raja yg menyampaikan panggilan
dan perintah kpdnya utk segera datang menghadap.
Berkata sang raja
kpd Daud yg berdiri tegak di hadapannya: "Hai Daud fikiranku kebelakang
ini sgt terganggu oleh sebuah berita yg menrungsingkan. Aku mendengar
bhw bangsa Kan'aan sedang menyusun kekuatannya dan mengerahkan rakyatnya
utk datang menyerang dan menyerbu daerah kita. Engkaulah harapan ku
satu-satunya, hai Daud yg akan dapat menanganu urusan ini maka ambillah
pedangmu dan siapkanlah peralatan perangmu pilihlah org-org yg engkau
percayai di antara tenteramu dan pergilah serbu mereka di rumahnya
sebelum sebelum mereka sempat datang kemari. Janganlah engkau kembali
dari medan perang kecuali dgn membawa bendera kemenangan atau dgn
jenazahmu dibawa di atas bahu org-orgmu."
Thalout hendak
mencapi dua tujuan sekaligus dgn siasatnya ini, ia handak menghancurkan
musuh yg selalu mengancam negerinya dan bersamaan dgn itu mengusirkan
Daud dari atas buminya krn hampir dapat memastikan kpd dirinya bhw Daud
tidak akan kembali selamat dan pulang hidup dari medan perang kali ini.
Siasat yg
mengandungi niat jahat dan tipu daya Thalout itu bukan tidak diketahui
oleh Daud. Ia merasa ada udang disebalik batu dlm perintah Thalout itu
kpdnya, namun ia sebagai rakyat yg setia dan anggota tentera yg
berdisiplin ia menerima dan melaksanakan perintah itu dgn sebaik-baiknya
tanpa mempedulikan atau memperhitungkan akibat yg akan menimpa dirinya.
Dgn bertawakkal
kpd Allah berpasrah diri kpd takdir-Nya dan berbekal iman dan talwa di
dlm hatinya berangkatlah Daud berserta pasukannya menuju daerah bangsa
Kan'aan. Ia tidak luput dari lindungan Allah yg memang telah menyuratkan
dlm takdir-Nya mengutuskan Daud sebagai Nabi dan Rasul. Maka kembalilah
Daud ke kampung halamannya berserta pasukannya dgn membawa kemenangan
gilang-gemilang.
Kedatangan Daud
kembali dgn membawa kemenangan diterima oleh Thalout dgn senyum dan
tanda gembira yg dipaksakan oleh dirinya. Ia berpura-pura menyambut Daud
dgn penghormatan yg besar dan puji-pujian yg berlebih-lebihan namun
dalam dadanya makin menyala-nyala api dendam dan kebenciannya, apalagi
disedarinya bhw dgn berhasilnya Daud menggondol kemenangan, pengaruhnya
di mata rakyat makin naik dan makin dicintainyalah ia oleh Bani Isra'il
sehingga di mana saja org berkumpul tidak lain yg dipercakapkan hanyalah
tentang diri Daud, keberaniannya, kecekapannya memimpin pasukan dan
kemahirannya menyusun strategi dgn sifat-sifat mana ia dapat mengalahkan
bangsa Kan'aan dan membawa kembali ke rumah kemenangan yg menjadi
kebanggaan seluruh bangsa.
Gagallah siasat
Thalout menyingkirkan Daud dgn meminjam tangan org-org Kan'aan. Ia
kecewa tidak melihat jenazah Daud diusung oleh org-org nya yg kembali
dari medan perang sebagaimana yg ia harapkan dan ramalkan, tetapi ia
melihat Daud dlm keadaan segar-bugar gagah perkasa berada di hadapan
pasukannya menerima alu-aluan rakyat dan sorak-sorainya tanda cinta
kasih sayang mereka kepadanya sebagai pahlawan bangsa yg tidak
terkalahkan.
Thalout yg
dibayang rasa takut akan kehilangan kekuasaan melihat makin meluasnya
pengaruh Daud, terutama sejak kembalinya dari perang dgn bangsa Kan'aan,
berfikir jalan satu-satunya yg akan menyelamatkan dia dari ancaman Daud
ialah membunuhnya secara langsung. Lalu diaturlah rencana pembunuhannya
sedemikian cermatnya sehingga tidak akan menyeret namanya terbawa-bawa
ke dlmnya. Mikyal, isteri Daud yg dapat mencium rancangan jahat ayahnya
itu, segera memberitahu kpd suaminya, agar ia segera menjauhkan diri dan
meninggalkan kota secepat mungkin sebelum rancangan jahat itu sempat
dilaksanakan . Maka keluarlah Daud memenuhi anjuran isterinya yg setia
itu meninggalkan kota diwaktu malam gelap dgn tiada membawa bekal
kecuali iman di dada dan kepercayaan yg teguh yg akan inayahnya Allah
dan rahmat-Nya.
Setelah berita
menghilangnya Daud dari istana Raja diketahui oleh umum,
berbondong-bondonglah menyusul saudara-2nya, murid-2nya dari para
pengikutnya mencari jejaknya utk menyampaukan kpdnya rasa setiakawan
mereka serta menawarkan bantuan dan pertolongan yg mungkin
diperlukannya.
Mereka menemui
Daud sudah agak jauh dari kota, ia lagi istirahat seraya merenungkan
nasib yg ia alami sebgai akibat dari perbuatan seorg hamba Allah yg
tidak mengenal budi baik sesamanya dan yg selalu memperturutkan hawa
nafsunya sekadar utk mempertahankan kekuasaan duniawinya. Hamba Allah
itu tidak sedar, fikir Daud bhw kenikmatan dan kekuasaan duniawi yg ia
miliki adalah pemberian Allah yg sewaktu-waktu dapat dicabut-Nya kembali
daripadanya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar